"Andara S." Pak Abidin melambaikan selembar kertas hasil ujian Fisika satu minggu yang lalu.
Jantungku berdetak dua kali lebih kencang. Sel-sel di tubuhku menegang. Belum lagi, keringat dingin segede biji jagung dan tangan seperti direndam air es menambah kegugupanku.
"An, lo nggak maju ngambil hasil UH?" Vanya mengingatkanku yang hanya bergeming di tempat.
"Gue takut banget, elah." Aku menginggit bibir bagian bawah kebiasaanku kalau sedang gugup. "Liat, noh. Kalo nilai Fisika lo aja 10, gimana gue, Van."
Berkali-kali pula aku menepuk jidat. "Mati gue, mati gue. Bisa nggak naik kelas kalo dapet telor ceplok lagi."
"Siapa tau nggak dapet 0? Lo kan belum mastiin," sanggah Vanya cepat seraya menyikut lenganku. "Bisa jadi, nilai lo lebih tinggi daripada gue. Udah sana cepet, sebelum disemprot pak Abidin lagi." Cewek itu mendorongku maju ke depan. Menjorokkanku agar semakin dekat dengan ruang guru.
Kepalan tanganku kian mengerat. Perlahan, aku meremas rok abu-abu selututku untuk menetralisir perasaan.
Begitu sampai di depan meja Pak Abidin, beliau tau-tau sudah menodongku dengan berbagai pernyataan.
"Nilai kamu kok selalu di bawah 10, sih. Selalu terendah satu kelas."
"Emang nilai saya berapa, Pak?"
Pak Abidin sontak menghentikan aktivitasnya. Sorot mata beliau yang garang, seolah mengintimidasi. "Kamu nggak bisa lihat hasil ujian kamu sendiri?"
"Ujian saya memang di mana, Pak?" tanyaku cengo membuat lipatan di dahi Pak Abidin semakin berkerut.
"Lalu, kertas di bawah kamu itu kertas apa? Kertas bungkus kacang?" tanyanya sarkas sambil geleng-geleng kepala.
Aku menunduk, melihat kertas yang dimaksud Pak Abidin. Selembar hasil ujian dengan tinta merah mendominasi coretan di dalamnya menyita perhatianku.
Bukan.
Perhatianku bukan teralih dengan kertas yang banyak coretan tinta merahnya itu. Melainkan, angka yang tertera di kolom nilai.
Aku terperangah memandangnya, mataku berbinar, senyum manis nggak bosan terukir di sana. Aku sempat nggak percaya kalo kertas lecek tersebut punyaku, tapi setelah aku mencubit tanganku sendiri---dan rasanya sakit---TERNYATA INI BUKAN MIMPI!
Coba tebak dapat berapa nilai Fisikaku?
Kalian akan salah besar kalau menganggap aku dapat nilai A. Nilaiku tetap D, tapi dengan angka yang berbeda. Nilai kursi terbalik dengan quotes kesayangan Pak Abidin; Belajar lagi An!!
Terkadang, hal-hal sesederhana ini membuatku amat bahagia. Seengaknya, nilaiku berangsur membaik dari minggu lalu.
Bukan masalah nilai. Nilai sekedar angka. Tapi proses kita melewati keberhasilan itu yang berharga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Connection Your Internet
Short Story[COMPLETED] "Connection your internet. Lemot banget sih. Internet aja 4G, masa lo enggak." Aku bungkam. Menatap sosok yang ingin aku kubur hidup-hidup di tanah kusir. Atau paling nggak, aku tendang sampai ke lubang hitam biar hilang sekalian. Mampu...