Menjadi seorang mama di usia yang terbilang cukup muda kalau di Seoul ya kalau di Jakarta menjelang 24 masih muda enggak ya. Rey gembul ku yang cengeng membuat hari-hari ku lebih berwarna. Rey hobi sekali nemploki papa nya pokok nya Rey tidak memberiku waktu berdua dengan Kak Fey. Kalau pagi sampai sore Kak Fey milik negara setelah itu Kak Fey milik Rey seorang. Pernah kita curi-curi kesempatan untuk melepas rindu Re selalu saja mengganggu.
Secara fisik Rey mungkin seperti duplikat Kak Fey tapi dia cengeng seperti ku. Aku selalu merasa khawatir saat Rey menangis karena tetangga ku kalau mendengar Rey nangis enggak diam-diam pasti mereka julidtin aku.
"Dek Fey kok Rey nangis terus sih. Enggak di kasih makan ya ." kalau enggak.
"Dek anak nya jangan dia buat nangis dong. Di diemin kalau nangis dek. Anak saya mau tidur keganggu sama tangisan nya dek Rey."
Aduh kalau Rey udah paham di ajak ngomong udah aku suruh diam. Padahal aku sudah memberikan asi, aku cek diapersnya juga masih kosong. Aku kadang enggak paham apa yang membuat Rey menangis. Tapi semenjak Kak Fey pulang Rey cengeng nya udah mulai berkurang. Kalau Kak Fey di rumah loh ya. Seperti kata ku tadi Rey menguasai sepenuhnya Kak Fey.
"Sayang Rey itu kangen papa nya. Saat dia lahir kakak kan enggak ada di samping mu jadi Rey ingin melepas kerinduan sama kakak. Kamu mengalah dulu ya nanti kalau Rey tidur baru kakak manjain kamu."
Ucapnya saat aku mengeluh Rey memiliki waktu sisa Kak Fey setelah kerja. Setelah punya Rey hasrat ku selalu menggembu kalau sudah dekat dengan Kak Fey rasanya pengen berduaan mulu. Setelah Rey berusia tiga bulan aku memutuskan untuk mengundurkan diri. Meski banyak yang menyayangkan kan pengunduran diri ku karena karir ku sangat bagus. Namun tekat ku bulat aku ingin menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya.
Menjadi ibu rumah tangga itu juga masuk kategori pekerjaan seperti mencuci, menyetrika, membersihkan rumah apalagi kalau Rey udah bangun terpaksa aku gendong dia sambil melanjutkan pekerjaan ku. Setelah pekerjaan rumah beres barulah aku memandikan Rey gembul ku itu paling suka sama air. Rey sudah enggak bau asem lagi, aku menaruh Rey kedalam baby box lalu kutinggal mandi sebentar deh. Hari ini aku mau mengajak Rey belanja bulanan hanya kami berdua.
Saat sampai di mall Rey sudah merosot dari gendongan embul ku ini sudah tidak sabar rupanya. Aku mengambil troli lalu meletakan Rey kedalam troli lalu mengambil barang-barang yang sudah aku list di phonsel ku supaya bisa memenaj keuangan. Ray sudah asik dengan barang belanjaan yang aku taruh di troli. Aku tengah memilih buah peer kesukaan Kak Rey saat hendak mengambil peer di pojok keranjang sebuah tangan sudah mengambilnya terlebih dahulu aku mendongak menatapnya alangka terkejutnya aku melihat orang itu.
"Mbak Fi belanja sendirian ?." Tanya Rania. Iya orang itu Rania.
"Iya Mbak nanti pulang nya baru di jemput sama papa nya. Mbak Rania juga sendiri ?."
"Sama Mas Elang Mbk."
"Ini Rey ya Mbak sudah besar ternyata." Sambungnya sambil menoel pipi Rey. Oh Iya Rey ini kalau udah lihat bening kaya Mbak Rania pasti mintang gendong, tuhkan bener dia merengeh minta gendong Mbak Rania.
"Rey udah tambah besar saja ya. Masih cengeng enggak nih." Ucapnya sambil mencium pipi embul Rey.
"Sekarang udah enggak Mbak. Tapi kalau papa nya dinas bakal konser dia Mbak sampai papa nya pulang." Bukan niat mengeluh Cuma berkata jujur saja.
"Enggak papa Mbak. Namanya juga bayi. Mungkin Rey emang enggak bisa jauh dari papa nya kali."
"Sayang udah belum pilih pear nya." Pecah suara dari belakang Rania. Orang itu adalah mantan suami ku. dia berjalan mendekati kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
REFRAIN (Terbit)
General FictionTerkadang yang menurut orang tua baik. Belum tentu baik untuk kita. Tapi apa kita mampu menolak keinginan mereka? Meskipun itu menghancurkan kita . #7 abdinegara #6 militer #11 abdinegara 13/5/2020 #4 militer 2/7/2020 #1 tniad 1/8/2020