03.

3.7K 375 25
                                    

1 Minggu Kemudian

Srek!

"Selamat pagi, adik kecil. Hey, bangun.."

Y/n mengerjapkan matanya berkali-kali kala sinar mentari pagi membuatnya silau. Ia menarik selimut dan menutup seluruh tubuhnya, berniat ingin melanjutkan mimpi indah yang terganggu karena cahaya dan suara itu.

Sementara pemuda yang sekarang berdiri di samping jendela itu berkacak pinggang dan menggeleng melihat tingkah gadis yang katanya telah menjadi adiknya itu.

"Y/n, ayo bangun.. Ikut kakak keluar.."

"Siapa?"

Gadis itu bergumam lirih, suaranya tertahan karena tertutup selimut. Sementara pemuda itu berjalan mendekat dan duduk di sisi ranjang.

"Felix Adelard yang paling tampan.."

Senyum terukhir pada bibir Y/n kala mendengar suara yang terdengar membanggakan diri sendiri, tapi ia menyukai hal ini. Sudah seminggu pemuda yang mengaku bernama Felix ini tinggal bersamanya dan Jennie, dan selama satu minggu terakhir ini mereka mulai dekat.

"Ayo, anak gadis tidak boleh bangun kesiangan.."

"Kakak.."

Y/n menarik kembali selimutnya dan terkekeh dibalik sana, hobby barunya adalah membuat sang kakak kesal, jadi ia melakukannya setiap pagi.

"Jangan malas seperti ini, nanti jodohmu lari.."

Y/n menyibak selimutnya, menatap Felix dengan bibir mengerucut, sementara Felix tertawa melihat reaksi sang adik.

"Kakak rajin saja jodohnya nggak datang-datang.."

Gadis itu keluar dari selimut persembunyiannya lalu berjalan kesal kearah kamar mandi setelah mengambil handuk dan baju ganti. Sementara Felix mengerjap beberapa kali sebelum menggeleng karena perkataan sang adik.

"Yang benar saja jodohku tidak datang, diluar sana banyak penggemar yang suka padaku, dan tentunya mengaku sebagai jodohku,"

Felix meninggalkan kamar Y/n setelah merapikan kasur gadis itu, entah kenapa Felix sangat memanjakannya. Ia hanya, merasa itu adalah kewajibannya.

Sementara Y/n yang sudah selesai mandi, mendengus kesal melihat kasur dan meja belajarnya yang rapi. Ia merasa menjadi gadis yang benar-benar malas, bahkan hampir setiap hari sang kakak yang membangunkannya dan merapikan kamarnya. Terbalik sekali.

Y/n segera turun dan menghampiri Felix yang memang sudah menunggunya di ruang makan, ia menengok ke dapur sebelum duduk di kursi makan yang berhadapan dengan Felix.

"Kakak, Bibi Jennie kemana?"

Felix yang semula sibuk dengan ponselnya, mendongak dan menggeleng. Sejak pagi, Jennie memang sudah keluar tanpa pamit.

Y/n hanya mengangguk, walau sebenarnya ia masih ingin bertanya lagi. Felix mematikan ponselnya dan mulai membuatkan sarapan untuk sang adik, hanya roti isi dan segelas susu.

Gadis itu lagi-lagi mendengus, lama-lama Felix menyebalkan dengan sikap perhatiannya. Y/n jadi tidak bisa bergerak sendiri, padahal ia ingin melakukan banyak hal yang ia lewatkan selama empat tahun masa kekosongannya.

"Kakak, hentikan. Aku akan melakukannya, kakak cukup diam, biar aku saja, oke?"

Y/n meraih gelas susu yang dipegang Felix dan membuatnya sendiri, sementara Felix tersenyum tipis.

"Kamu sudah besar, ya?"

"Kakak, aku sudah 17 tahun.."

Y/n memutar bola matanya, Felix selalu menganggapnya seperti bocah 10 tahun. Katanya wajah Y/n sangan babyface dan menggemaskan, Felix jadi tidak percaya kalau Y/n sudah 17 tahun.

Felix terkekeh dan mengangguk, ia gemas sekali dengan gadis yang tampak memakan roti isi buatannya masih dengan wajah kesal. Terlihat menggemaskan untuk gadis 17 tahun.

"Setelah ini ikut kakak, ya?"

Y/n mengehetikan acara makannya, menaikkan alis untuk bertanya mengenai ajakkan Felix.

"Menemui teman."

Y/n megangguk. Teman? Sudah lama Y/n tidak merasakan punya teman. Hanya Jennie yang selama ini bersamanya. Jadi Y/n tidak akan menolak, mungkin temannya Felix bisa jadi teman Y/n juga.

.
.
.
.
.

Felix menoleh pada Y/n yang menatap keluar jendela, Felix mengemudi mobil sendiri kali ini. Mobil yang mereka naiki telah terparkir di sisi jalan, dekat dengan taman, namun Y/n tidak menyadarinya, karena sejak tadi ia terlalu sibuk mengagumi pemandangan kota London.

"Y/n pakai topimu, ayo keluar."

Gadis itu menoleh kala tangan Felix menepuk pundaknya, ia menunduk menatap topi putih di pangkuannya yang tadi diberikan Felix padanya, lalu kembali menoleh pada Felix.

"Kenapa aku harus memakai topi?"

Felix tersenyum. "Agar kamu terlihat seperti gadis 17 tahun."

"Ha?" agar terlihat seperti gadis 17 tahun? "Memang gadis 17 tahun harus memakai topi?" Sungguh, Y/n baru mendengar tentang ini.

Felix malah tertawa, siapa yang tidak gemas dengan gadis ini, dia terlihat polos sekali. Dan semua orang pasti tidak akan percaya kalau dia sudah 17 tahun. Felix menggeleng.

"Kamu ini menggemaskan dengan ponimu, nanti temanku mengira usiamu 13 tahun."

"Ahh.. Supaya temanmu percaya aku sudah 17 tahun? Baiklah."

Y/n mengambil topi itu dan memakainya dengan bantuan Felix. Lihat, Y/n selalu kesulitan melakukan beberapa hal. Tidak salah kan Felix selalu membantunya? Lagipula banyak hal yang masih baru Y/n ketahui. Gadis itu seperti terlahir kembali.

"Jika seperti ini kamu terlihat seumuran denganku, terlihat seperti berkencan. Hahaha.."

Y/n menggembungkan pipinya, membuat Felix dengan gemas mencubit pipi cubby itu.

"Jangan begini, kamu malah terlihat seperti bocah 5 tahun.."

"Menyebalkan.."

Hobby menyebalkan Felix yang selalu membuat Y/n kesal sekaligus bahagia, Felix suka mengacak puncak kepala Y/n dan mencubit pipi cubbynya.

.
.
.
Tbc~

MunLovea
Sabtu, 16 Februari 2019

Save Me (TTU Season 2) [SELESAI]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang