Nggak, ngaco.
Vanya ngaco.
Gimana ceritanya seorang Sebastian Rivaldo menyukai Andara S hanya dalam waktu kurang dari sebulan?
Aku mengenal Rival aja nggak sampai satu bulan! Dalam kamus Andara S, cinta pada pandangan pertama itu omong kosong.
Nggak mungkin, bisa aja Rival terpaksa menyutujui kesepakatan itu karena dia anaknya Bu Netta. Bu Netta pasti juga akan mengancamnya yang enggak-enggak kalau membantah.
"Andara, lo dipanggil Bu Netta. Ada nyokap lo juga di sana."
Seperti tertimpa puluhan beton besi, mataku terbelalak sempurna sembari mendengus gerah. Jemariku berhenti menulis catatan Kimia di papan tulis.
"Hah? Tante Widha dateng?" Vanya---teman sebangkuku--- bertanya histeris. Sedetik kemudian, cewek itu melempar tatapan menyelidik padaku.
"Gimana bisa, An?"
"Duh panjang." Aku berujar lesu. "Gue ke ruang BK dulu, ya."
Langkahku terasa berat menuju ruang eksekusi hukuman yang hanya berjarak beberapa meter. Tinggal menuruni anak tangga, menyebrangi gedung kelas X, lalu memilih jalur koridor X Bahasa, sampailah aku di ruang BK.
Harusnya semudah itu.
Tapi kenapa rasanya berat?
Jawabannya nggak lain nggak bukan karena ada Mama. Aku nggak siap melihat ekspresi beliau nanti ketika di ruang BK.
Kenapa mama ke sekolah tidak bilang-bilang?
Katanya lusa?
Kok tiba-tiba sekarang?
Ini terlalu mendadak.
Kuketuk pintu ruang BK dengan tangan sedingin es. Setelah melakukan ritual sopan santun singkat, kudorong pintunya perlahan dan ... voila!
Tau apa yang kulihat?
Kalian akan salah besar kalau menenak Bu Netta.
Bukan, bukan Bu Netta dengan tatapan otoriternya.
Bukan juga Mama dengan sorot seolah mengatakan kamu-harus-bimbel-lagi-An.
Rival? Ah, cowok itu saja nggak datang di ruangan ini.
Akan tetapi, mama justru sedang ber-selfie ria bersaam Bu Netta!
WHAT THE.....
Kalau saja aku khilaf, aku yakin, akan mengumpat sekarang juga.
Gimana nggak ngumpat? Aku dikacangin sementara mereka sibuk berfoto tanpa menyadari kehadiranku di ambang pintu.
Aku nganga nggak banget dengan tangan masih menggenggam erat kenop pintu.
"LOH KALIAN KENAPAAA?"
Itu bukan suaraku. Melainkan jeritan tertahan Rival yang tau-tau sudah berada di belakangku lengkap dengan ekspresi syok. Dia juga nggak kalah terkejut. Nganga nggak banget sambil melempar tatapan introgasi kepadaku.
Sorot matanya kali ini nggak datar lagi. Malah berseru jengkel, jelasin-ke-gue-kenapa-nyokap-lo-kenal-sama-nyokap-gue.
"Oh sudah ada Andara dan Aldo, ya? Sini-sini duduk." Mama mengakhiri sesi berfotonya. Kemudian, beliau malah tertawa gila sama Bu Netta.
Duh, ini emak-emak. Sebenarnya apa yang terjadi sih?
"Andara, kamu inget nggak pernah mama ajak reuni? Mama bilang kan ke kamu kalo bakal ada temen spesial mama yang lost contact dateng di acara tersebut? NAHH BU NETTA LAH ORANGNYA," ujar Mama girang.
Aku sontak nganga di tempat. Nggak terkecuali Rival yang membalas pernyataan Mama dengan lirikan samar ke arah Bu Netta.
"Jadi, Tante Widha selama ini .... sahabat Mama?"
"Iya Aldo, Mamamu dulu panggilnya Rinne. Mangkannya, pas baca surat panggilannya Andara atas nama Rinetta Karim tante sempet syok."
"Mama harus jelasin ke Andara semuanya." Hanya itu yang mampu aku suarakan ketika sampai di dalam ruang BK.
KAMU SEDANG MEMBACA
Connection Your Internet
Short Story[COMPLETED] "Connection your internet. Lemot banget sih. Internet aja 4G, masa lo enggak." Aku bungkam. Menatap sosok yang ingin aku kubur hidup-hidup di tanah kusir. Atau paling nggak, aku tendang sampai ke lubang hitam biar hilang sekalian. Mampu...