Obliged - 20 -

3K 372 29
                                    


•´•´•´•´•

drap..drap..drap..

Pagi ini langkah Seulgi tidak teratur, kakinya melangkah lebar guna mempercepat jalannya. Mata gadis itu sembab sambil terus menelusuri lorong rumah sakit. Dia tidak peduli lagi dengan Jimin yang terus memanggilnya agar memperlambat langkahnya. Pria itu tentu khawatir dengan Seulgi, apalagi dia tengah mengandung. Jimin tak mau sesuatu terjadi pada wanita itu. Jika terjadi sesuatu pada wanita itu, dia tidak akan memaafkan dirinya sendiri. Dan benar, wanita itu hampir saja terjatuh saat menginjak lantai yang masih basah.

Grep

"Kang Seulgi!"jantung Jimin rasanya mau copot tadi, jika dia terlambat sedikit saja tidak tahu bagaimana nasib calon anaknya tersebut dan tentunya Seulgi. Dengan terpaksa Jimin membentak Seulgi. Wanita itu masih terkejut, namun tetap menangis sambil menatap kedua mata Jimin.

Seulgi menggelengkan kepalanya."sudah tidak ada waktu lagi..".

"Kita harus menolong Appa.." lirih wanita itu kini memberontak dari cengkraman tangan Jimin pada kedua bahunya.

"Aku tahu kekhawatiranmu, aku yakin keluarga pendonor itu sudah mengetujuinya sekarang.. kumohon tenanglah!" ucap Jimin mencoba meyakinkan wanita itu.

"Tapi, mereka bilang denyut jantung Appa sudah mulai melemah..bagaimana aku bisa tenang!".

"Kalau pendonor itu menyetujuinya kenapa mereka memberikan respon yang lambat?! dan kau dengar sendiri kan, jika terlambat sedikit lagi Appaku sudah tak tertolong lagi!".

"Apa harus aku yang menjadi pendonor itu! ap-.."

"SEULGI!!" Jimin membentaknya lagi, namun cukup keras kali ini hingga membuat beberapa suster dan pengunjung rumah sakit memperhatikan mereka.

Jimin telah menurunkan masker yang tadi menutupi sebagian wajahnya. Membuat beberapa pengunjung terkejut dengan kehadiran Jimin disana. Entah kenapa sekarang Jimin lebih tak peduli. Dia sudah tak peduli lagi jika harus terlibat skandal seperti beberapa waktu lalu. Terlebih dia bersama wanita yang sama.

"Kau tak percaya padaku?"tanya Jimin lirih menatap lekat kedua mata Seulgi.

"Aku sudah berjanji padamu.. aku akan menolongmu sampai akhir..".

"Tenanglah, semua akan baik-baik saja.. Jangan katakan hal seperti tadi.. kau membuatku takut.. kau harus memikirkan dirimu juga.. bagaimana jika kau terjatuh tadi? apa kau tak tahu kekhawatiranku?".

"ta-tapi..".

"ssttt..pukul aku jika sampai aku berbohong.." ucap Jimin sambil menarik tangan kanan Seulgi ke pipinya. Membuat Seulgi harus yakin jika Jimin mampu membuatnya percaya.

"sekarang.. tak perlu terburu-buru.. kita langsung ke ruang operasi.." Seulgi mengangguk seakan pasrah dengan keyakinan Jimin.

"tetap berpegangan padaku.."bisik Jimin lembut sembari menuntun Seulgi menuju ke tempat Ayahnya berada.

Pria itu sudah tak peduli lagi dengan tatapan beberapa orang yang mungkin saja mengenali dirinya. Dia seakan lupa dengan ancaman Junmyeon beberapa waktu lalu. Tentang bagaimana nasibnya nanti? itu urusan belakangan. Yang jelas dia harus menolong Seulgi sekarang. Bahkan dia rela membatalkan jadwalnya hari ini.

OBLIGED ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang