BAB 18 - Aneh

399 80 3
                                    

Sepulang sekolah tadi, aku memang merencanakan kabur bimbingan bareng Vanya.
Bahkan, saking terniatnya bolos, aku sampai menyusun list!

Rencana Kabur Andara Dari Monster Rivaldo(dot):

1. Pergi ke La Cupcake diem-diem. Ajak Vanya juga, iming-imingi dengan traktiran satu porsi cheese cake supaya nggak nanya yang macem-macem. Kabur lewat gerbang belakang sekolah.

2. Silent hape.

3. Jangan gegabah keluar kelas. Inget! Rival anak XI MIPA 1, lo XI MIPA 4. Kelasnya deketan astoge.

4. Atur strategi dan plan B

5. Kalo ketauan, pura-pura aja nggak kenal. Bilang ke dia, Andara abis kepentok, jadi amnesia *plak

Kurang niat apa coba aku menyusun rencana kabur bimbingan hari ini?

Tapi sialnya, Rival malah menelpon Vanya dan menyuruhku balik ke sekolah ikut bimbingan.

He, hell ya! Sekali lagi kutegaskan, aku malas berinteraksi sama Rival.

"Nggak, Van. Bilang aja Andara nggak mau ngangkat teleponnya," decihku jengkel sambil melengos dari sana.

"An, An. Rival bales lagi. Katanya, dia puluhan kali nelpon lo tapi nggak diangkat. Jadi dia takut nelpon lagi, Sialiva udah berubah jadi gorilla ngamuk, gitu."

Sontak, aku memusatkan perhatian pada kalimat terakhir Vanya.

Apa? Dia bilang aku gorilla ngamuk?

Dengan cepat kuambil alih ponsel di tangan Vanya. "Heh sembarangan! Siapa yang gorilla ngamuk? Siapa ha!?"

"Lo," balas Rival dari sebrang telep----

Loh.

Tunggu.

Itu bukan suara dari sebrang telepon.

Itu kedengarannya nyata. Suara tersebut ada di sekitar sini.....

Refleks, aku menoleh ke sumber. Di ambang pintu La Cupcake, berdiri sesosok figur yang sangat familier, memakai seragam SMA Pustaka dengan tangan kanan terangkat menempelkan ponsel ke daun telinga. Seperti biasa, wajahnya datar. Nggak menyiratkan emosi.

Pemandangan nggak wajar itu membuatku membeku di tempat.

Oh shit.

Gimana bisa?

Siapa pun, tolong jelaskan padaku kenapan titisan Dementor ada di sini!

"Lo nggak sadar daritadi gue buntutin lo dari sekolah sampe La Cupcake, Sialiva?" tawanya berderai. Tawa yang seakan dibuat-buat. "Dan daritadi juga, gue ada di depan La Cupcake ngeliatin lo berdua."

Connection Your InternetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang