Final, sampai jumpa di Refrain versi cetak. Revisi sampai disini, versi revisi lebih greget lagi mungkin umpatan pada Elang bakal bertambah. Cerita ini fiksi jadi jangan dibawa ke real life ya, beberapa mungkin di luar sana ada yang nyata tapi ambil pelajaran yang baik-baik saja yang negatif buang dan jadikan pelajaran.
Setelah inside pernikahan sepupus Bang Elang. Hingga aku berakhir diantar pulang oleh dosen ku. Sebenarnya aku cukup malu, bagaimana nanti kalau aku bimbingan lagi sama Pak Nafa. Apakah dia akan mengejek ku. Pak Nafa mengantarkan ku sampai disebrang jalan depan gerbang kesatuan. Pak Nafa menawarkan pinjama paying, namjun ku tolak. Biar sekalian basah sampai rumah siapa tahu dengan hujan, sedih ku sedikit terlebur.
Om-om yang menjaga pun heran sekaligus khawatir. Pasalnya tadi aku pergi dengan Bang Elang, ku jadikanlagi Pak Nawa dan skripsi jadi alasan.
"Tadi dosen ku ngajak ketemuan menjadadak Om. Dan lagi aku kena marah gara-gara salah masukin teori" cukup keren bukan alasan ku.
Tak apa aku tak ingin mengumbar aib keluarga ku. Biar nanti takdir yang akan menunjukan kebenaran. Selama itu pula aku berusaha terlihat baik-bauik saja. Bang Elang pulang pun langsung menodong pertanyaan kepada Ku.
"Kenapa kamu pulang enggak bilang-bilang. Kata Bunda kamu bosen, kamu harusnya bilang sama aku dong saying" ucap Bang Elang terlihat khawatir.
Kalau kamu khawatir kenapa aku tak menyadari keberadaan ku dan malah pulang di sore hari. Apa kamu begitu Bahagia dengan yang Namanya Rania itu. Tak ada cinta untu ku kah ?
Aku bak mayat hidup, ketika Bersama Bang Elang sebisa mungkin aku menjadi Fio ceria namun ketika Bang Elang pergi aku menangis meraung-raung. Kenapa kebahagian sulit aku jangkau, apakahan ada online shop yang menjaual kebahagian ? shopee, took pedia adakah kalian menjual kabahagiaan, kalau ada biarkan aku membeli. Berapa pun harga ongkirnya.
"Beberapa hari ini kamu kelihatan lesu, ada masalah ?" peka juga Bang Elang. Kenapa pekanya cuma sampai segitu.
"Masih sama kok problemnya Bang" jawab ku pendek.
"Jangan terlalu dipikirkan nanti kamu malah sakit. Nambah satu semester lagi juga enggak papa kok kan Abang yang bayarin."
Aku menatap Bang Elang emosi, kenapa dia seolah merendahkan ku.
"Apa Bang Elang mau rendahin aku kaya Bunda ?" tanya ku emosi, tak lupa air mata ku mulai keluar.
"Loh kok bawa-bawa Bunda segala ?"
"Bang Elang tahu enggak, Bunda selalu bandingin aku sama sepupu Abang. Bahkan Bunda bandingin aku sama Rani. Siapa itu Rania. Apakah dia orang terkenal seperti dokter Raisa," ucap ku dengan akhiran mengejek.
"Kok kamu jadi bawa-bawa Rania juga. Sebenarnya ada apa sih jelasin Fio," ucap Bnag Elang yang juga ikut emosi. Segitu cintanya sama dia sampai tak boleh ku jelekan.
"Maaf, aku Cuma emosi aja. Maaf kalau aku bentak Abang"ucap ku mencoba tenang. Ku hapus air mata ku.
"Hah... lain kali kalau emosi jangan bawa-bawa Bunda. Dia itu ibu aku, ibu kamu juga. Dan lagi bawa-bawa Rania yang enggak ada sangkup pautnya" uacp Bang Elang lalu pergi begitu saja.
"Apa aku enggak ada artinya dimata mu Bang ? Aku istri mu bisakah kau berikan cinta mu pada ku saja."
***
Aku menatap lembaran kertas ditangan ku dengan pandangan kosong. Formulir beasiswa S2 di Korea tepatnya Seoul National University sebuah kampus ternama di Korea. Kampus impian ku waktu SMA. Penerimaan mahasiswa di musim semi, apakah akhirnya aku kesana ?
"Kenapa enggak langsung diterima saja, bukan ku itu cita-cita mu" ucap Sehan.
"Entahlah Han, ada restu Papa yang harus ku dapat kan."
"Hemm... benar restu orang tua itu penting. Karena beberapa firasat orang tua itu benar" balas Sehan.
"Kalau missal kamu terima nanti bias kok aku jadu guide mu. Bilang aja kalau butuh apa-apa, kayaknya dapat asrama."
Aku mengangguk, "Kata Mr. Choi fasilitas asrama lengkap dengan temapt laundry. Dapat uang saku juga."
"Itu beasiswa dari perusahaan Korea ya, relasinya Mr. Choi bagus juga."
Yap beasiswa tawaran dari Mr. Choi ini beasiswa perusahaan bergengsi di Korea. Bisa dibilang perusahaan berpengaruh, Daesung Grup sebuah Perusahaan basis teknologi yang sekarang di pimpimpin oleh Lee Min Ki.
Aku memutuskan pulang setelah konsul skripsi. Akhirnya Bab 2 ku di acc juga, meski beberapa ada di perbaiki, typo biasalah penyakit tuman. Posnel ku bergetar, chat masuk dari Dimas. Selama Pendidikan Dimas jarang ngasih kabar, dia bilang sih enggak ada waktu buat megang Hp.
Dimas meminta ku datang ke pelantikanya, tak terasa Dimas sebentar lagi jadi polisi ya. Itu berate kurang dua bulan lagi usia pernikahan ku dengan Bang Elang akan mencapai setahun. Aku ragu apakah pernikahan ku bisa sampai di usia pertama. Perniakahn yang baru sebiji duren harus kandas seperti ini. Aku istri sahnya Bang Elang tapi kenapa orang-orang disana memandang ku seperti pelakor saja.
Aku terlonjak kaget ketika Papa membuka pintu kamar ku. Raut wajah Papa terlihat masam sekali.
"Bisa tidak Fi kamu banggain Papa sedikit, jadi istri yang baik enggak susah kan ?" ucap Papa sengait.
Mama dari belakang Papa tergopoh gopoh lalu memegang lengan Papa.
"Pa sudah jangan marahin Fio."
"Enggak bisa Ma. Anak yang bisanya nyusahin ini harus dikasih kritikan biar tahu kesalahan dan memperbaiki diri. Sudah bagus dijodohkan dengan Elang, eh malah ngecewain keluarga. Jadiin istri itu buat ngrus suami bukan habisi uang suami. Semenjak menikah kamu jadi ngelunjak ya" bentak Papa.
Air mata ku langsung bercur-curan. Pertama kali aku dibentak Papa seperti ini.
"Pa ini juga salah kita, harusnya kita lihat mereka coco kapa enggak, saling menerima apa enggak. Bukan asal langsung menikahkan mereka. Pa Fi anak kita Pa, anak kita satu-satunya," belas Mama mencoba merayu Papa.
"Justru itu, dia anak satu-satunya bukanya banggain keluarga malah bikin malu saja. Coba Papa tanya ada prestasi yang dia ukir ? ada ? Kpopan mulu enggak ada untungnya" bentak Papa membuat ku terlonjak kaget.
"Pa cukup, Papa selalu nuntut Fio harus seperti ini dan itu. Setiap orang punya kemmpuan berbeda Pa. Apa selama ini Fio enggak membanggakan kita Pa, dia masuk kampus negeri terfavorit juga sering dapat beasiswa."
"Sudahlah kamu selalu belaiiin anak mu. Dia jadi manja kan." Ucap Papa lalu pergi.
Mama langsung mendekati ku dan memeluk ku.
"Enggak usah dengerin omongan Papa sayang. Kamu hebat, jangan khawatir masih ada Mama disisi mu. Kalau ada apa-apa cerita ya sayang" ucap Mama sambal mengelus rambut ku.
Mama satu-satunya tumpuan ku dia yang paling mengerti aku. Ku akui aku tak begitu dekat dengan orang tua ku termaksud Mama kerana pekerjaan mereka. Terekadang mereka berangkat pagi lalu pulang saat aku sudah tidur. Keluarga ku memang kelebihan materi namun minus dalam perhatian. Bahkan aku malah lebih akrab dengan ajudan Papa ketimbang Papa ku sendiri, tak segan aku lebih memilih meminta tolong mereka dari pada Papa. Entah mengapa aku jadi kehilangan hasrat untuk hidup.
KAMU SEDANG MEMBACA
REFRAIN (Terbit)
General FictionTerkadang yang menurut orang tua baik. Belum tentu baik untuk kita. Tapi apa kita mampu menolak keinginan mereka? Meskipun itu menghancurkan kita . #7 abdinegara #6 militer #11 abdinegara 13/5/2020 #4 militer 2/7/2020 #1 tniad 1/8/2020