Untukmu...
Yang terus menjadi bayangan kemana aku berpijak.
Yang selalu berada disamping agar kita saling beriring.
Yang siap menjadi rumah ketika aku merasa lelah.
Yang senantiasa menyediakan bahu kala aku menangis tersedu.
Kamu, yang paling mengerti diantara yang mengerti.
Tempat kemana aku mengadu untuk berbagi.
Terimakasih sudah selalu setia ada disisi.
Terimakasih karena kamu tak pernah memilih pergi.
Aku harap kita akan selamanya seperti ini. Sampai nanti.
Kumbang Asmara❤
***
Cantik mendaratkan bokongnya di sofa ruang tamu saat baru saja tiba di sebuah rumah. Ia menyederkan punggungnya disana, melepas kepenatan yang menempel pada tubuhnya.
"Udah berapa persen progresnya?" pertanyaan rutin yang selalu Cantik dengar saat datang kerumah orangtua sahabatnya itu.
Sahabat?
Ya! Cantik dan Gagah itu bersahabat sejak mereka masih menjadi zigot dalam rahim ibunya masing-masing. Mereka lahir ditanggal, bulan dan tahun yang sama. 22 Februari 2002.
Cantik menghela napas berat sebelum menjawab. "Masih tetap 0,001 persen."
"Ah. Itu mulu jawabanmu" balas wanita itu dengan nada bosan.
Yang bertanya tadi itu, Via Patricia. Cantik biasa memanggilnya Mbak Cia. Anak angkat di keluarga Hadiwijaya.
"Memang begitu adanya"
Mbak Cia menepuk-nepuk bahu Cantik untuk menyemangati."Tenang aja, mbak yakin lama-lama dia juga sadar"
"Apa Cantik harus minta tolong Pak Ustadz aja mbak? Biar Gagah dirukyah, siapa tau dia jadi sadar" kata Cantik dengan serius.
Mbak Cia terbahak selesai mendengar ucapan Cantik. Sejak kapan seorang Ustadz bisa membuat kaum remaja menjadi sadar akan perasaannya.
"Mbak Cia kok ketawa sih?"
"Gak Can, kamu lucu" ujar Mba Cia yang sudah duduk disamping Cantik.
"Cantik tau kok kalo Cantik ini lucu" katanya tanpa ragu.
"Eh, tapi biasanya cowo cuma mau sahabatan sama cewe yang bisa menarik hatinya aja loh"
KAMU SEDANG MEMBACA
ALFABET
Teen FictionDari mana kita bisa menyampaikan rasa untuk orang yang kita cinta. Dari mana kita bisa mengucapkan indahnya kata-kata. Dari mana pula kita mampu membuat cerita dalam dunia nyata. Dan kenapa juga kita bisa untuk bicara. Kalian tau? Semua karena dia...