14. Dokter Militer

13.5K 550 6
                                    

Setelah pertemuan dengan teman-teman sekelas ku dan juga Sehan. Pria pertukaran pelajar asala korea itu semakin gencar mendekati ku apa dia tidak tahu kalau aku sudah menikah atau pura-pura tidak tahu.

Setiap hari Sehan selaluengirim ku pesan singkat. Aku belum sempat cerita ke babang tentang Sehan karena beberapa hari ini si babang sibuk. Pulang pun malam sekali sampai aku ketiduran. Meskipun abang sudah mengabariku dan menyuruhku untuk tidur duluan tapi aku tetap menunggunya meski badan ku harus sakit karena ketiduran di sofa ruang tamu. Rutinitas pagi ku kini bertambah lagi merawat si bul Cimol kucing kecil yang aku adopsi minggu kemarin. Mulai dari membersihkan tempat pub si Cimol memandikan lalu memberinya makan. Awal di datang kemari dia sempat bersembunyi di bawah rak sepatu. Cimol juga selalu bersembunyi bila ada abang tapi sekarang Cimol sudah mulai berani bergelayut di lengan kekar milik abang. Kadang kalau ada waktu abang menyisiri bulu Cimol. Jadi ada sainganya deh.

Hari ini ada acara persit donor darah dan pemeriksaan gun pencegahan kanker servix. Aku sudah siap dengan seragam petsitku. Saatnya aku berangkat.

"Cimol kamu jangan berantakin rumah ya. Awas kalau kamu berantakin aku enggak mau beliin Whikas kesukaan mu." Ancam ku pada kucing oren ku.

"Meow....."

Aku pun menutup pintu rumah. Lalu berjalan ke gedung Aula yang jaraknya lumayan jauh dari  rumah. Ibu-ibu yang lain menaiki motor ada juga yang di jemput suaminya. Aku jalan kaki saja hitung hemat bahan bakar dan lebih sehat. Jujur Papa melarang ku mengendarai sepeda motor karena kecelakaan itu. Ceritanya aku di ajari naik motor sama papa tepat saat usiaku 17 tahun. Kenapa harus nunggu segituh sih papa padahal temen ku yang ayahnya polisi aja SMP sudah di ajarin motor walau aturanya anak di bawah umur tidak boleh mengendarai motor. Papa bilang ingin menjadi warga negara yang baik kalau soal itu akan jadi tanggungan mereka sendiri nanti. Saat aku ajaran motor aku tidak nyaman hingga entah kenapa pikiran ku kosong lalu menabrak Papa sampai motor rusak parah mulai dari situ aku tidak di ijinkan lagi belajar mengendarai motor. Cukup ceritanya masih jauh perjalanan yang ku tempuh.

Saat peluh keringan mulai bercurcuran tiba-tiba motor revo berhenti di sampingku.

"Ojek mbk." Siapa gerangan yang menganggu perjalanku.

Ku tengok ternyata suamiku si babang tercinya yang galak. Aku pun tersenyum lalu menaiki motor. Kupeluk dirinya dari belakang saat Motor ya Revo yang di berinama pety ini berjalan. Bau parfum khasnya masih terasa. Kami sampaj di Aula dengan cepat meski sudah banyak yang datang. Kami anggota persit di periksa mulai dari tekanan darah sampai kebagian kemaluan persis seperti saat pengajuan bedanya ini benar-benar di periksa apakah ada gejaka kanker servix dan alhamdulilah aku terbenas mesli begitu aku tetap harus menjaga pola makanan dan rajin olahraga. Aku selalu olah raga kok mencuci baju, mengepel dan pekerjaan rumah tangga lainya. Aku setiap minggu joging kok sama si babang walau cuma satu putaran sih heheh habis aku udah enggak kuat sehabis jogingpun langsung makan tak berpengaruhkan

Banyak dokter militer di sini karena kegiatan ini bekerja sama dengan RST. Aku sedikit berkonsultasi dengan dokter Ivan mukanya yang mirip Lee Seungi ah kalau enggak ingan sudah bersuami dan pakai baju persit mungkin aku sudah minta foto bareng. Aku bertanya seputar kesehatan akhir-akhir ini aku sering kali pusing kadang juga demam dan kadang-kadang pandangan buram aku sudah cek ke dokter dan katanya gejala tifus. Dokter Ivan juga bilang begitu tapi dia menyerankanku coba cek darah. Ah kalau sudah berhubungan dengan cek darah aku menyerah. Aku paling gakut sama jarum suntik. Itu lah saat Papa menyerankanku sekolah kedokteran aku menolak namun papa dengan kekolotanya memasukanku ke sekolah kedokteran saat awal pelajaran aku disuruh mencukur bulu pasien saat akan dioperasi. Dokter yang menyuruhku tidak berbicara jelas jadi aku mencukur bulu kakinya namun ternyata yang di operasi adalah perut dan aku salah mencukur aku yang malupun langsung pulang dan merengek pada Papa untuk pindah jurusan dan jadilah aku  kuliah di Sastra Korea.

Melihar dokter-dokter tampat berseliweran dengan seragam loreng dan juga snelinya membuat ketampananya bertambah. Saat aku sedang asyik memandangi dokter-dokter yang memeriksa aku melihat Babang Elang bercengkraman dan tertawa lepas nerbeda saat dengan ku dengan salah satu Kowad dia juga menggunakan sneli berati dia juga dokter. Aku berjalan mendekatinya lalu berdiri di sampingnya. Tampaknya dua manusia ini tidak menyadari keberadaanku hey apakalian buta ini juga si babang.

"Abang."

Babang Elang terlonjak kaget lalu menatapku begitu juga dengan Kowad disampingnya.

"Fi kamu sudah selesai di periksa ?."

"Sudah aku tadi kuga konsul ke Dokete Ivan. Dia tampan mirip Lee seungi tapi sayang aku lebih suka Ji Chanwok." Ceplos ku ku lirik sepwrtinya dari raut wajahnya dia tak menyukaiku memuji dokter Ivan tampan.

"Kamu kok muji laki-laki lain di depan suami mu sendiri."

"Dari pada muji di belakan nanti malah timbul masalah. Toh tadi aku juga cari abang enggak ada taunya disini malah asyik ngobrol."

"Maafin abang deh. Oh ya ini kenalim Rini teman satu letying ku."

"Saya Rini Mbk." Ucapnya sambil menjabat tangan ku.

"Saya Fio."

"Maaf mbk saya kurang mengenal mbk. Karena saat pernikahan Danton saya ada tugas."

"Tidak apa-apa. Jika ada waktu Mbk Rini mampirlah kerumah kami."

"Siap jika ada waktu senggang nanti saya mampir. Kalau begitu saya permisi dulu Mbk saya harua balik ke rumah sakit. Mari Bang Mbk."

Setelah Mbk Rini pergi aku menatap Bang Elang dengan selidik. Melihat interaksi mereka berdua terlihat lebih akrab. Meski kami saling mencintai tapi aku melihat ada yang berbeda dengan interaksi mereka berdua. Abang terlihat santai berbicara dengan Rini tadi tapi dengan ku abang Elang terlihat lebih sopan dan kurang luwes.

"Siapa tadi Bang ?." Tanya ku sambil melirik sebal Abang Elang.

"Kan tadi aku bilang teman satu letting ku."

"Hanya teman kan. Kok aku lihat cara bicara kalian beda lebih santai. Beda dengan ku yang terkesan kaku dalam segi bahasa."

"Sayang kan aku begitu karena menghormati kamu. Sudahlah lagian aku juga enggak ada hubungan apa-apa dengan si Rini. Percaya deh sama suami ganteng mu ini."

Ucapan terakhirnya membuatku memutar bola mata malas. Abang Elang memang cuek dan dingin tapi jika penyakit alaynya kumat percaua deh kamuakan sebal mendengaranya membaganggakan dirinya. Meski begitu aku mencintai suamiku. Dan karena kau mencintai suami ku aku akan mencari tahu ada hubungan apa abang dengan si Rini itu.

Hallo part ini pendek ya .

Kalau part ini rame aku bakal sering up. Lihat respon dari pembaca sepertinya cerita ini kurang menarik ya. Aku mersa cerita ini membosakan😧. Apa mau berhenti cerita ini sampai disini aja ?

REFRAIN (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang