Dewasa bukan hal nya soal umur tapi juga pemikiran. Ada orang yang umurnya cukup matang tapi masih bersifat kekanakan. Lingkungan pergaulan dan pola asuh keluarga ternyata juga berpengaruh pada sikap pendewasaan. Aku selalu ada di posisi aman dimana belum mengenal masalah. Ada pun itu masalah lingkup perkuliahan. Selama kuliah aku cukup aktif di UKM Jurnalis karena menulis adalah hobi. Waktu SMP aku selalu menyumbangkan banyak pusi untuk ekskul jurnalis. Di UKM jurnalis aku juga belajar fotografer aku juga di beri kesempatan untuk wawancara dengan Kak Najwa Shihab ternyata dulu dia juga nikah di usia muda. Hobi ku menulis mengantarkan ku pergi ke luar negeri tanpa biaya dari orang tua. Malaysia dan Singapura negara yang mana sering aku kunjungi. Berawal dari lomba esay membuat ku bisa berpergian keluar negeri gratis. Menyenangkan sekali bisa bertukar pikiran dengan mahasiswa dari berbagai negara, bisa jalan-jalan gratis dapat uang saku juga.
Bulan lalu aku mengirim esay lagi dengan tema budaya Indonesia dan Korea. Berkat drama yang ku tonton aku jadi punya pandangan tentang budaya Korea. Pagi ini aku menerima balasan email dan ku masuk tiga besar. Aku dapat kesempatan lagi belajar di luar negeri tapi kali ini beda karena aku akan ke Korea. Tuhan memang adil dalam memperlakukan hambanya. Esay ku nanti akan di bukukan bersama dengan peserta lain semua esay kami akan menjadi hak SNU kampus tertua dan no satu di Korea Selatan Seoul National University. Kampus idaman ku. Aku akan berangkat kesana setelah menghadiri pelantikan Dimas. Jadi aku ingin menyelesaikan masalah supaya saat ke Korea nanti aku tidak terbayangi masalahku. Karena disana aku juga belajar bukan sekedar treveling gratis disana.
Aku duduk bersandar di atas ranjang menunggu Abang Elang aku ingin masalah ini segera selesai. Aku masih bingung antara bertahan atau pergi. Aku tak ingin Allah tak menyukai ku karena aku bercerai. Pintu kamar terbuka Abang Elang tak menatap ku lagi. Seminggu sudah sikapnya pada ku sudah beda. Sosok yang hangat dan penyayang hilang entah kemana. Dia tidur memunggungi ku begitu pula malam kemarin.
"Aku tak tahan berada di posisi ini antara diingin kan dan tidak diingin kan jadi mari selesaikan masalah kita." Abang Elang membalikan badan dan lalu ikut duduk bersandar di kepala ranjang.
"Mau mu seperti apa bang aku akan turuti semua. Sebelum itu aku akan menjelaskan tentang Sehan yang ku rasa penyebab masalah ini." Ucap ku tanpa memandangnya.
"Sehan hanyalah mahasiswa pertukaran dari Korea. Dia tertarik pada ku itu wajar karena aku perempuan yang salah Sehan menyukai perempuan beristri. Masalah Sehan cukup sampai disitu karena aku tak pernah pergi bersama Sehan kami bertemu karena tak sengaja." Sambung ku. Aku menunggu Abang Elang berbicara namun dia masih diam.
"Aku juga tak punya kontak Sehan tak seperti kamu yang masih aktif bertukar pesan dengan perempuan lain." Abang Elang memandangku terkejut. Bingo aku benar semuanya kan.
"Rania mantan pacar ku, kami berencana menikah tapi ayah tak merestui kami. Bunda mendukung hubungan ku dengan Rania tapi ayah yang kolot memaksa meneruskan perjodohan itu. Ayah dan Bunda selalu berdebat mengenai hubungan ku. Karena aku tak ingin melihat mereka bertengkar aku menyetujuhi perjodohan itu. Rania kecewa dengan keputusan ku dia kecewa padaku lalu memutuskan melanjutkan studynya ke Jerman. Awalnya aku baik-baik saja dengan pernikahan ini aku mulai nyaman dengan kehadiran mu."
Aku terdiam mendengar penjelasanya. Jadi aku ini penyebab hancurnya asmara mereka. Air mata ku perlahan jatuh.
"Aku ingin jujur padamu. Sebelum kita makan malam dan bertemu dengan teman mu Sehan itu aku lebih dulu bertemu dengan Rania di Jakarta saat menemani Danyon dinas, tanpa sengaja aku bertemu Ranian sejak itu kami saling berkomunikasi. Aku kacau Fio aku tak ingin bercerai dari mu dan kau tak ingin..."
"Tapi kamu harus memilih bang." Sela ku membuatnya terdiam.
"Aku ingin masalah ini selesai. Lusa pelantikan Dimas aku harap kamu bisa menemaniku datang tapi jika memang tidak bisa tak masalah. Seminggu setelah pelantikan Dimas aku akan pergi ke Korea ada study disana selama dua minggu. Selama aku study kamu bisa memikirkan mana yang akan kamu pilih. "
"Aku tak ingin kita bercerai karena sudah melangkah sejauh ini."
Kami sama-sama diam. Abang lebih tua dari ku tapi kenapa dalam menyelesaikan masalah selalu di buat lama.
"Aku juga tidak ingin bercerai Fi tapi aku juga tak bisa bohong pada perasaan ku sendiri. Aku menyukai mu tapi untuk cinta itu belum. Tak mudah bagiku mencintaimu. Setiap aku belajar mencintaimu hanya perasaan hampa yang aku dapat. Ku akui hidup ku berwarna dengan adanya kamu dirumah ini."
"Jangan menganggap ku aku ini penghalang bagi hubungan kalian. Karena perjodahan itu aku harus kehilangan beasiswa ku keluar negeri bang bukan sekali tapi tiga kali. Setelah sidang skripsi Mr. Kim memberikan ku beasiwa ke korea. Papa tak mengijinkan. Dengan alasan akan jadi bahan guncingan tetangga jika aku tetap pergi. Ketiga kalinya impian hangus karena pernikahan ini. Kamu pikir aku tak sedih bang. Aku kecewa sangat kecewa. Papa seolah menganggap mu anak emas. Kamu di rumahku selalu di perlakukan seperti anaknya sendiri. Sedangkan dirumah orang tua mu bunda tak memperlakukan ku seperti mama ku memperlakukan mu. Kamu selalu jadi pusat perhatian utama mereka. Harusnya aku yang menjadi perhatian utama mereka. Papa dan mama selalu sibuk dengan urusan negara sedangkan orang tua mu, hanya ayah yang menunjukan kasih sayangnya padaku. Maaf bukan maksud membandingkan tapi lihat siapa yang lebih menderita dengan pernikahan ini. Aku tidak pernah tahu rasanya patah hati karena aku tidak pernah berpacaran." Tuturku dengan emosi.
"Kita sudahi saja bang. Aku harap setelah pulang dari study ku kamu sudah menukan jawaban mu. Jika memang berpisah adalah jalan yang terbaik baik bagimu tak masalah. Kebahagian ku tak hanya berpusat padamu. Aku suka dan cinta padamu bang namun mendengar perkataan mu sebelumnya aku sadar cinta ku searah. Hanya aku yang mencintai disini kamu tidak. Ternyata kebersamaan kita dalam membina rumah tangga ini tak dapat menghapus Rania dari pikiran dan hati mu. "
Aku tidur memunggungi Bang Elang. Aku tak bisa tidur. Aku kacau dengan hidup ku ini. Papa ternyata salah. Papa hanya memberikan ku kebahagian sekejab lalu harus ku balas dengan air mata.
***
Setelah menghadiri pelantikan Dimas aku berkunjung pulang ke rumah orang tua ku. Aku bangga pada Dimas tak kusangka sahabat ku bisa menjadi polisi. Aku harap Dimas dapat menjdi polisi yang baik dan jujur. Aku kerumah papa di antar oleh Dimas dia memaksa. Akundstang ke pelantikan sendiri. Abang Elang dapat panggilan dari danyon. Aku memang tak mengharap banyak dari dia.
Aku berjalan menuju ruangan dimana biasanya papa menghabiskan waktu dengan bukunya. Kubuka pintu terlihat papa membaca koran. Menyadari keberadaan ku papa melipat koran tersebut dan menaruhnya di atas meja.
"Kamu pulang tidak bilang dulu sama papa Fi." Aku tersenyum lalu duduk di samping papa.
Ku pandangi wajah papa. Papa yang menjadi idola ku. Papa yang menjadi cinta pertama ku. Namun papa juga yang membuatku kecewa.
"Papa segala sesuatu jika di paksakan akan menjadi tidak baik buat diri kita." Ucap ku. Papa menatapku bingung. Ku pegang tanganya.
"Seharusnya papa cari tahu dulu masalalu pilihan papa. Karena belum tentu yang papa pikir baik buat Fi tapi malah buruk buat Fi."
"Kenapa Fi. Cerita sama papa apa Elang jahatin kamucerita Fi."
"Bukan Abang Elang yang jahat. Tapi papa sama ayah yang jahat. Ayah seharisnya tak melanjutkan perjodohan itu. Apa papa tahu sebelum menikah dengan Fi abang Elang memiliki kekasih?."
Papa diam tak menjawab pertanyaan ku.
"Papa sudah tahu ternyata. Kenapa pa kenapa harus melanjutkan perjodohan itu. Fi selalu mengikuti keinginan papa agar papa bisa membalasnya dengan menyediakan waktu papa bersama Fi namun sepertinya pengorbanan ku sia sia. Fi hanya ingin punya waktu bersenang senang dengan papa dan mama. Sekarang papa jadikan Fi penghalang hubungan asmara Bang Elang dengan dokter Rania. Fi kecewa pa. Aku harap apapaun akhirnya nanti papa tidak marah pada siapapun. Aku tak ingin pernikahan hancur tapi aku juga tak ingin memiliki suami yang hatinya masih milik orang lain."
"Fi pulang pa besok Fi pergi ke Korea selama dua minggu. Lihat Allah maha adil ada bebrbagai cara membuat impian Fi terwujud." Aku berdiri lalu berjalan meninggalkan ruangan tersebut dengan berderai air mata.
Halo semua. Ngetik part ini buat aku jadi mewek. Maafkan typonya ya
KAMU SEDANG MEMBACA
REFRAIN (Terbit)
General FictionTerkadang yang menurut orang tua baik. Belum tentu baik untuk kita. Tapi apa kita mampu menolak keinginan mereka? Meskipun itu menghancurkan kita . #7 abdinegara #6 militer #11 abdinegara 13/5/2020 #4 militer 2/7/2020 #1 tniad 1/8/2020