Obliged - 25 -

2.5K 353 60
                                    

•´•´•´•´•

Suara dengkuran halus sudah menandakan bahwa Ayah Seulgi telah kembali terlelap dalam tidurnya, setelah tadi wanita itu memberikan obat untuk Ayahnya. Seulgi tak habis pikir, jika Ayahnya bertingkah layaknya seperti anak kecil. Dia merasa tak enak pada para suster yang harus bersusah payah melayani Ayahnya. Padahal biaya rumah sakit tidak sedikit. Seulgi mau tak mau menuruti keinginan Ayahnya yang manja itu, walau harus mengorbankan waktu kerjanya demi datang kerumah sakit setiap jadwal pemberian obat. Dia tak mau Ayahnya membuang-buang obat yang dia beli menjadi percuma.

Wanita berambut panjang sebahu itu mengistirahatkan tubuhnya sebentar sambil bersandar pada sofa yang berada diruang inap Ayahnya. Dia mengelap peluh yang menetes di dahinya. Tidak tahu kenapa tubuhnya lelah sekali. Kepalanya sedikit pusing atau mungkin karena kondisinya yang tengah berbadan dua membuatnya menjadi cepat lelah. Belum lagi usia kandungannya yang semakin membesar.

Dalam pikirannya terbayang tentang bagaimana jika anaknya lahir nanti, jujur saja dia takut. Bukan takut karena sakitnya melahirkan, melainkan takut anaknya menjadi bahan cibiran orang karena lahir tanpa memiliki sosok pria yang biasa disebut Ayah. Dia menangis tertahan sesaat setelah membayangkannya, Seulgi mencoba menepis bayangan itu dan menggantinya dengan topik yang lain.

Dia baru teringat saat bertemu dengan Joy tadi siang, haruskah dia datang?
Seulgi menghela nafasnya, setelah mengambil keputusan final. Mungkin dia memang harus datang, sudah lama dia tak merilekskan pikirannya. Dia juga harus melepas penat yang selalu membebani dirinya.

"Baiklah, berjalan-jalan sebentar tak apa" gumam Seulgi sambil menghapus airmatanya yang sedikit keluar tadi.

Seulgi bangkit kembali dan mengambil mantel yang dia gantung pada tempat yang telah di sediakan diruangan itu. Ayahnya sudah tidur, tak ada cara lain selain meninggalkannya tanpa pamit. Seulgi harus kembali bekerja, dan kemungkinan akan pulang pukul 8 malam nanti.

"Appa, aku pergi dulu.." bisik Seulgi pelan sambil mengecup kening Ayahnya.
Dia pergi begitu saja, dan menyapa beberapa petugas rumah sakit yang berpas-pasan dengannya.

Hari sudah sore, dan tentunya udara semakin dingin. Dia memandang langit sejenak. Merasakan sejuknya udara musim dingin sambil melihat warna senja yang mulai memudar.

Kakinya melangkah dengan pelan. Namun baru beberapa langkah, dirinya harus terdiam. Matanya membulat sempurna. Siapa yang dia lihat sekarang itu tidaklah penting. Yang jelas dia harus segera pergi sebelum orang itu menemukannya.

"Noona!"

Sialnya dia terlambat. Orang itu telah menyadari keberadaan Seulgi.
Wanita itu menjadi panik, menoleh kekanan dan kiri. Mencoba mencari tempat yang tak bisa orang itu jangkau.

Dengan cepat Seulgi berlari dengan susah payah saat orang itu mengejarnya, mengingat beratnya beban yang ia bawa. Dia ingin berbelok pada gang yang lumayan sempit, tapi lagi-lagi dia terlambat saat tangan orang itu telah menahannya.

Tidak..

"Seulgi Noona!"

•´•´•´•´•

Rombongan Joohyun, Jin dan Taehyung telah sampai pada tempat tujuan. Mereka langsung beristirahat di hotel. Setelah perjalanan yang memakan waktu hampir sehari menuju Los Angeles. Taehyung langsung terkapar dikamarnya, dia bahkan tak ingin mengganti pakainnya karena terlalu lelah. Berbeda dengan dua pasangan yang sebentar lagi akan menikah itu, mereka sempat mengajak Taehyung untuk makan siang. Namun pria itu lebih memilih tidur. Dia tak sanggup untuk membuka matanya.

OBLIGED ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang