Kutatap lekat-lekat sosok di hadapanku sekarang.
Rambutnya yang hitam legam tertimpa seberkas cahaya matahari, iris coklat terangnya menyala mencuri setiap perhatian, belum lagi garis-garis rahangnya yang tegas dan alis bak ulat buku. Di tangan kanannya menenteng buku-buku latihan Fisika setebal undakan tangga.
Setelah konfrontasi yang cukup panjang, mungkin, seharusnya aku mengakhiri semua ini....
"Jadi bimbingan, kan?" tanyanya lembut sambil menyeringai jahil.
Aku menghela napas berat. "Iya."
"NAH GITU DONG, SIALIVA."
Sial. Kukira, dengan pengakuannya kemarin dia nggak akan memanggilku Sialiva lagi.
"Inget yaa, lo nggak usah minder ketika diolok bodoh. Lo nggak bodoh. Setiap orang punya kelebihan dan kekurangan masing-masing," ujar Rival berapi-api yang mau nggak mau membuatku tersenyum. "Lo itu termasuk tipikal orang dengan kecerdasan visual dan spasial. Jadi, berhenti nganggep diri sendiri bodoh. Lo pintar, lo pintar dengan cara lo sendiri. Don't be afraid."
Rival mendekat. Memangkas jarak di antara kami. "Dan ah ya, gue Sebastian Rivaldo, sebagai fans lukisan lo garis keras dari zaman SMP, gue mohon balik lagi ke lukis, Va."
Senyumku mengembang. Perasaan hangat menyelusup di hatiku tanpa permisi."Oke, asal lo berhenti manggil nama gue Sialiva, ya."
"Dar, Dar," sapanya lirih.
"Ha? Apa?" Aku menajamkan pendengaran. Ini benar (mantan) rival terbesarku memanggil namaku dengan sebutan Dar?
Dari kata Andara, bukan?
Yash Rival memanggilku Andara. Bukan Va seperti biasanya. Sontak, aku berubah antusias. Untuk pertama kalinya, Rival memanggilku Andara! Ini seperti keajaiban.
"Dara muda daranya para remaja uwowowo." Kalau aja aku khilaf, aku yakin bakal nyeburin titisan Dementor yang satu ini ke empang belakang sekolah.
Kutelan umpatan dengan susah payah, kukira cowok tengil yang satu ini beneran memanggilku Andara, huh.
"RIVAL, SIALAN LOOO," makiku sebal sambil berkacak pinggang.
Rival malah ketawa gila sambil berlari menghindari amukanku. Sifat datarnya mendadak ilang. Dasar aneh!
Iya, aneh memang. Aku curiga sifat datarnya selama ini hanya dibuat-dibuat. Sekedar skenario seperti perjanjian bimbinganku dengan Bu Netta yang ternyata dipelopori oleh cowok itu.
Dan kamu tau apa yang lebih aneh dari sifat Rival?
Aku menyukai sikap aneh tersebut.
Ini bukan salahku. Salahkan saja Sebastian Rivaldo. Dia, Mr Connection Your Internet---dan, selamanya akan tetap seperti itu.
- TAMAT -
KAMU SEDANG MEMBACA
Connection Your Internet
Short Story[COMPLETED] "Connection your internet. Lemot banget sih. Internet aja 4G, masa lo enggak." Aku bungkam. Menatap sosok yang ingin aku kubur hidup-hidup di tanah kusir. Atau paling nggak, aku tendang sampai ke lubang hitam biar hilang sekalian. Mampu...