23. Burung Gagak.

12.8K 514 6
                                    

Minggu pagi ku habiskan membakar lemak dengan joging. Tapi kalau jogingnya sama Kak Fey jatuhnya malah lomba lari. Kak Fey dapat lima putaran aku baru satu setengah. Kak Fey larinya cepat sekali mungkin selain dia tentara pasukan khusus juga karena kakiknya panjang kaya jerapah. Aku terengaengah mencoba mengejar Kak Fey. Ah aku sudah enggak kuat aku beristirahat di bawah pohon sambil mengatur nafasku. Aduh kenapa enggak bawa minum sih jadi hauskan. Sebuah tangan mengulurkan sebotol air minerah kepadaku. Kuambil tanpa melihat nya. Kuteguk habis air dalam sekejab aku benar benar haus baru aku hendak berterimakasih aku terkejut siapa yang memberikan Si Burung Gagak Sajangnim si Bos besar sangat besar. Dia tersenyum misterius padaku lalau duduk di sampingku.

"Kalau enggak kuat lari enggak usah lari." Ejeknya.

"Suka suka saya Sajangnim."

"Kita tidak sedang di kantor dan lagi kamu bukan pegawaiku. Panggi aku Oppa karena aku lebih tua dari."

"Op opp... susah sajangnim. Saya sudah terbiasa memanggil seperti itu."

"Jika kamu merasa terbiasa berati ada kemungkinan kamu suatu saat nyaman berdekekatan dengan saya."

Aku melotot mendengarnya. Apa dia kerasukan wewegombel ngomong nya makin ngelantur.

"Sajang... eh oppa kenapa bisa bahasa Indonesianya lancar ?." Tanya ku. Dari awal aku bertemu aku sudah penasaran pasalanya semua orang di kantor ku dulu tidak ada yang berbahasa Indonesai.

"Saya dulu pernah sekolah di Australia dan di sana saya mendapat pelajaran bahasa Indonesia." Jelasnya.

"Saya ingin menawari kamu untuk bergabung lagi di Samsung cabang Jakarta apakah kamu mau ?."

Penawaran yang menarik. Aku juga tak ingin mengamggur lama akan jadi guncingan tetangga nanti. Sungguh membuat telingaku pegal.

"Boleh oppa tapi apa saya  di posisi sama seperti di seoul ?."

"Kamu  nanti di Divisi perencanaan karena hanya disana yang kosong. Bagaimana apa kamu mau ?."

"Boleh lah Sajangnim eh oppa. Tapi enggak tes lagikan ?."

"Hahaha karena selama kamu bekerja di Seoul dengan baik maka kamu langsung kerja tanpa proses seleksi dan wawancara. Berkasmu dulu di bawa besok ke padaku. Akan aku urus langsung nanti."

Aku terpekik senang mendengarnya.

"Fio." Itu kan suara Kak Fey.

Kak Fey berlari dengan wajah merah. Aku gugup melihat wajah garang Kak Fey.

"Kamu tahu enggak Fi kaka kebingungan cari kamu. Tapi kamu malah enak enak. Pulang Fi." Bentak Kak Fey lalu berjalan meninggalkan tempat ku berteduh.

Aku dengan gemetar mengikuti Kak Fey dari belakangAku lalu mengitAku tak pernah melihat Kak Fey semarah ini. Dulu saat kami bertetangga Kak Fey tidak pernah marah padaku meski aku membuat kesalahan.

Saat kami sudah sampai dan Kak Fry hendak membuka pintu tertahan. Di membalikan badanya. Aku tak berani menatap matanya. Aku tidak pernah di bentak bahkan papa ku tak pernah mebentaku.

"Maafin Kakak Fi. Kakak sudah membentak mu.  Kakak khawatir kamu tidak ada di belakang Kakak dan kamu juga tidak ijin pada Kakak mau istirahat." Ucapnya.

Aku menangis entah mengapa aku takut melihat Kak Fey marah. Kak Fey memeluku aku pun membalas pelukanya. Punggung ini punggung yang dulu selalu menggendong ku untuk menghemat ongkos pulang.

Ekhem ..

Sebuah suara membuat kami langsung melepas pelukan. Papa sudah berda di depan pintu.

"Kenapa kalian pelukan di depan pintu. Kalian menghalangi angin masuk tahu enggak. Dan kamu Fey jangan peluk anak Om sembarangan. Sikap taubat lima jam mau kamu."

Aku terkiki melihat Kak Fey pucat karena kena marah papa.

"Fi masuk dulu ya pa." Ijin ku. Aku harus segera berlari masuk kedalam. Biarkan Fey yang mengurus papa. Hihihi.

***

Aku mempersiapakan berkasi yang akan aku bawa besok pagi. Aku tak ingin menganggur lama cukup dua hari saja. Selesai sekarang istirahat bersiap kerja rodi lagi karena menurut prediksi ku meski di Indonesia kalau ada Bos Burung Gagak tak akan mudah meski dia menawari ku dengan kemudahan. Sebab dia seperti iblis dia pasti merencanakan sesuatu seperti dulu Yuni alami. Pintu kamar ku terbuka mama masuk dengan membawakan segelas susu coklat hangat.

"Kamu besok pagi sudah mulai kerja Fi. Apa enggak istirahat dulu saja. Papa sama mama enggak masalah kok kalau Fi mau menganggur dulu." Ucap mama lembut sambil menyodorkan ku segelas susu. Kutuk habis susuk coklat lalu menyerahkan kembali gelas kosong pada mama.

"Bos besar Fi di Seoul kasih rekomen kerja lagi dicabang
Jakarta dan akan di angkat pegawai tetap nantinya."

"Ya sudah kalau itu sudah jadi keputusan Fi. Tadi kamu di marahin Kak Fey ya Fi ?."

"Mama kok tahu ?." Padahalkan aku enggak kasih tahu mama dan papa.

"Fey yang cerita dia bilang habis bentak kamu. Fey berusaha bertanggung jawab Fi jadi dia khawatir kalau kamu tidak ada bersama dia saat itu. Karena Fey meminta ijin dengan ke papa ajak Fi pergi maka Fey juga harus memulangkan Fi ke mama dan papa."

"Fi takut sekali lihat Kak Fey marah ma. Lebih serem dari pada lihat valak." Mama tertatawa mendengarnya.

"Aduh sayang Fey itu ganteng masa di samain sama valak sih. Fey itu samain nya sama arti Korea yang dramanya terkenal. Hyu siapa ya mama lupa ah Hyunbin. Kan kalau sama orang lain selain kita dan keluarganya mukanya kaya kanebo kering." Aku tertawa mama benar Kak Fey kalau bersama orang lain dia akan kaku seperti kanebo. Tapi kalau sudah sama keluarganya di lebih hangat.

"Mama loh ya yang bilang Kak Fey kaya kanebo kering."

"Hihi jangan bilang ke Fey loh ya."

"Kalau ada tutup mulutnya Fi diam."

"Kamu bisa aja. Minta sama papa. Udah sekerang kamu tidur besok kerja. Jangan ngomongin Fey mulu kasihan dia kepalanya pasti kepentok meja."

Aku tertawa. Sebelum keluar mama mematikan lampu kamar ku lalu menutup pintu. Aku memandang langit kamar mata ku belum bisa terpejam karena aku belum mengantuk. Hidup ku yang tenang tiba tiba bagaikan rollcoster.

"Apakah aku bisa bahagia. Apakah masih ada laki laki yang mau menerima semua kekurangan ku ini." Guman ku.

Menjadi janda di usia muda membuatku takut untuk berdekatan dengan lelaki. Aku takut jika mereka mencela statusku yang janda. Aku takut jika tidak ada yang mau menerima kekurangan diriku. Aku selalu berfikir untuk tak berhubungan tapi hati kecilku berkata aku butuh pendamping. Tak selamanya aku bersama terus dengan mama papa.

Part ini pendek banget. Maafkan typonya.

REFRAIN (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang