Part 29. Sebenarnya

901 95 142
                                        

* Terkadang, dengan adanya sikap berpura-pura. Kita bisa tersenyum bahagia *

__ Meski itu takkan bertahan lama __

***

"Wait, wait, wait. Gak pacaran? Maksud lo?" tanya Delon dengan dahi berkerut. Ia belum mengerti maksud dari ucapan Dewa.

Sela yang berada di sisi Delon pun ikut menampakkan ekspresi terkejutnya. Mereka berdua sama-sama tidak paham. Sementara Gagah yang berdiri sendiri di samping kanan ranjang Dewa, hanya termenung. Memandang Cantik yang tengah menatap laki-laki yang berbaring di atas brankar.

"Gue gak pacaran sama Cantik, malam itu gue ditolak sama dia," ujar Dewa seraya menatap balik gadis itu. Cantik menggeleng pelan, mengkode Dewa agar tidak melanjutkan perkataannya.

"Tapi setelah itu lo sama dia deket, Wa. Sering jalan bareng, anter jemput dia ke sekolah. Lo berdua bersikap selayaknya seorang pacar," cerocos Delon yang tidak menyetujui penuturan Dewa barusan. Delon tak sadar kalau ucapannya menyakiti perasaan Gagah.

Cantik menggigit bibir bawahnya, merasa takut sekaligus bersalah dengan semuanya. Apalagi melihat Gagah yang memandangi dirinya dengan tenang. Pria itu memang pandai menyembunyikan apa yang sebenarnya sedang ia rasakan.

"Gue bersikap itu karena memang gue sendiri yang minta. Cantik itu sayang banget sama lo, Gah." Ucapan Dewa membuat Gagah jadi menoleh ke arahnya. "Gue nawarin diri buat jadi pacar pura-puranya Cantik. Gue mau tau gimana respon lo kalau lihat Cantik deket sama cowo lain. Dan, Cantik mengiyakan tawaran gue."

"Wa...," lirih Cantik terdengar memohon. Namun Dewa tak menghiraukan gadis itu.

"Jadi, gue bantuin Cantik biar Cantik itu tau, gimana perasaan sahabatnya itu sama dia," jelas Dewa lalu tersenyum kecil pada semuanya, walaupun hatinya sendiri terasa pedih saat mengucapkan kalimat-kalimat tadi.

"Tapi Cantik sayang juga kok sama Dewa," kata Cantik pelan.

"Iya, ngerti ... sayang sebagai sahabat, kan? Seperti yang malam itu kamu omongin setelah kita pelukan kaya teletubbies," ucap Dewa diakhiri kekehan kecil. Delon yang melihat itu jadi tersenyum kecut. Ia tak habis pikir dengan Dewa, bukankah hal semacam ini justru menyakiti perasaannya sendiri? Delon saja yang notabennya bodoh di sekolah, masih bisa mempertimbangkan soal perasaannya.

Sela menghela berat. "Ini beneran lo sama Cantik cuma pura-pura pacaran?" pertanyaan Sela tidak mendapat jawaban karena orang tua Dewa tiba-tiba saja masuk. Semua yang ada di dalam bergegas keluar ruangan, memberi waktu keluarga Dewa untuk menemui putranya.

Di luar ruangan. Sela, Cantik, Delon, dan Gagah duduk di kursi tunggu. Semuanya saling menutup mulut, tak ada yang angkat bicara. Hingga gerakan Delon yang mendadak berdiri dari duduknya membuat ketiga temannya itu menatap ke arahnya.

"Sejak kapan lo jadi orang jahat? Hah?" pertanyaan Delon ditujukan pada gadis yang singgah diantara Gagah dan Sela. Siapa lagi kalau bukan Cantika.

Cantik menatap takut wajah Delon yang terlihat bengis memandangnya. "Maksud Delon apa?"

Delon berdecih kecil. "Lo beneran bego ya, Can? Lo gak mikirin gimana perasaan Dewa sama lo? Lo memperalat temen gue buat dapetin cowo kayak dia?!" dengan nada membentak, Delon menunjuk tepat ke wajah Gagah. Cowok itu langsung menepis cepat tangan Delon.

Gagah berdiri, diikuti Sela juga setelahnya. Sedangkan Cantik masih duduk terdiam dengan kepala tertunduk. Suasana kembali lagi memanas. Bahkan beberapa orang yang ada di sekitar, memandangi mereka sembari berbisik-bisik pelan.

ALFABETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang