Sop Iler 11

16.1K 602 3
                                    

Ada yang butuh asupan sop iler enggak ?

Sop iler akan ku kasih entah sampai bab berapa. Adakah yang masih nyimpen cerita ini ?

Happy reading sop iler.

Akhir-akhir ini pendengaran ku sensitive sekali. Kalau dengar suara keras rasanya telinga ku berdungung tak nyaman.

"Kamu...ada yang sakit lagi enggak," Sehan mengecek panik.

"Jangan berisik Sehan, lagian aku juga enggak papa kok."

"Enggak papa gimana kelapa, sikut sama lutut diperban gini kok enggak apa-apa" balas Sehan sengit. Sampai sebuah suara menghentikan Sehan.

"Sebelumnya saya mohon maaf kepada Dek Afrio karena telah menabrak. Walau kesalahan sepenuhnya bukan disaya. Lain kali kalau jalan hati-hati ya Dek lihat kanan kiri. Jangan asal terobos aja bahaya, jalan raya lagi."

"Bisa di certain ke saya, kenapa teman saya bisa seperti ini ?"

"Tadi teman anda mau nyeberang tapi enggak lihat situasi dulu ada mobil lewat, main nyebrang aja. Otomatis karena sudah mepet jadi enggak bisa ngerem terus nabrak teman anda.'

Sehan menatap ku, "Fi lain kali hati-hati. Kamu mau bunuh diri atau gimana ?"

"Perasaan tadi masih jauh kok Han terus tiba-tiba saja baru sampai gerbang malah aku tidur" jawab ku datar.

Sehan menatap ku panik, "Ini udah dicek semua ?"

"Sudah, bahkan saya minta dirongsen siapa tahu ada luka dalam. Dan hasilnya baik-baik saja."

Sehan menatap ku sedu, kenapa kamu menatap ku seperti itu Han. Aku aku terlihat lemah, apa aku selemah kucing jalanan. Kucing dijalan kan enggak ada yang suka jadi enggak ada yang mau adopsi, apa aku juga sama kaya kucing itu.

"Fi kalau ada masalah cerita ya, ada aku sama Dimas. Kalau Dimas enggak bisa dihubingi kamu bisa langsung cerita ke aku. Oke ?"

"Oke."

Lelaki asing itu pun pamit undur diri, dia akan bertanggung jawab sepenuhnya kesembuhan ku. Padahal aku seperti ini karena aku enggak hati-hati aku nyusahin Masnya tadi. Enggak guna juga ya aku, aku bisanya nyusahin aja bahkan orang asing pun ikut aku susahin.

Aku memakan apel yang sudah di kupas Sehan, rapi sekali dia mengupas kulitnya. Pintu dibuka dan munculah Papa dan Mama ku. Mama langung mendekat keraha ku lalau memeluk ku erat. Sedangkan Papa ? dia terlihat entah lah, mimic wajah Papa terlihat tak baik. Apa setelah ini aku akan dimarahi lagi karena nyusahin orang asing.

"Sayang kamu ada yang sakit lagi enggak ?" ucap Mama khawatir.

"Enggak kok Ma."

"Kamu sudah makan belum, Mama bawain kesukaan mu, oseng cumi. Mama suapin ya ?" ucap Mama.

Aku hanya menurut saja, tak ingin mengecewakan Mama meskipun aku enggak lapar. Biasanya masakan Mama enak sekali, kenapa ini hambar ya. Apa Mama beli kali ya ?

"Ma ini Mama masak sendiri ?" tanya ku sambal mengunyah.

"Iya ini masakan Mama, gimana enggak enak ya ?" tanya Mama.

"Enggak kok, enak seperti biasa" balas ku. Indra perasa ku mungkin lagi bermasalah.

"Papa sudah hubungin suami mu

Tak lama kemudian Bang Elang datang, namun dia tak sendiri ada kedua orang tuanya. Termaksud Bunda mertua yang menatap ku remeh. Ku genggang erat tangan Mama.

"Enggak papa Mama disini saying," bisik Mama menenangkan ku.

"Gimana Fi kedaan mu, ada yang terluka parah ?" tanya Ayah mertua.

"Cuma lecet doang Yah lainya baik-baik saja" ucap ku pelan.

"Ayah sekalian mau konfirmasi ya, kenapa kamu enggak balik ke rumah. Elang nungguhin kamu loh, kamunya enggak ada kabar" sindir Ayah.

Aku terdiam tak bisa menjawab. Aku tak nyaman kuremas selimut rumah sakit. Elusan tangan Mama yang lembut, seolah mencoba menguatkan ku.

"Yah Fi lagi fokus skripsi, dia udah ijin ke aku kok. Justru aku yang enggak pecus jagain Fi. Jangan limpahin semuanya ke Fi. Cukup skripsi yang jadi beban Fi sekarang" Ucap Bang Elang. Dia berjalan mendekati ku lalu menggengggam tangan ku. Ku piker Bang Elang actor yang handal.


REFRAIN (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang