Dulu hal yang paling menyeramkan adalah dirumah sendiri dengan keadaan rumah mati lampu. Teman ku bilang hal yang paling menyeramkan adalah kondangan ke rumah mantan pacar. Dan hal yang yang menyeramkan baru baru ini terjadi adalah mantan kondangan ke pernikahan ku. melihat wajahnya lagi rasanya aku pengen menonjok mukanya. Dia datang bersama istrinya Rania, katanya mereka menikah satu tahun yang lalu itu berati satu tahun setelah perceraian. Aku tidak mengundang dia tapi papa yang mengundang dia. karena papa masih berteman dengan Om Arif meskipun sudah sedekat dulu. Aku tak suka dia datang ke pernikahan ku. Bukan dendam tapi aku mendadak lupa siapa namanya jadi aku tak mengirim undangan ke dia.
Sehari setelah pernikahan aku langsung di boyong ke Cijantung. Sehari aku tinggal disana Kak Fey sudah hilang serti jalangkung. Hilang bukan berati hilang tapi pergi bertugas aku tidak tahu kapan dia akan pulang. Aku mengambil cuti seminggu dan cuti ku tinggal tiga hari. Hari pertama datang kami mebersihkan rumah dinas. Keadaan rumah pertamaa kaali aku datng itu benar benar bersih dalam artian sesungguhnya belum ada apapun di rumah karena sebelum nya Kak Fey tinggal di barak. Malam pertama kami tinggal disana kami tidur beralaskan tikar. Paginya mami datang hendak mengantarkan makanan untuk kami alangkah terkejutnya mami melihat rumah yang masih kosong. Tanpa rasa kasihan mami memukul kepala Kka Fey membuat Kak Fey lari ketakutan.
Setelah itu mami mengajak ku membeli semua peralatan dan kebutuhan rumah tangga kecuali rice cooker dan seperangkat alat memasak yang aku beli di Korea dulu ku pakai saat tinggal di Korea. Kami membeli banyak sekali barang mulai dari kompor, mesin cuci, lemari pendingin dan masih banyak lagi. Aku tercenggang melihat nominal yang harus di bayar oleh mami.
"Kita harus beli semua yang harus ada di rumah sayang. Enggak usah takut harga yang penting keawetan barang nya. Santai sayang tabungan Fey banyak jangan takut menghabiskan." Ucapnya saat au mencoba berdiskusi soal harga.
Dan ternyata uang yang di gunakan mami membayar semua belanjaan itu adalah uang tabungan Kak Fey. Aku sempat khawatir soal tabungan itu tapi yang di khawatirkan malah berkata "Tenang sayang uang bisa di cari nanti kalau kurang kita ngutang ke papi. Kasihan papi banyak uang enggak di gunaik dari pada nganggur mending kita gunain." Rasanya aku ingin memukul Kak Fey.
Kak Fey adalah orang penyuka binatang. Dirumah kami ada kucing yang waktu itu mengikuti ku setelah makan ternyata di rawat oleh Kak Fey. Dirumah ada tiga ekor kucing satu yang saat itu mengikuti ku ternyata di adopsi oleh Kak Fey dan dua lainya adalah kucing jalanan yang Kak Fey temukan di jalan. Kata Kak Fey lebih baik merawat kucing kampung dari pada beli kucing anggora karena pecintaa kucing sejati tidak memandang bentuk fisiki kucing tersebut. Selain kucing ada kelinci, tupai dan burung juga.
Memelihara mereka itu berati pekerjaan ku bertambah tidak hanya membersihkan rumah saja. Tapi aku suka kok karena Kak Fey sering sekali pergi jadi aku merasa ada temanya disini. Oh iya aku sudah aktif ikut kegiatan persit dan alhamdulilah ibu-ibu disini baik semua mereka tidak ada mencela status ku dulu dan bahkan tidak menyinggung nya. Aku sengaja tak menutupi statusku dulu karena aku tak ingin itu jadi boomerang nanti dan Kak Fey pun setuju dengan keputusan ku. aku tengah mempersiapkan berkas ku besok aku sudah mulai kerja. Jarak kantor dan rumah cukup jauh sehingga aku harus berangkat pagi sekali. Aku merasakan sepasang tangan melingkar di perutku. Dari bahunya aku kenal sekali. Bau ini adalah fovoritku.
"Kakak sudah pulang." Aku melepas tanganya dari perutku lalu aku membalikan tubuhku dan memeluknya. Seminggu dia pergi membuatku cinta ku semakin menggembu karena rindu.
"Kamu besok pagi sudah bekerja ya." Tanyanya. Aku menjabanya dengan mengangguk tanpa melepaskan pulukan ku.
"Sayang kamu enggak ada niatan untuk berhenti saja. Jarak kantor dan rumah kan jauh. Aku takut kamu kecapean."
"Sementara kakak ijinin aku kerja dulu ya. Kita lihat nanti kalau Fi sanggup ya Fi lanjutkan kalau tidak Fi akan resign."
"Enggak bisa secepatnya saja ?." Tawaranya dengan nada manja. Hem kalau udah bertingkah manja kaya gini pasti ujung-ujungnya berakhir di ranjang.
"Kalau resign sekarang kasihan Aldo sama Chan dong mereka pasti kelimpungan. Di divisi perencanaaan baru ada tiga orang dan Pak Hasa baru menyeleksi karyawan yang akan di tambahakan untuka di divisi perencanaan lagi. Kenapa sih pengen cepat aku resign."
"Nanti aku bobo kelamaan nunggu kamu pulang. Kamu kan sering pulang malam." Aku tertawa mendengar kata bobo. Sekarang aku merasa punya bayi besar.
"sudah-sudah itu pikir nanti saja kita jalani dulu. Sekarang kita bobo saja."
Mendengar ajakan ku Kak Fey dengan semangat menarik ku lalu menidurkan ku di atas ranjang. Bobo yang sebenarnya bukan bobo diam menuju alam mimpi tapi bobo yang akan membuatku tidur jam tiga pagi. Padahal besok hari pertama kerja setelah cuti tapi aku tak ingin mengecewakan bayi besar ku yang bernafsu besar ini.
Hari ini aku sudah di sambut dengan setumpuk berkas di meja kerja ku. Pagi tadi aku di antar kerja oleh suami ku tercinta dan nanti jika tidak ada tugas dia akan menjemputku. Padahal aku sudah bilang tidak usah tapi dia tetap memaksa aku hanya tidak ingin Kak Fey kelelahan.
"Yang baru nikah mah auranya beda banget ya Chan." Celetuk Aldo.
Aku menatapnya yang masih sibuk mengetik.
"Iyalah Do. Hawanya pasti pengen kelonan mulu."
"Sirik aja kalian." Sahut ku. membuat kedua orang tersebut menatapku.
"Kita bicara sesuai fakta kok bos. Pengantin baru kaya bos ini lagi semangat-semangatnya bikin anak."
"Aku ragu Chan soal anak. Kamu tahukan masa lalu ku dulu."
"Mungkin mantan suami mu aja yang enggak tokcer."
"Betul tuh siapa tahu mantan mu yang mandul bos."
"Sudah-sudah jangan ghibahi oarang laian kasihan nanti kepalanya gejedot gara-gara di omongin."
"Bilang aja si bos enggak mau bahas mantan."
"Mantan itu bukan pahlawan yang harus dikenang . Mantan itu harus di buang yakan bos."
"Kalian kalau enggak diam aku kasih tambahan pekerjaan loh." Ancam ku.
"Kasih aja enggak papa bos. Kita tahu kok bos pengen cepat pulang kan. Penegn kelonan sama suami bos."
"Chan Aldo kerja." Bentak ku dengan nada tidak marah. Mana mungkin aku bisa marah dengan mereka.
"Siap bos." Ucap mereka serempak kaya anak kembar."
Kami kembali bekerja. Aldo dan Chanbenar membantu pekerjaan ku sehingga siang ini aku sudah free tinggal rapat dengan Pak Hasa dan tim lain. Rapat pun tak banyak pembahasan sehingga rapat yang biasanya satujam menjadi setengah jam. Setelah rapat aku mengirim pesan ke Kak Fey untuk menjemputku dan dia sudah membalas ya.
Aku merapikan meja kerja ku. memastikan komputer ku mati. Ku lihat Aldo dan Chan juga sedang berkemas.
"Si bos semangat bener. Enggak sabar bikin anak ya bos." Goda Aldo.
"Enggak usah godain si bos Do suaminya jemput. Kalau tahu lu godain bos bisa habis lu di banting suaminya."
"Dari mana kamu tahu kalau aku di jemput sumai ku perasaan aku enggak cerita."
"Karena aku baru saja denger dari cewek cewek di marketing bahwa ada cowok ganteng berseregam di loby."
Mendengar perkataan Chan aku mengambil tas ku dan langsung berjalan menuju lift. Setelah sampai di loby aku melihat Kak Fey tengah mengotak atik phonselnya. Aku berjalan menghampirinya lalu menggenggam tangan nya. Dia terkejut lalu menyimpan phonselnya lalu menggandeng ku menuju mobilnya.
Disini Dimas porsinya kurang ya di gantiin sama Chan dan Aldo.
KAMU SEDANG MEMBACA
REFRAIN (Terbit)
Художественная прозаTerkadang yang menurut orang tua baik. Belum tentu baik untuk kita. Tapi apa kita mampu menolak keinginan mereka? Meskipun itu menghancurkan kita . #7 abdinegara #6 militer #11 abdinegara 13/5/2020 #4 militer 2/7/2020 #1 tniad 1/8/2020