*Mungkin lewat adanya bunga, aku bisa menyampaikan rasa untuk kamu yang ku cinta*
__ Karena soal asmara, tak harus di ucapkan dengan kata-kata __
***
Berdebar. Itu lah gambaran kondisi hati Cantik yang sedang dirasakan saat ini. Andai saja yang akan Cantik temui nanti adalah bunda Helin atau om Hadi, mungkin jantungnya tidak akan berdetak kencang seperti sekarang. Namun, karena yang akan ia jumpai adalah orang tua Dewa, jadi begitu lah suasana hatinya.
Tanpa melepaskan gandengan di tangan kirinya, gadis itu berhenti melangkah. "Tunggu, Wa. Cantik gerogi nih," ucap Cantik.
"Santai aja sih, mereka gak akan gigit," tutur Dewa seraya mengajak Cantik kembali berjalan ke arah teras rumahnya.
Sepulang sekolah hari ini, Cantik diajak Dewa untuk datang ke rumahnya. Cantik diundang untuk menghadiri acara kecil-kecilan keluarga Dewa, katanya sebagai rasa syukur sang ayah yang telah usai menjalani masa jabatannya sebagai Letnan Jenderal.
"Stop, Wa." Cantik menjeda kakinya yang berjalan.
Dewa jadi ikut berhenti kembali. "Kamu degdegan banget ya?" tanya Dewa disertai tawa kecilnya. Ternyata Cantik juga merasakan apa yang dirinya rasakan kemarin saat bertemu dengan tante Lena.
Kaki Cantik jingkat-jingkut seperti menahan sesuatu. "Cantik pengin pipis."
Dewa segera melangkahkan kakinya lebar-lebar, berjalan cepat dibuntuti gadis berbaju putih di belakangnya. Dewa tak akan membiarkan Cantik buang air kecil sembarangan.
Saat Dewa dan Cantik masuk ke dalam rumah, keduanya sudah disambut oleh beberapa orang disana. Mereka tengah sibuk menyiapkan sesuatu di ruang tamu.
"Assalamualaikum," salam Dewa sembari menarik tangan Cantik menuju toilet rumah, sedangkan makhluk di balik punggungnya hanya meringis tak berdosa.
Sesampainya di sana, Cantik langsung masuk ke dalam toilet. Sementara Dewa berpamitan pada gadis itu, ia tak mungkin menemani Cantik di depan pintu. Lebih baik Dewa membantu mamahnya yang tengah dilanda kerepotan.
Tiga menit setelahnya Cantik membuka pintu toilet, urusannya di ruangan itu sudah beres. Tapi, pada saat dirinya akan menyusuli Dewa di ruang tamu, tiba-tiba seseorang menabrak tubuh kecilnya. Hampir saja Cantik terpelanting karena tubuh besar pria itu.
"Jalan pake kaki dong." laki-laki bergaya rambut pompadour di depan Cantik langsung dongkol.
Heiii, di sini Cantik yang tertubruk. Kenapa malah pria di hadapannya yang sewot. Cantik ingin mencurahkan kekesalannya, namun harus ia urungkan. Ingat! Ini rumah orang, bukan rumah sendiri. Cantik harus bisa menjaga image nya.
"Maaf kalau Cantik salah, tadi Cantik gak lihat masnya jalan." Cantik menunduk, ucapannya terdengar lembut.
Pria itu menaikan satu sudut bibirnya, lucu. Jelas-jelas tadi dia sendiri yang tak sengaja menabrak gadis itu. Karena sibuk berkutat dengan ponsel di tangannya, ia jadi tidak fokus berjalan.
"Nama lo Cantik? Kok orangnya jelek, sih?"
Cantik mendongak, menatap lelaki songong bertubuh tinggi di hadapannya. "Di mintai maaf kok rese, sih?". Cantik mulai menampakan jati dirinya.
"Sorry, deh sorry," tutur cowo berlengan kekar itu seraya mengulurkan tangannya pada Cantik, dan dengan mudahnya gadis itu menerima. "Cantik maafin, tapi ada syaratnya."
Pria itu mengangkat salah satu alisnya. "Apa?"
Mata Cantik ditujukan pada seisi ruangan, hingga pandangannya beradu pada meja keramik berisikan vas-vas bunga di atasnya. Cantik sangat suka bunga.
![](https://img.wattpad.com/cover/175252922-288-k395024.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ALFABET
Teen FictionDari mana kita bisa menyampaikan rasa untuk orang yang kita cinta. Dari mana kita bisa mengucapkan indahnya kata-kata. Dari mana pula kita mampu membuat cerita dalam dunia nyata. Dan kenapa juga kita bisa untuk bicara. Kalian tau? Semua karena dia...