8. Rumah Yang Nyaman Itu

17.6K 685 10
                                    

Rumah adalah tempat kita berteduh, namun rumah tak hanya untuk berteduh saja tapi juga tempat berkeluh kesal kala sedih dan senang. Tak semua rumah, ada juga rumah yang bak neraka. Itu semua tergantung individu. Untuk anak seperti ku kadang kala rumah seperti surga dan neraka.

Rumah terasa seperti surga ketika rumah itu membuat kita Bahagia, berkumpul bersama keluarga bersenda gurau. Tapi rumah bisa seperti neraka, orang tua yang menuntut ini itu, belum lagi perundungan. Dibanding-bandingkan dengan saudara itu sangat menyakitkan. Kemampuan setiap orang beda-beda bukan. Apa Papa dan Mama ku tentara aku harus kuat seperti mereka, buktinya aku lemah fisik.

Kini aku punya rumah tersendiri, dan aku selalu berdoa supaya keteduhan rumah ini akan terus berlanjut. Aku menjalani kehidupan baru ku dengan bahagia, meskipun awal aku masih kaku. Kala sibuk dengan skripsi dan giat ku sempatkan membuat jamuan untuk suami ku. Kata Bang Elang masakan aku lebih enak dari pada masakan kantin. Ya iyalah makan dikantin kan bayar.

Awal menikah sulit menjalani hari-hari, disaat kondisi ku saat itu belum ikhlas menerima keadaan bahwa aku sudah menikah ada suami yang harus aku urus dan anak-anak kelak. Setelah aku berusaha menerima dengan ikhlas kehidupan ku lebih enjoy. Jadi setiap pagi membuka mata terasa lebi fres gitu. Aku mencoba membuka diri dan mengarabkan dengan sumi ku. Setelah yakin aku menerima Bang Elang memboyong ku kerumah dinas.

Awal kali masuk kerumah berasa kaya dikos temen. Rumah melompong hanya ada satu set sofa di ruang tamu, untuk ruang tengah satu unit tv dan Kasur lipat, oh jangan lupa PS yang masih menempel. Hem...yang bikin shock alat memasak enggak ada, bahakan piring dan gelas Cuma ada satu, nah gini banyak yang harus dibeli dong.

"Aku kan tinggal sendiri, jarang masak juga jadi yah...begitulah" kata Bang Elang saat itu aku menatapnya sengit.

Dan di hari kedua kami, Bang Elang langsung mengajak ku membeli semua peralatan rumah tangga. Hal yang ku pentingkan terlebih dahulu perabotan rumah tangga minus alat bersih-bersih rumah loh yak karena Bang Elang sendiri pecinta kebersihan dan kerapian mangkanya rumahnya kelihatan...suram.

Masa awal tinggal di rumah dinas aku mulai focus pada skripsi ku, beberapa hari sebelum kepindahan ku aku konsul kesalah satu pembimbing ku dan diminta untuk mengganti judul karena katanya judul masih abstrak, otomatsi aku langsung kedua pembimbing yang lain dong karena dari awal dua pembimbing sudah acc judul.

Stress berat pokoknya, baru masalah judul loh. Karena pembimbing ku yang satu ini baru diajukan pihak kampus. Banyak yang bilang dosen ini tipe killer semua tugas harus sesuai dengan kehendakan Bapak Dosen. Terus disepakatin untuk judul tetap, itu pun ditembusin sama Mr. Choi selaku pembimbing sekaligus PA ku. Dosen killer alias Pak Nafa nurut aja secara kedudukan lebih tinggi MR. Choi termaksud gelar juga.

Baru judul loh ya, aku juga mikir judul ketika disemester 5 tapi mulai buat proposal disemester 6 karena mata kuliah yang membahasa susunan proposal ada di semester 6. Semester 7 masih ada 2 mata kuliah tapi suada aku ambil disemester 5 lalu. Muatan sks dikampus ku maksimal 26 itu pun harus caumlade atau sekita 3,40 ke atas.

Setelah deal judul aku mulai mengerjakan skripsi objek yang aku teliti mengambil dari beberapa sampel anggota EXO L Indonesia. Aku bergabung dalam komunitas EXO L, bias dibilang komunitas karena memang untuk kegiatan lapangan kami enggak begitu aktif taki ketika EXO berada di Indonesia kami langsung membuat acar penyambutan, yang tentu saja tidak menganggu kenyamanan member EXO. Buat yang enggak tahu EXO itu apa, EXO grup idol dari Korea yang memiliki member 9 dulu 12 member tapi berguguran seiringnya waktu dan kini hingga selamanya EXO tetap ber 9 meskipun Lay harus di China. Yah nunggu Thard Korea dan China selesai baru Lay bias comeback dengan member EXO karena Lay satu-satunya meber EXO yang ebrasal dari China.

Balik lagi ke kehidupan ku, tak terasa sudah dua bulan aku tinggal di rumah dinas. Selama itu acap kali kau harus bolak-balik Jakarta Bandung untuk keperluan skripsi. Kerap kali aku harus dibuat frustasi oleh Pak Nafa. Ketika aku belain ke Kampus eh..malah Pak Nafa keluar kota git uterus selama dua bulan dan skripsi ku baru stop di Bab 1 karena dua dosen penguji termaksud Mr. Choi sudah acc beberapa ada yang direvisi karena tanda baca yang kurang tepat.

Pak Nafa benar-benar memperlambat kelulusan ku nih, gimana mau lulus cepat kalau skripsi masih mentok di Bab 1. Aku benar-benar frustasi, untung ada Bang Elang yang selalu mendung jadi bias berbagi beban juga.

"Dibuat santai aja, jangan terlalu. Banyak mahasiswa yang pengen lulus cepat dengan berbagai alas an tapi kebanyakan malah molor karena beberapa factor salah satunya kaya kamu gini, masalah dosen" kata Bang Elang saat ku ajak curhat.

"Tapi Bang Mr. Choi aja yang Dekan bisa punya waktu yah...meski jamnya molor tapi dihari itu juga selesai. Nah kalau Pak Nafa ini enggak ada jabatan yang ditanggung tapi susah banget kalau diajak ketemu. Udah kaya Rektor aja" dumel ku. Bang Elang mengelus kepala ku mencoba menenangkan ku.

"Yang sabar mungkin dosen mu itu punya profesi lain. Jangan langsung judge negative gitu enggak baik. Coba di kontak lagi pastinya kapan bisa diajak konsul."

Ku ambil ponsel ku scroll mencari kontak Pak Nafa, ketika hendak mengirim baru inget kalau sudah malam. Enggak sopa kalau chat dosen di jam segini. Kirim besok pagi saja lah. Sebenarnya salah satu dosen ku Pak Fah meminta ku untuk lanjut begitu juga dengan Mr. Choi tapi yah enggah enak aja bagaimana pun Pak Nafa dosen pembimbing yang ditu juk menjadi pembimbing skripsi ku kalau aku lanjut, kesanya kaya enggak menganggap Pak Nafa pembimbing gitu. Gimana salah enggak ?


REFRAIN (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang