Part 15.Cantik Cembukur !

1.2K 76 130
                                    

*Lama semakin lama rasaku yang ada jadi tambah bergelora*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*Lama semakin lama rasaku yang ada jadi tambah bergelora*

__ Meski hanya aku yang mendamba __

***

Hari demi hari terlewati, tak terasa sudah dua minggu ini Dewa bersekolah di SMA Bina Bangsa. Dua minggu itu pula Cantik menjadi lebih dekat dengan Gagah, dekat sebagai sahabat namun bersikap seolah lebih dari sekedar itu.

Sela juga sudah kembali lagi seperti biasanya, ia tak lagi terlalu memikirkan kepergian ibu nya yang sudah ada di Surga. Gadis itu sedang belajar mengikhlaskan apa yang sudah menjadi kehendakNya, karena dibalik itu semua Tuhan pasti sudah merencanakan yang terbaik untuk dirinya.

"Shobaakhul khoir Bapak Aminudin"

"Astaghfirullahalladzim." pekik Pak Amin saat melihat Cantik tiba-tiba muncul di sampingnya, di sebelah Cantik juga ada Gagah yang sedang tersenyum mengarahnya.

Cantik meringis tak berdosa. "Bapak Amin, Cantik mau ngasih tebak-tebakan loh buat Bapak Amin"

"Kamu mau ngerjain bapak lagi? Pagi-pagi jangan buat ulah Cantik"

"Bapak Amin gak boleh suudzon. Bapak Amin tinggal jawab aja. Oke?"

Pak Amin tak merespon perkataan Cantik, beliau tetap melanjutkan jalannya menuju ruang kantor.

"Bapak Amin, siapa nama Presiden Negara Republik Indonesia yang pertama?"

"Bapak Ir. Soekarno"

Cantik menggeleng. "Salah! Gagah mau coba jawab?" tawar Cantik pada lelaki di sisi kirinya.

"Bapak Aminudin mungkin?" sahut Gagah sekenanya.

"Salah! Tebak lagi. Apa nama ibukota Negara Indonesia?"

Serempak Pak Amin dan Gagah menjawab. "Jakarta."

"SALAH!"

"Kok salah terus sih?" tanya Pak Amin heran.

"Karena Pak Amin dan Gagah itu cowo, kodratnya cowo itu kan selalu salah"

Guru berpeci itu menghembuskan nafasnya pasrah. Kira-kira boleh tidak ya Pak Amin melempar Cantik sampai ke Tanah Abang?

***

"Siapa lagi yang belum mengerjakan tugas?!!" sentak Bu Umi pada semua penghuni ruangan.

"Lontong bu! Lontong pasti belum ngerjain tugas juga sama kaya Cantik." seru Cantik yang sudah ada di depan papan tulis, gadis itu sedang berdiri dengan satu kaki ditekuk kebelakang dan tangan yang menjewer telinganya sendiri.

ALFABETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang