7. Selangkah Lebih Dekat

2.2K 178 9
                                    

Pernah enggak kalian terjebak obrolan yang kalian enggak paham apa yang mereka bahas. Seperti diriku ini berada diantara para abdi negara Papa, Bang Elang, lelaki misterius yang ternyata adalah Kak Fey tetangga ku dulu dan ditambah lagi Mama yang baru saja bergabung. Pengen kabur tapi takut disemprot Papa.

"Lama enggak ketemu ya Fey, kalau sama orang tua mu Om sering ketemu satu kantor kan kita. Sayang banget kamu enggak datang di pernikahan adik kecil mu ini" ucap Papa, aku mendengus pelan.

"Waktu dedek rakun men..."

"Dedek rakun ?" ucap ku memotong upanyanya. Masa iya aku cantik nan imut ini disamain sama rakun.

"Dulu waktu kamu kecilkan mirip bayi rakun. Enggak nyangkan besarnya kaya komodo betina" celetuknya asal.

"Sesama komodo jangan menghina oke." Ucap ku kesal. Lelaki yang konon tetangga masa kecil ku ini terseyum manis, entah kenapa senyumnya membuat ku sedikit terpesona.

"Maaf Kakak enggak hadir dipernikahan mu karena bertepatan dengan keberangkatan Kakak ke Amerika" ucapnya.

"Loh kamu jadi lanjut pendidikan ke Amerika to Fey ? kata Ayah mu dulu kamu nolak beasiswa itu," ucap Papa heran.

"Ada sesuatu yang buat saya memilih untuk menerima beasiswa itu Om. Lagian setelah dipikir-pikir rugi juga kalau saya enggak ambil. Kesempatan tidak akan datang dua kali kan Om ?"

Papa mengangguk, "Benar Fey, Om bangga sekali dengan kamu."

"Om saya pamit ya, ada acara dengan lepas ini." Pamitnya sambil melihat arloji. Papa terlihat enggak rela Kak Fey pamit. Papa hanya mengagguk pasrah.

"Kalau ada waktu senggang main kesini lah Fey, nanti Tante masakin makanan kesukaan kamu," ucap Mama. "Kapan-kapan ya Tan. Saya pamit dulu mari Tante, Om, Dik dan dedek rakun,' ucapnya sambil tersenyum jahil padaku.

"Hati-hati dijalan Kakak rakun, awas jangan sampai nginjek semut." Ucap ku asal.

***

Aku merebahkan diriku diranjang favorit ku lalu memejamkan mata. Niatnya ingin refresing otak dengnan nonton drakor, tapi mata ku ini sudah terkatup katup. Ranjang ku bergeku bergerak menandakan ada orang lain diranjang ini selain aku. Suasana hening sesaat, mungkin Bang Elang sudah tidur. Ini mata merem tapi belum bisa tidur juga.

"Dulu kamu seberapa dekat dengan Bang Fey ?"

Ku pikir dia sudah tidur, aku membalikan badan menghadap kearahnya.

"Entah aku lupa, kayaknya deket banget" jawab ku dengan mata masih terpejam.

"Kayaknya Bang Fey beda ya sama kamu ?"

Aku membukan mata ku, lalu menatapnya. "Maksud Bang Elang ?"

"Tatapan dia ke kamu itu, bukan seperti kakak adik tapi seperti lelaki yang menatap perempuannya."

"Kak Fey kan lelaki dan aku perempuan. Bang Elang gimana sih ?" ucap ku bingung.

"Apa dulu kalian ada something sebelumnya ?" tanyanya menelisik.

"Apa aku sedang diintrogasi ? Bang Elang aneh kan tadi Papa bilang aku dan Kak Fey berpisah saat umur ku 8 tahun." Jawab ku sedikit marah. aku lalu memnalikan badan ku memunggungi Bang Elang.

"Maaf kalau pertanyaan ku menyinggung mu." Ucapnya.

Aku tak menyahutinya, berpura-pura tidur itu lebih baik.

Perubahan waktu yang begitu cepat sekali padahal baru kemarin senin tiba-tiba sudah hari minggu saja, baru bulan lalu acara lamaran tahu – tahu besok aku sudah melepas status lajang ku. Malam sebelum pernikahan aku berdoa dan berusaha ikhlas dengan kehidupan pernikahan kedepanya. Dalam hidup aku punya rencana target aku menikah di usia 23 tapi sekarang belum genap 21 aku sudah menikah. Dalam doa ku semoga pernikahan ini akan bertahan lama karena bagiku hidup sekali menikah pun sebisa mungkin sekali. Tapi kita tak pernah tahu kedpan hidup kita bisa berbahan.

Pada pukul 10 pagi aku resmi menjadi istri seorang Elang Wibowo. Mencoba tersenyum selama acara berlangsung hingga selesai ternyata susah juga. Meski aku sudah menekan pada diriku sendiri untuk ikhlas namun dalam menjalankan ternyata berat juga. Pagi setelah resepsi kami berdua menuju Bali untuk bulan madu. Bulan madu kami tak seperti pasangan pada umumnya kami berjalan sendiri- sendiri. Kami menghabiskan waktu tiga hari setelah itu aku diboyongnya ke rumah dinas minimalis. Pertama kali masuk kedalam rumah pandangan ku seketika tertuju pada lemari kaca kecil yang berada disudut ruang tamu. lemari kaca yang berisi pernak – pernik marvel.

"Rupanya Bang Elang pecinta Marvel," guman ku.

Aku melakukan taur mengeiulingi rumah, sedangkan Bang Elang harus berangkat ke kantor. Orang segagah Bang Elang ternyata fanatik kartun Marvel, buktinya piring dan mug gelas bergambal karakter pahlawan karya Marvel tertata rapi pada rak piring mungil yang terletak disudut samping wastafel. Perbaton pun cukup lengkap satu buah panci dan wajan khas bujangan. Isi rumah pun masih dibilang sedikit diruang tamu se set sofa dan meja dengan lemarin kaca berisi karakter pahlawan Marvel. Lalu ruang keluarga yang satu ruang di skat dengan lemari aquarium aquarium besar yang menjadi pembatas antara ruang tamu dan ruang keluarga. Televisi besar merk Korea dengan PS yang masih mencolok pada tv lalu kasur lantai bergambar Kapten Amerika benar – benar menggambarkan fansboying Marvel.

Oke tugas pertama membereskan pakain ku lalu bersih-bersih rumah. Ku buka lemari baju harian yang tidak tertata lalu ku lirik samping kiri pakaian kerja menggantung rapi.

"Ini pasti Bang Elang kalau ambil baju main tarik aja jadi berantakan begini,' guman ku sambil melipat baju harian Bang Elang lalu menatanya kedalam lemari.

Setelah menata pakaian aku bergegas menuju dapur, rencana membuat sarapan seadanya karena aku belum sarapan. Ku buku lemari isi lemari membuat ku tercenggang.

"Bujang sih bujang tapi enggak gini juga dong masa cuma ada telur sama minuman kemasan aja," ucap ku.

Terpaksa aku sarapan dengan telur ceplok nanti kalau Bang Elang pulang akan ku ajak belanja masa Cuma ada telur. Rak plastik yang berisi puluan chiki dan cemilan lainya lalu rak yang paling bawah berjejer mie rebus dan goreng dengan berbagai farian dari ayam bawang sampai kare lalu dari mie goreng rendang sampai mie aceh.

"Itu usus sama lambungnya Bang Elang baik – baik saja makanya mie instan gini,"

Setelah sarapan waktunya nginem, nyuci bajunya Bang Elang lalu bersih – bersih rumah. Oke times let's nginem .


Revisi yang di up sampai part 10 ya.  Bocoran di part 10 siapin tisu oke...

REFRAIN (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang