Obliged - 27 -

2.4K 340 47
                                    

•´•´•´•´•

Seperti biasa sebelum berangkat ke toko bunga, Seulgi akan mengunjungi Ayahnya terlebih dahulu. Rumahnya juga tak jauh dari sana hanya butuh waktu 10 menit jika harus berjalan kaki. Dia membuka coat biru miliknya dan menggantungnya seperti biasa. Bibirnya menarik senyum saat Ayahnya tengah menikmati sarapan paginya.

"Setelah ini Appa harus minum obat dan seharusnya Appa tak perlu bantuanku saat meminumnya, Appa tak kasihan pada Sally?" ucap Seulgi mengomel, yang hampir setiap hari dia menasehati Ayahnya itu.

"Appamu sudah tua, bagaimana jika nanti Appa pergi? Aku hanya ingin putri Appa satu-satunya yang merawat dan kapan lagi kalau bukan sekarang?"balas Ayahnya itu, kemudian menyerahkan mangkuk bubur pada Seulgi yang isinya sudah ludes dimakan olehnya.

"Appa jangan bicara seperti itu! sudah cukup aku khawatir saat Appa koma. Dan aku hampir menyerah saat Appa belum juga mendapatkan pendonor waktu itu" ucap Seulgi dengan mata yang berkaca-kaca, dia lalu memberikan dua jenis obat pada Ayahnya untuk diminumnya kemudian.

"Appa hampir lupa menanyakannya, darimana kau punya uang untuk membiayai semua perawatan dirumah sakit?" tanya Ayah Seulgi penasaran dan baru menyadari hal itu.

"Dan lagi, kenapa kita bisa sampai dirumah sakit ini. Bukankah biayanya pasti mahal?"

"Apa mungkin jika kau mendapatkan uang itu dari hasil-.." Ayahnya tiba-tiba terdiam, beliau hampir saja mengeluarkan kalimat yang mungkin dapat menyakiti hati Seulgi.

Seulgi mengelus perutnya yang membesar, dia tahu maksud Ayahnya itu. Maksud kalau mungkin saja dia pernah menjadi wanita malam.

"Apa aku terlihat seperti itu?"tanya Seulgi dengan raut wajah kecewa.

"tidak, bukan begitu.."

Ayah Seulgi langsung memeluk putrinya itu, dia jadi merasa bersalah karena sudah menduga yang tidak-tidak.

"Maaf, Appa tidak bermaksud seperti itu. Ini semua karena kau tak pernah mau jujur padaku?" ucapnya sambil mengelus punggung Seulgi yang bergetar. Wanita itu menangis sekarang.

"Bisakah kau jujur sekarang pada Appa?"tanya Ayahnya itu lirih.

Seulgi melepas pelukan itu lalu kembali menatap Ayahnya, tersenyum samar kemudian. Mungkin sudah saatnya dia menceritakan kejadian yang sebenarnya. Memberitahu siapa calon Ayah dari bayi yang di kandungnya.

Dengan satu tarikan nafas yang cukup panjang, dia mulai membuka mulut. Menjelaskan semuanya, sampai dia lupa jika harus berangkat ke toko sekarang. Segala bentuk perubahan raut wajah sang Ayah sudah dapat dia duga sepanjang alur jalan ceritanya. Mau bagaimana lagi, itu adalah kisah hidup Seulgi yang selama ini tak diketahui Ayahnya.

Ayahnya marah, murka dan memendam rasa benci. Namun, Seulgi berusaha keras meyakinkan Ayahnya bahwa dia sudah merasa baik-baik saja sekarang.

Dia sudah bertekad akan menjalani hidupnya disini tanpanya. Dan tentang permintaan Daniel waktu itu, dia takut. Dia takut semuanya menjadi percuma jika dia kembali.

•´•´•´•´•

Jam tangan Rolex yang berada di tangan kirinya terus Jimin lihat. Pria itu menunggu-nunggu disaat acara New York Fashion Week dimulai. Ya, pria itu nekat untuk datang New York dan dia baru tiba kemarin malam. Padahal acara pernikahannya akan di adakan lusa, tapi dengan modal berani melanggar semua larangan Junmyeon dan tentu Ayahnya.

OBLIGED ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang