Part 31. Gagah Cemburu

841 88 146
                                        

*Cinta itu seperti Upil. Kita tak pernah tau pasti kapan adanya, dan tak pernah tau pasti bagaimana terbentuknya.*

__ Jaga Upilmu baik-baik. __

***

"Bagaikan langit dan bumi ... aku dan engkau ... selamanya takkan pernah bisa kan bersama."

"Uhuyyyy, perih cuy." Sela menanggapi suara gadis di sisinya. Tangannya sibuk membereskan buku-buku yang ada di atas meja, lalu memasukannya ke dalam tas. Bel pulang sekolah sudah dibunyikan lima menit yang lalu, ia harus cepat-cepat pulang karena ada jadwal kerjanya di toko bunga.

"Apanya yang perih, Sel?"

"Kuping gue perih denger lo nyanyi," sahut Sela jujur, ia beranjak dari kursinya dan keluar kelas. Suara Cantik benar-benar tidak layak untuk disenandungkan. Terlalu parah, sama seperti kelakuannya.

Dengan bibir mengerucut Cantik ikut beranjak pula dari duduknya, dan disaat itu juga seseorang menubruk bahu kecilnya dari belakang. "Aduh."

"Kalau jalan pakai kaki dong," sewot cowok itu dengan tatapan sinisnya.

Beberapa siswa yang masih ada di dalam kelas memilih untuk segera keluar, mereka tak ingin menyaksikan keributan.

Cantik menarik napasnya dalam-dalam, bersiap meluncurkan cerocosan. Namun tangan Delon lebih dulu membungkam mulutnya.

"Gak usah ngomel, gue lagi gak mau banyak ngomong sama lo."

Cantik melepas paksa tangan besar yang menempel di mulutnya. "Lontong kenapa, sih? Masih marah sama Cantik? Cantik minta maaf kalau--."

"Udah dibilang gak usah--"

"Lontong tau gak? Cantik tuh sedih dicuekin, sedih gak diajak ngobrol sama Lontong, Cantik kangen bikin ulah bareng, ngerjain pak Amin kayak kemarin-kemarin. Cantik kangen dipanggil behanya Ariana Grande. Apa Lontong gak rindu itu semua? Kalau Cantik sih rindu berat." Cantik mengeluarkan unek-unek yang ia rasakan beberapa hari ini. Ia tak pernah malu menyampaikan apa yang memang hatinya derita. Delon pun tak kaget mendengar pengakuan dari Cantik, gadis itu sudah terbiasa blak-blakkan.

"Terus kalau lo kangen, gue harus apa? Jungkir balik sambil lari-lari?" tanya Delon diakhiri senyum ejeknya.

"Iya dong, Lontong harus jungkir balik sambil lari, terus teriak-teriak kalau Lontong juga kangen sama Cantik," sahut Cantik terlihat tak mau kalah.

Dewa yang berdiri  di belakang Delon memilih untuk diam, menonton terlebih dahulu perdebatan sengit dua manusia gebleg di hadapannya.

Delon menatap tajam gadis di depannya, pandangan mereka beradu. "Denger ya behanya Ariana Grande ... lo itu bukan temen gue lagi."

Deg.

Tulang-tulang di tubuh Cantik seolah melunak mendengar penuturan dari Delon, matanya mulai sedikit memanas. Benarkah jika dirinya bukan lagi seorang teman? Sebegitu murkanya kah Delon pada Cantika? Hanya karena dirinya telah melakukan sandiwara yang Delon anggap merugikan kawan sebangkunya itu. Padahal Dewa saja sudah memaafkannya.

"Lo udah mempermainkan perasaan temen gue, Can. Lo--"

Untuk kedua kalinya Cantik memotong kalimat yang sedang Delon ucapkan. "Iya. Cantik mempermainkan perasaan Dewa, Cantik memperalat Dewa buat cari tau soal perasaan Gagah yang sebenarnya. Cantik ngerti, Lontong udah bicara itu berapa kali? Cantik salah, untuk itu Cantik minta maaf." Cantik menjeda ucapannya sejenak, napasnya mulai tidak teratur. "Tapi kenapa Lontong gak mau lihat usaha Cantik buat minta maaf. Kenapa Lontong semarah ini sama Cantik? Sulit banget yah buat menyelesaikan ini semua? Dewa aja udah gapapa, Dewa udah maafin Cantik kok."

ALFABETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang