*Meski sudah diutarakan, belum tentu rasa cintanya terbalaskan*
__ Sebab rasa yang dia punya, belum tentu sama __
***
Bersamaan dengan mata yang terbuka pelan, bau khas obat-obatan rumah sakit menyeruak di indra penciumannya. Kepala Cantik menoleh ke kanan dan ke kiri, nampak seperti orang blo'on yang tak tau arah jalan pulang.
Nuansa ruangan serba putih ini menyadarkan Cantik akan sesuatu. Ia ingat betul kejadian yang membawa dirinya berada di tempat ini. Terkunci di gudang olahraga dengan suasana gelap membuatnya jadi sesak untuk bernapas. Hal itu yang mengakibatkan Cantik berbaring di rumah sakit.
Cantik merubah posisinya menjadi duduk, tangannya memijat pelipisnya yang terasa pening.
Ceklek.
Decitan suara pintu terdengar setelah itu, menampilkan manusia bertubuh jangkung yang menyangking kantong kresek putih ditangannya.
"Udah bangun lo?" tanya Gagah sembari meletakkan kreseknya di sofa dekat pintu. Ia mendekati Cantik lalu mengacak gemas rambut gadis itu. "Muka lo jelek banget. Gak sesuai sama nama."
Mulut Cantik sedikit terbuka mendengar penuturan dari Gagah. Apa-apaan ini, baru saja Cantik siuman dari pingsannya tapi sudah mendapat penghinaan semacam itu.
"Kalo jelek gak usah pegang-pegang," ketusnya seraya mengusap rambutnya sendiri. "Udah sana pulang, ngapain Gagah di sini. Katanya sibuk." Cantik membuang muka.
Gagah menerbitkan senyum tipis dibibirnya. Melihat tingkah seperti anak kecil yang Cantik lakukan barusan, membuat hidupnya serasa kembali. Jujur saja, Gagah rindu sikap Cantik yang manja dan kekanak-kanakan.
Gagah mengambil kresek putih yang ada di sofa, membuka bungkus bubur ayam yang tadi ia beli lalu berdiri kembali di hadapan Cantik. "Makan dulu, Can." Gagah menyodorkan sendok berisi nasi lembek itu.
Cantik menggeleng dengan bibir mengerucut. "Enggak mau. Sana Gagah pulang aja," usirnya lagi.
"Ya udah." Gagah memasukkan makanan itu ke dalam mulutnya sendiri, ia tak menggubris ucapan Cantik yang dinilai mengusir itu.
Cantik menatap cowok yang kini duduk di sisi ranjangnya dengan sinis. Ia merasa jengkel dengan perlakuan Gagah yang suka berubah-ubah. Cantik pastikan Gagah ini bukanlah Porenjes!
Cantik menatap Gagah yang justru tengah asik melahap makanannya. Rasa dongkolnya tiba-tiba mengikis saat melihat cara makan sahabatnya yang belepotan.
"Udah gede kok makannya kayak anak TK."
Gagah yang tadi fokus pada makanannya kini menoleh ke arah Cantik. "Kenapa?"
Cantik menyeka sisa makanan yang ada di sudut bibir Gagah. "Nih." Ia menunjukkan telunjuknya. Tanpa disangka oleh siapapun, Gagah justru memasukkan jari gadis itu ke dalam mulutnya, dan dengan cekatan Cantik menjauhkan jarinya dari mulut cowok itu.
"Gagah jorok banget jadi cowok." Cantik mengelapi jarinya dengan kaos yang ia pakai.
"Diem. Jangan ganggu gue, lagi makan," kata Gagah dengan wajah tengilnya.
Cantik mendengus sebal. "Udah diusir kok gak pulang-pulang, Gagah gak tau malu."
"Gue lagi gak sibuk, jadi gak mau pulang."
"Ish!" Cantik melipat kedua tangannya di depan Dada, menunjukkan rasa sewotnya pada Gagah. Diam-diam Cantik membasahi bibir mungilnya yang mengering, meneguk ludahnya dengan terpaksa, ia juga lapar.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALFABET
Roman pour AdolescentsDari mana kita bisa menyampaikan rasa untuk orang yang kita cinta. Dari mana kita bisa mengucapkan indahnya kata-kata. Dari mana pula kita mampu membuat cerita dalam dunia nyata. Dan kenapa juga kita bisa untuk bicara. Kalian tau? Semua karena dia...