BAB 23 - Difficult

358 84 0
                                    

Kenapa semuanya jadi sulit dimengerti?

Kenapa aku malah terjebak di dalam labirin membingungkan?

Awalnya kan, cuma aku yang dipaksa Bu Netta jadi partner belajar titisan Dementor, kenapa bisa seribet sekarang?

Belum lagi, perial dugaan Vanya.

Aku bener-bener nggak ngerti maksud perkataan Vanya dan sikap aneh Rival.

Menghela napas gerah, kukeluarkan sketch book dari dalam tas. Diam-diam, kubuka lembar demi lembar buku lawas tersebut setelah memastikan kelasku sunyi.

Istirahat pertama memang baru berbunyi sepuluh menit yang lalu. Namun, semua penghuninya sudah lenyap dan hanya menyisakan aku seorang diri.

Termasuk Vanya, cewek itu lebih  memilih ke kantin bareng Aden setelah kutolak ajakannya karena aku sedang suntuk.

Dan, menghindari Rival pastinya.

Omong-omong, sketchbook itu pemberian dari anonim ketika aku kelas 1 SMP. Keesokan paginya setelah aku memenangkan kejuaraan Lukis Surealisme tingkat provinsi, kata Vanya, kado sketchbook itu sudah diletakkan di kolong mejaku pagi-pagi sekali.

Sketchbook pemberian anonim itu berisi banyak sekali gambaranku sewaktu SMP.

Samar-samar, bau buku ini membuat hidungku geli karena debu tipisnya. Mungkin, karena sudah lama nggak kubuka. Terakhir saja ketika bergabung di ekskul lukis waktu awal-awal kelas X. Itu pun cuma sebentar. Lalu, aku memutuskan resign karena nilaiku yang sangat merosot.

Aku menggaet pensil, mulai menggoreskan pena itu di kertas putih sedikit kekuningan. Jemariku menari lincah di atas sketchbook. Kebiasaanku dulu kalau sedang suntuk.

Sekeras apapun aku melupakan menggambar, pada akhirnya ... jiwaku ada di sini. Menyatu dengan cat air, kanvas, pensil 8B, dan palet warna-warni.

Sudah cukup, selama ini ... aku membohongi diriku sendiri. Sudah cukup, selama ini ... aku hanya menuruti ego.
Sudah cukup, selama ini ... aku belajar Matematika, Fisika, Kimia, kalau pada akhirnya memang nggak ada passion di bidang tersebut.

Nggak, Andara. Ini bukan langkah yang salah.

Kehadiran Rival yang serba mendadak di hidupku ada sisi positifnya juga ternyata.

Karena teka-teki sialan ini, aku jadi bisa menyalurkan hobi lamaku dalam lembarang sketchbook usang.

Garis-garis dan arsiran di pensil 8B-ku membentuk raut wajah seseorang dengan topeng bahagia.

"An." Tiba-tiba, ketukan pintu di kelasku meruah.

Refleks, gerakan jemariku terhenti. Aku menyembunyikan sketchbook ini di bawah kolong dengan gerakan cepat.

"Kenapa?"

Di depan pintu, berdiri seorang cowok dengan rambut hitam legam yang sangat familier. "Dipanggil nyokap lo ke ruang BK."

Hal yang selama ini menganggu pikiranku pun, terealisasikan juga.

Connection Your InternetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang