Obliged - 23 -

2.4K 339 43
                                    

•´•´•´•´•

Siang hari di Boston masih terasa begitu dingin, mengingat musim dingin masih belum berakhir. Seulgi mendapatkan kesempatan untuk bekerja hari ini, bekerja disalah satu toko bunga di kota Boston. Mau bagaimana lagi, mencari pekerjaan disini tak semudah yang dia kira. Belum lagi kendala bahasa yang masih sedikit dia pahami. Tapi inilah pilihannya, tinggal di kota yang menjadi salah satu kota tertua dan terkaya di A.S dengan ekonomi berbasis di pendidikan, perawatan kesehatan, keuangan, dan teknologi tinggi yang nama julukannya termasuk "Beantown", "The Hub" dan "Atena Amerika", disebut begitu karena pengaruhnya terhadap budaya, intelektual, dan politik. Dan karena itu jugalah yang membuat Seulgi harus lebih kuat lagi menjalani hidupnya disini.

Toko bunga hari ini agak sepi dan memang lagi bukan musimnya. Biasanya orang membeli karena untuk acara tertentu atau untuk pasangan mereka. Tapi kali ini benar-benar sepi, bahkan sudah masuk waktu tengah hari pengunjung belum juga datang. Seulgi berjaga sendiri hari ini, atasannya alias si pemilik toko sedang cuti untuk tiga hari kedepan. Dan mau tidak mau dia harus merangkai bunga sendiri.

Wanita itu senantiasa menatap keluar jendela toko, mengamati orang yang lalu-lalang. Sesekali kembali melanjutkan pekerjaannya. Tak jarang juga dia mengecek ponselnya, menanti kabar dari Sally. Suster yang beberapa hari lalu sudah akrab dengannya. Dia membutuhkan jasa suster itu agar mengetahui kondisi Ayahnya saat dia meninggalkannya untuk bekerja seperti ini.

"Hah"

Helaan nafas yang entah keberapa kalinya ia keluarkan. Tangannya ia alihkan untuk mengelus perutnya yang membuncit.

"Hei, anak Eomma yang tampan.. sedang apa disana?" bisik Seulgi pelan, berbicara sendiri dengan calon bayi yang dikandungnya. Padahal dia sendiri belum tahu bagaimana rupa dari anaknya nanti.

"Eomma, tidak sabar melihatmu hadir kedunia" bisik Seulgi lagi. Sesaat Seulgi terdiam, mengingat suatu hal yang tak pernah dia lupakan.

"Jim, dia laki-laki.." entah sadar atau tidak, mata Seulgi telah basah karena airmatanya turun begitu saja. Dia bahkan tanpa sadar mengucap nama pria itu. Pria yang seharusnya bersamanya saat ini.

Wanita itu tersenyum samar, mengingat keinginan pria itu terkabul. Keinginan untuk memiliki anak laki-laki sebagai yang pertama.

Yah, Seulgi telah mengetahui jenis kelamin calon bayinya itu pada bulan lalu. Yaitu laki-laki. Dia mengetahui gender calon bayinya berdasarkan kromosom dengan hasil XY untuk bayi laki-laki. Tes ini dilakukan dengan mengambil sampel darah, dan tes ini sebenarnya ditujukan untuk mengetahui kelainan kromosom seperti Down Syndrome pada janin. Tapi, tes ini juga bisa digunakan untuk menentukan jenis kelamin bayi. Tes darah ini biasa disebut dengan tes DNA sel bebas atau tes prenatal noninvasif. Mengapa dikatakan noninvasif ? karena tes ini tidak dilakukan dengan cara pembedahan atau pengambilan jaringan. Seulgi sengaja melakukan tes itu karena dia sudah tidak sabar ingin mengetahui jenis kelamin calon bayinya.

.

'Kira-kira, dia nanti laki-laki atau perempuan?'

'eum, aku ingin anak laki-laki sebagai yang pertama, karena dia akan menjadi pemimpin..'

'jika dia perempuan?'

'tidak apa-apa yang penting cantik seperti ibunya'

'dasar tukang bual!'

'hei, aku serius.. kau sangat cantik dan kupastikan anak kita akan sepertimu, aku yakin'

'Dan aku juga yakin jika dia laki-laki, maka akan tampan sepertiku'

OBLIGED ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang