Kalo lo bodoh di SUATU bidang, bukan berarti lo bego di SEMUA bidang.
Perkataan Rival terus tergiang di telingaku. Berputar-putar, layaknya radio rusak. Setiap kalimatnya menghantuiku setiap detik.
Aku menghela napas kasar, menghambur ke tempat tidur, lalu membenamkan wajah di bantal-bantal yang kini basah karena menampung air mata.
Dalam senyap, aku menangis. Menyuarakan apa saja yang ingin aku sampaikan namun terhalang oleh lisan. Melepaskan beban berat yang selama ini memenjara. Membebaskan dari sterotip masyarakat.
Awalnya, setetes dua tetes krsital bening yang meluncur, lambat laun menjadi nggak terbendung. Isak tangis samar-samar terdengar memenuhi ruangan. Dadaku sesak, mataku terasa panas. Deru napasku yang terengah, memaksaku menyeka air mata dengan kasar.
Sekali ini saja, aku mengeluarkan semuanya.
Kalo lo bodoh di SUATU bidang, bukan berarti lo bego di SEMUA bidang.
Selama ini, aku memang bodoh.
Benar kata Rival, aku bodoh.
Bodoh sekali.
Aku bodoh karena mempercayai mereka yang mengagapku bodoh.
Aku bodoh karena menganggap diriku bodoh.
Bodohnya lagi, aku masih memaksakan diri untuk memahami suatu hal. Nggak tahu batas kemampuan dan bakat minatku.
Aku memiliki minat dan bakat yang besar pada melukis, kan?
Kenapa malah aku tinggalkan?
Bodoh. Aku terlalu naif untuk menyadari itu.
Memaksakan diri mempelajari mata pelajaran eksakta sampai meninggalkan dunia lukis begitu saja.
Termakan omongan orang-orang yang mengatakan:
Pintar enggaknya seseorang dilihat dari seberapa tinggi nilai mata pelajaran eksaktamu.
Ulangan matematikamu dapat 0? Kamu dianggap bodoh.
Seni Budayamu dapat 90? Tetap saja kau dianggap bodoh.
Fisikamu dapat 5? Orangtuamu dianggap gagal menyekolahkanmu.
Apakah pintar tidaknya seseorang dinilai dari mata pelajaran Matematika saja?
Kurasa enggak.
Sebastian Rivaldo, aku berterima kasih atas pencerahan itu.
Paradigma masyarakat memang sebagaian besar keliru. Mama enggak mendukungku di seni lukis, nggak mengoptimalkan potensiku di sana, hanya menyuruhku bimbingan ilmu murni lagi dan lagi.
Aku lelah memakai topeng.
Bolehkah sekali ini saja aku menjadiri diri sendiri?
KAMU SEDANG MEMBACA
Connection Your Internet
Short Story[COMPLETED] "Connection your internet. Lemot banget sih. Internet aja 4G, masa lo enggak." Aku bungkam. Menatap sosok yang ingin aku kubur hidup-hidup di tanah kusir. Atau paling nggak, aku tendang sampai ke lubang hitam biar hilang sekalian. Mampu...