Just Her - 2

579 9 0
                                        

"Bis, gue bener-bener gak kuat. Parkiran masih jauh dari sini. Dan kalau menunggu lift pasti bakalan lama." Kata gue sambil terengah-engah.

"Kita ngumpet disini."

Dan satu tarikan paksa Bisma lakukan. Ia menarik tangan gue dan membawa ke dalam sebuah ruangan yang cukup terang.

Bisma menutup pintu ruangan.

"Hehh...untuk smeentara kita sembunyi disini. Dan berharap mereka enggak akan bisa menemukan gue dan elu." Kata Bisma dengan wajah penuh berkeringat.

Gue udah nggak mikirin hal itu. Oke, kita bersembunyi itu hal yang bagus. Dan sementara kita aman. Tapi, kaki gue ...sakit nih!!!

Gue hanya diam sambil memegangi telapak kaki gue yang sangat sakiiit!!!

"Kaki elu masih sakit??" tanya Bisma.

Irghh...dalam keadaan begini masih aja basa-basi. Tanpa elu tanya, emang elu gak bisa lihat ya kalau sekarang gue lagi kesakitan?? Dasar Singa gak peka, gue ngedumel dalam hati.

"Enggak!!! Ya, iyalah sakit. Pake nanya segala lagi lo?? Emang enggak lihat daritadi gue udah meringis kesakitan??" jengkel gue dengan wajah marah.

"Gue tahu. Tapi, kalau kita berhenti dulu buat pijetin kaki elu, kapan kita bisa lolos dari kerumunan mereka??!" ujarnya sambil berjongkok didepan gue.

Lah, kok jadi dia sih yang marah. Eh, tapi bener juga sih. Bodo ah!!!

"Ya, udah berarti ini semua salah elu. Siapa suruh kita pergi ke mall segala. Udah mana pake kacamata, topi sama masker, lagi. Kan, orang-orang ngelihatnya aneh. Ujung-ujungnya juga kita ketahuan, kan sama fans-fans elu itu." Tambah gue gak mau kalah.

"Jangan salahin mereka, salahin aja muka gue yang ganteng ini." narsisnya bikin gue tercengang.

"Dihh...ge-er banget!!!" kata gue sok-sok menjelekkan. Padahal sih, emang mukanya ganteng banget. Sampe-sampe elu bikin gue cinta banget sama elu, Bis, batin gue.

"Mana sini kakinya, coba gue lihat." Ujar Bisma sambil memegang telapak kaki gue yang udah biru gara-gara ke injek sepatu yang ber-hak dan lancip, pula. Damn!!!

Dan tanpa izin dulu, Bisma pun memijat kaki gue.

Mimpi apa gue semalem, bisa di pijet sama artis terkenal yang ganteng-baik, tapi juga dingin-cool-cuek-jutek-suka ngancem dan menjadikan gue memiliki perasaan lebih terhadapnya.

Gue memperhatikan wajah Bisma, diam-diam dan dekat seeekalii. Baru kali ini gue melihat raut wajah elu yang khawatir banget soal gue. Apalagi waktu di tengah kerumunan fans elu. Elu erat menggandeng tangan gue, melindungi, supaya gue tetap aman. Elu bikin hati gue merasa aman saat berada disampin elu, Bis, batin gue terharu sekaligus dengan perasaan yang berbunga.

"Auuuu....sakit kali. Pelan-pelan dong." Teriak gue, karena merasakan sakitnya tangan Bisma memijat kaki gue.

"Kalau enggak begini gimana mau sembuh. Elu, tinggal diem aja pake cerewet segala." Sindir Bisma bikin gue---yang tadinya berbunga-bunga sambil memuji elu---langsung berubah jengkel.

"Ya, udah gue nggak pelru di pijetin. Kaki gue udah sembuh." Tolak gue mentah-mentah.

"Masih mending gue berbuat baik sama elu." Kata Bisma seakan enggak ikhlas.

"Baguslah, berarti elu nyadar selama ini, kalau elu itu jaraaang banget berbuat baik sama gue." Tembak gue bikin dia terdiam.

___

Perlahan gue membuka mata gue. Pandangan gue sedikit rabun. Tapi, setelah sadar...gue melihat beberapa tumpukan di setiapsisi ruangan, itu seperti kardus-kardus bekas. Dan beberapa plastic yang berserakan dilantai.

Bukan Pembantu BiasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang