Sebuah Rasa Amarah Besar - 2

541 8 0
                                    

---------

"Gue harap elo jangan pergi."

Dan satu pelukan hangat dari belakang gue rasakan begitu Bisma mengucapkan sebuah kalimat setelah berdiam seribu bahasa.

Tangannya melingkar hangat di leher gue dari belakang.

Kok hati gue jadi berubah lebih tenang gini ya?? Dan...jantung gue..dag-dig-dug serr.

"Gue akan kesepian kalau elo pergi. Gue sendiri disini. Dan orang yang Cuma bisa menghibur gue adalah elo. Elo, Han...satu-satunya yang gue butuhin disini. Percaya sama gue." Katanya dengan nada suara penuh penyesalan.

Ya, ampun Bisma. Elo tuh cowok yang emang gak bisa ditebak ya?? Elo menggoyahkan niat gue untuk pergi dari rumah ini tau, nggak?? Dan kenapa elo gak melakukan hal ini sejak tadi. Gue menunggu itu, Bisma. Seperti di drama Korea, batin gue sedih.

Perlahan air mata gue menetes juga.

"Sorry, atas perlakuan gue selama ini. Dan menjadikan elo pacar bohongan didepan public tanpa alasan yang jelas. Jujur, gue sendiri masih mencari dan bingung sendiri kenapa gue melakukan itu."

Kalau elo bingung, kenapa elo lakuin itu, Bisma?? Apa sih jalan pikiran elo??, teriak gue dalam hati dengan kesal.

Gue terus bungkam dan tidak berniat sama sekali membalas perkataan Bisma. Dan membiarkan kita berbicara dalam posisi seperti ini.

"Gue harap elo bisa ngerti itu, Han. Dan satu yang gue inginin, gue gak ingin elo pergi darisini. Gue butuh elo disamping gue. Gue butuh elo untuk bisa menghibur gue. Gue butuh seseorang yang mengerti gue. Dan itu Cuma elo, Hany. Just you are."

Apa itu bener, Bis?? Gue gak percaya?? Apa mungkin ini Cuma rayuan gombal dari elo supaya gue bisa tetep disini dan bisa elo suruh kapan aja?? Iya??, tanya gue dalam hati dengan rasa tak percaya.

Lalu, bagaimana dengan Lyra, Bis?? Gue bisa merasakan kok yang sebenernya elo butuhin adalah Lyra. Gue bisa melihat itu kok bahwa ada rasa sayang-cinta yang terpancar dari sorot mata elo setiap menatapnya. Gue bisa lihat itu!!! Lalu, omong kosong apalagi yang elo buat sekarang?? HAH??!, rutuk gue dalam hati.

"Kenapa elo diem, Han?? Gue tau elo lagi menitikkan air mata sekarang. Mungkin perlakuan gue emang udah keterlaluan. Elo boleh marah sama gue." Bisma makin memperkencang lingkaran tangannya dileher gue dan menyandarkan kepalanya dibahu gue.

Hal ini bikin gue makin gak ingin pergi dari rumah ini.

"Gu...gue Cuma heran aja sama elo." Gue mencoba membuka suara. Walau terdengar gagap. "Elo...gak peka sama perasaan orang lain, Bis. Dan itu elu lakuin ke gue?? Apa lu tahu betapa sakitnya itu?? Dan gue merasa digantungin atas semua yang udah elu lakuin. Itu...itu rasanya sakit." Jelas gue panjang lebar bercampur isak tangis.

"I know." Ujarnya pelan.

"Kalau elu tahu, kenapa nggak bilang dari kemarin?? Saat kita di restoran. Dan pada akhirnya gue menunggu alasan elu itu bikin gue sakit kayak gini tau, nggak??" kata gue kemudian dengan suara yang parau.

___

Apa sesakit itu yang elu rasakan karena perbuatan gue, Han?? Sampai elo demam tinggi begini Cuma, karena gue. Heh...gak disangka. Elu cewek pertama yang bikin gue heran sekarang ini.

Dan semua ini, karena perasaan suka elu sama gue, Han.

Ya, gue udah denger semua yang elo ucapkan didalam kamar tadi. Elu cemburu dan suka sama gue. Cemburu, saat gue bersama Lyra. Sedalam itukah perasaan suka elu ke gue??

Bukan Pembantu BiasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang