Part 14. Pulang

1K 77 101
                                    


* Semua yang bernafas akan 'pulang '. Untuk itu jagalah orang yang kamu sayang *

__ Sebelum mereka hilang __

***

Suasana duka menyelimuti seisi rumah yang saat ini Cantik singgahi. Bendera kuning terpampang nyata di depan rumah sederhana yang ada di dekat Mushola.

Acara pemakaman sudah selesai dua puluh menit yang lalu, tapi keluarga yang ditinggalkan belum henti-hentinya menangisi kepergian ibundanya.

Di ruang tengah, Cantik sedang duduk memeluk tubuh Sela dengan eratnya. Mata gadis itu terlihat paling sembab dari pada yang lainnya.

"Can udah dong, lo nangis terus dari semalem" tutur Dewa seraya mengelus pelan pundak Cantik.

"Harusnya lo nguatin Sela, bukan malah ikut nangis kaya gini.."

"Mata lo udah kayak di sengat Tawon tau gak." celetuk Delon tak pandang suasana.

Cantik mengusap air mata yang ada di pipinya dan juga di pipi Sela, ia menatap intens mata sahabatnya yang sekarang ikut sembab seperti matanya sendiri. Terlihat sekali pancaran rasa kehilangan di mata Sela. Cantik pun masih belum percaya, bahwa Tante Sarah sekarang benar-benar sudah tiada. Tak ada yang menyangka jika semalam adalah pertemuan terakhir kalinya dengan beliau.

Tante Sarah meninggal dunia tepat setelah Dewa dan Cantik pergi dari rumah sakit. Padahal menurut dokter, kondisi pasien saat itu sudah mulai membaik, namun begitulah takdir, segala jodoh, maut, rejeki, sudah diatur oleh Sang Illahi.

"Sela.. Udah ya jangan nangis terus. Kasihan mata Sela udah bengkak gitu, Sela harus sabar, harus kuat, harus bisa ikhlasin semuanya" Cantik mengatakan itu sangat hati-hati, ia tau, pasti akan sulit menjalani apa yang Cantik katakan.

Sela yang di tenangkan begitu justru tambah deras mengucurkan air matanya, Cantik pun jadi ikut menangis kembali. Cantik benar-benar ikut merasakan kehilangan kali ini, seberat ini kah rasanya di tinggal orang yang paling kita sayangi.

Di lain tempat, Gagah mencoba untuk menuturi serta menyemangati Dion (adik Sela) yang masih berumur 7 tahun. Cowo kecil itu memang terlihat tegar, ia bahkan hanya menangis sekali saja tadi malam. Meski begitu, Gagah tau di lubuk hatinya tersimpan rasa sakit yang sangat mendalam.

Setelah dirasa keadaannya cukup tenang, Cantik, Gagah, Dewa, dan Delon berpamitan pada Sela, Dion, serta kerabatnya yang ada disitu.

***

Di perjalanan pulang menuju rumahnya, Gagah mengusulkan Cantik agar pulang ke rumahnya sendiri untuk bertemu dengan mamahnya. Gagah pikir Cantik harus memberitahu kabar ini pada Tante Lena, karena beliau tidak hadir di pemakaman almarhumah Tante Sarah. Padahal yang Gagah tau, kedua wanita itu sudah cukup akrab, mengingat Sela dan Cantik adalah teman dekat.

Cantik berdiri disamping mobil yang tadi ia tumpangi bersama Gagah, matanya memandangi bangunan bercat putih itu. Pikirannya sama seperti kemarin, apakah mamahnya ada di rumah ini sekarang? Sudah pulangkah dia dari luar kota? Masih sibuk kah beliau dengan tugas kantornya?

Dengan langkah cepat Cantik mendekati rumah itu, membuka pintu nya lebar-lebar. Dan ya! Puji syukur kehadirat Allah SWT, mamahnya ada di rumah, beliau sedang berdiri tak jauh dari ruang kerjanya.

Cantik langsung memeluk mamahnya saat itu juga, meleburkan rasa rindu nya yang selama ini ia kumpulkan. Sudah lebih dari seminggu Cantik tak berjumpa dengan Mamah Lena.

Cantik meneteskan air matanya dipelukan wanita itu, berada di dekatnya membuat hati Cantik menjadi sakit. Sakit karena tak di beri kasih sayang oleh mamahnya selama 3 tahun belakangan, sakit karena ia tak pernah lagi menceritakan keluh kesahnya pada wanita ini, dan masih banyak luka di hatinya yang membuat Cantik merasa sakit.

"Cantik kangen mamah.." ucap Cantik tanpa melepas pelukan erat di tubuhnya.

"Iya.. Mamah juga"

Ah suara itu! Cantik mendengar kembali suara mamahnya, suara yang pernah menyanyikan lagu Nina Bobo saat ia masih kecil dulu. Suara yang sekarang jarang sekali Cantik dengar. Tiga kata yang tadi mamahnya ucapkan, mampu membuat Cantik merasa bahagia kembali. Sesederhana itukah Cantik bahagia?

Mamah Lena melepaskan tubuh Cantik di pelukannya. "Maaf, mamah harus ke kantor sekarang"

Deg! Sakit mah sakit. Baru beberapa menit Cantik berbahagia, kini sudah lagi terenggut oleh yang namanya kantor. Anak Mamah Lena itu siapa? Cantik atau Kantor.

"Mamah harap Cantik ngerti, maafin mamah.." ucap Mamah Lena lalu mencium kening anaknya cukup lama. Ia kembali lagi menghampiri dunia kerja nya di kantor dan pergi meninggalkan Cantik.

"Tante titip Cantik ya." ujarnya pada lelaki yang baru saja akan masuk ke dalam rumah. Cowo itu mengangguk menanggapi permintaan Mamah Lena yang sudah pergi.

Cantik membalikkan badannya, ia tersenyum getir melihat Gagah disana. Putri nya dititipkan pada lelaki yang berusia sama dengan Cantik. Bisa kah Gagah menjaganya?

Gagah membuka lebar tangannya, seakan sudah siap jika Cantik ingin berada di dada bidangnya itu. "Kalo lo mau nangis, nangislah di pelukan gue."

Bukannya berlari lalu memeluk Gagah, justru Cantik jadi tertawa karena ucapan cowo itu. Kalimat Gagah terdengar lucu.

"Kenapa ketawa? Lucu?" tanya Gagah datar.

Tawa Cantik terhenti saat mendengar nada bicara Gagah yang dingin, ia berjalan mendekati Gagah namun tidak memeluk cowo beralis tebal itu.

"Kelamaan." tutur Gagah lalu membawa Cantik kedalam dekapannya.

Cantik kembali lagi menangisi mamahnya yang sudah pergi ke kantor, padahal baru saja gadis itu tadi tertawa. Rasanya mudah sekali mengubah suasana hati Cantik yang sedang tidak karuan.

"Gak usah nangis, kan udah ketemu sama Mamah Lena. Lo harus lebih bersyukur dari Sela karna masih bisa lihat nyokap lo di dunia."

Cantik masih belum bisa menghilangkan air mata yang keluar dengan angkuhnya.

"Lo sayang kan sama Mamah Lena?"

Cantik mengangguk.

"Jaga nyokap lo sebelum dia hilang."

"Gimana Cantik mau ngejaga kalau mamah aja kayak gak mau Cantik jagain. Ilang-ilangan terus kan? Mamah gak pernah ada di dekat Cantik sekarang" ujarnya dengan tangis yang mulai mereda.

"Yaudah, jaga hati lo aja buat gue."

Cantik mendongakkan kepalanya, menatap wajah tegas lelaki itu dari bawah. "Maksud Gagah apa ya?"

Gagah memundukkan kepalanya, membuat pandangan mereka jadi bertabrakan. "Maksudnya, gue mau bilang"

Cantik mematung di rengkuhan Gagah, ia menunggu cowo itu melanjutkan omongannya yang terjeda. Semakin lama semakin banyak dosa yang Cantik kumpulkan, coba saja ada Maesaroh disini, sudah pasti Gagah dan Cantik kena semprot. Mereka itu kan belum muhrim!

"Gagah mau bilang apa?"

"Hidung lo ingusan, mata lo belekan, mulut lo ileran. Mandi gih."

Cantik langsung melepaskan pelukannya saat itu juga, bibir nya pun jadi ikut mengerucut mendengar ledekan dari Gagah.

Cantik kan sudah mandi tadi pagi, mana mungkin kondisi wajahnya jorok seperti itu. Gagah menyebalkan!













Vomment


SELAMAT BERMALAM MINGGU!

SALAM, sukacinta!

FADILAH_NF

ALFABETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang