19. Mencari Jalan Akhir.

12.7K 527 37
                                    

Elang Adha M POV.

Aku mengenal Rania di hari pertama masuk SMA dan kami sekalas terus. Waktu itu kami masih sahabatan sama dengan pertemanan Fio dan Dimas. Namun pertemanan kami menimbulkan getaran pada diri kami. Aku mengungkapkan perasaan ku pada Rania tepat di hari setelah kelulusan. Aku sangat dekat dengan keluarga begitu juga dengan Rania, dia juga dekat dengan orang tua ku apalagi Bunda. Rania selalu menemaniku latihan fisik supaya aku bisa lolos seleksi. Rania adalah gadis ceria dia berpemikiran dewasa. Namun keceriaan Rania hilang saat Papa nya meninggal karena kecelakaan menabrak pembatas jalan. Tiga hari sebelum kecelakaan aku bertemu Papa nya Rania di Cafe saat aku pesiar. Dia menitipkan Rania padaku, Rania adalah anak tunggal. Kematian Papa Rania berdampak pada kesehatan Mama Rania setelah seratus hari meninggalnya Papa Rania kesehatan Mama Rania semakin memburuk. Mama Rania meninggal setelah dirawat seminggu di rumah sakit. Rania sangat terpukul dia memang tidak menangis tapi pikiranya kosong. Aku tak bisa menemaninya karena aku harus kembali ke Akmil.

Disela pendidikan ku aku berusaha membangkit kan Rania dari keterpurukan dan Rania kembali ceria meskipun tak seperti sebelumnya. Saat aku ingin meminta restu untuk menikah  dengan Rania ayah menolak dengan terang terangan di depan Rania Ayah menyuruh kami berpisah lantaran karena aku sudah di jodohkan dengan anak sahabat ayah. Aku menolak tapi ayah tetap keras menjodohkan ku. Aku tak bisa menerima perjodohan ini karena ada janji yang harus aku tepati. Bunda berusaha membujuk ayah namun ayah tetap kekeh meneruskan perjodohan ini.

Setelah penolakan ayah aku tak bisa menghubungi Rania. Aku pergi menuju rumah Rania namun ternyata rumah itu sudah di jual. Aku kehilangan jejak Rania hingga akhirnya aku menyutujuhi perjodohan itu. Pernikahan itu pun terjadi semua urusan pernikahan sudah di urus oleh ayah. Awal pernikahan tak ada interaksi antara aku dan Fio meski begitu kami tetap tidur satu ranjang. Aku mulai menerima Fio di kehidupan ku namun terkadang disaat kami tengah bersama bukan bahagia yang aku rasakan sebab ada orang yang harus menderita karena pernikahan ini. Aku berusaha menyembunyikan semua ini aku tak ingin Fio sakit hati. Bangkai tetap saja tercium. Aku bertemu Rania kembali di Jakarta di hotel tempat aku dan Danyon menginap. Perasaan yang sudah ku pendam lama ini muncul kembali.

Saat pertengkaran ku dengan Fio karena curut Korea. Bang Fendi datang kerumah ku namun beliau tidak sendiri ada Rania di belakang nya aku baru tahu ternyata Bang Fendi adalah paman Rania. Aku juga tak sengaja  mendengar Fio pembicaraan nya dengan papa mertuaku. Ternyata kami sama-sama di posisi sulit. Fio yang mengorbankan impian dan masa mudanya karena menerima perjodohan ini dan Fio jatuh cinta padaku. Sungguh aku tak bermaksud menyakitinya. Aku tak ingin dia menangis. Hari itu dimana Fio dia antara oleh abang letting ku aku merasa cemburh.

Hari ini aku pulang kerumah orang tua ku. Aku melihat mobil yang biasa bunda bawa pergi ada di pekarangan sepertinya bunda baru saja pulang. Aku menyusul bunda masuk kulihat bunda tengah duduk di sofa ruang. Melihat kehadiran ku bunda tersenyum lalu menghampiriku dan memeluku.

"Bagaimana kabara bunda." Tanya ku dengan masih memeluk bunda.

"Bunda baik. Semenjak kamu menikah kamu jarang berkunjung." Balasnya. Aku menghela nafas. Bunda dari awal seperti tak menyukai Fio namun karena bunda berteman dengan mama Fio dia bersikap biasa.

"Ayo kita ngombrolnya sambil duduk. Bunda kangen sama kamu." Bunda menuntun ku duduk di sampingnya.

"Kamu kesini sendirian. Dimana istri kamu ?."

"Fi lagi di Korea ma dia ada study disana selama dua minggu."

"Kok Fi tega ninggalin kamu. Dia pasti di sana sedang senang-senang pasti tanpa mikirin kamu."

"Bunda Fi disana untuk belajar memang ada rekreasi juga disana. Dan lagi aku tak ingin Fi menghancurkan impiannya."

"Kamu bicara apa sih Elang. Fi harusnya sadar dia udah bersuami enggak bisa seenaknya dia pergi seperti ini."

"Bun Elang yang kasih ijin ke Fio bun. Elang enggak mau menghalangi impian Fio cukup karena pernikahan in Fio harus mengubur cita-citanya."

"Kok kamu jadi bela Fio sih Lang. Dia enggak mikirin kamu malah asyik Koreanan mulu. Dari awal bunda enggak suka sama Fio dia terlalu introven dia juga kurang mandiri karena kemana-mana selalu sama Dimas. Rania lebih cocok sama kamu. Ayah mu tetep kekeh sama pilihanya."

"Kenapa bawa ayah segala bun. Sedang membicarakan apa kalian." Suara tegas menyela pembicaraan bunda. Ayah pun bergabung duduk bersama kami.

"Lang ada masalah apa kamu  sama Fio ?."

"Kok ayah bertanya seperti itu."

"Resqa membahas masalah rumah tangga Elang dan Fio. Dia merasa terlalu memaksakan perjodohan ini."

"Memang kalian semua bersikekeh meneruskan perjodohan ini kan yah." Sindir Bunda.

"Bunn." Aku tak ingin bunda memancing emosi ayah yang baru saja pulang.

"Yah dari awal Elang sudah membicarakan ini sebelum perjodahan itu terjadi. Elang sudah berjanji sama papa nya Rania untuk membahagiakan Rania. Disaat Elang bahagia dengan Fio Elang merasa tak tenang yah Elang bahagia di atas penderitaan orang lain. Rania sudah tidak punya siapa-siapa yah dia hanya punya paman tapi dia menolak. Elang merasa tak tenang menjalani hidup ini. Elang belum sepenuhnya menerima Fio. Elang berusaha membuat Fio nyaman bersama Elang." Ucap ku jujur.

"Maafin ayah Lang yang memaksa kamu menikah dengan Fio. Ayah hanya ingin kamu menikah dengan perempuan baik pilihan ayah. Tapi tetap kita harus diskusikan semua ini dengan keluarga Resqa dan ada Fio juga. Jadi kita bisa memutuskan yang terbaik untuk kalian."

Kami pun mengakhiri obrolan ini karena aku harus kembali ke kesatuan. Sungguh aku tak ingin menyakiti Fio namun ini lah keputusan ku. Ada janji yang harus aku tepati. Silahkan jika kalian menghakimku mengataiku tak bertanggung jawab. Yang pasti aku hanya ingin menepati janji ku pada mendiang Papa Rania karena ini bukan hanya sekedar janji kata namun juga hati. Aku seharap Fio dapat melanjutkan kehidupanya dengan baik. Maaf kan aku yang sudah sangat jahat padamu. Aku selalu berdoa semoga kamu mendapat yang lebih baik dari ku.

Hola yang jomblo malming bareng sama aku disini siapa yang mau nanti aku up double deh. Jangan baper ya ini hanya fiksi jangan di samain sama di nyata.

Rencana awal aku cuma mau buat 16 part aja biar kaya drakor. Eh rencana ganti mau 25 eh ganti lagi kurang dari 25 maafkan aku yang plin plan ya.

Aku sempat konsul ceritaan ini ke kakak ku dan dia bilang terlalu drama ini cerita. Ngakak aku dengernya 😂😂 aku terinspirasi dari drama CLOY 😅

REFRAIN (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang