Epilog

1.9K 243 74
                                    

☪☪

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

☪☪

Angin kencang meniup desiran pasir dan ombak dari pesisir pantai biru. Menyentuh setiap telapak kaki yang berjalan di pinggir pantai. Menyeka air mata yang jatuh tiba-tiba saja entah siapa penyebabnya itu.

Ingin rasanya ia berteriak sekencang-kencangnya hingga makhluk hidup di dalam air mengetahui apa yang ia rasakan pada teriakannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ingin rasanya ia berteriak sekencang-kencangnya hingga makhluk hidup di dalam air mengetahui apa yang ia rasakan pada teriakannya. Dimana Ariel telah duduk melekuk kedua kaki dan menjajarkan tangannya di atas lutut sambil memandang pantai yang sebentar lagi senja. Ariel terlihat baik-baik saja. Tetapi hatinya merasa tidak tenang. Wajahnya selalu terbayang dengan senyuman sempurna. Berbagai kenangan telah ia simpan dalam memori otaknya.

Apakah Ariel benar baik-baik aja?

Akankah Ariel mengetahui apa yang akan Alfa katakan?

"Ariel,"

Lelaki itu telah datang dan berdiri dengan kemeja biru bergaris putih polos. Senyumannya berubah pudar ketika menghampiri Ariel.

Alfa duduk mengikuti posisi Ariel. Tatapan mata Ariel masih lurus ke depan seolah pemandangan pantai lebih menarik dibandingkan yang ada di sampingnya itu.

"Kamu sudah mengambil keputusan?"

Apa yang harus Ariel jawab? Keputusan apa yang Alfa bicarakan?

Semuanya tergantung pada penjelasan Alfa waktu itu. Ia seolah memeluk tubuh Ariel saat perpisahan sekolah. Tapi yang Ariel rasakan pelukan itu justru akan melepaskan sesuatu yang membuatnya sedih.

"Keputusan apa maksud kamu?" tanya Ariel.

"Aku akan mengambil keputusan untuk mengikuti jejak ayahku."

Ariel mengernyit tidak mengerti sama sekali.

Rumit rasanya menentukan arah ketika kita memiliki perasaan pada seseorang yang tepat. Dan Alfa, sudah memasuki dunia kecilnya bersama Ariel. Tetapi sesuatu hal harus mereka hadapi.

Entah itu sebuah perasaan, perpisahan ataupun harapan.

Ariel hanya diam dan berharap bahwa ucapannya tidak salah.

Never And EverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang