"Hujan..."
Bisma menatap Hany dalam kegelapan. Menatap wajahnya yang sedih dan berlinang air mata bercampur isakan tangisnya. Dekat, cukup dekat ia menatap. Dan terasa aneh menatapnya dalam kegelapan seperti ini, ia masih sangat jelas melihat seorang Hany yang menangis disampingnya. Seperti Hany yang bersinar dalam kegelapan.
Mungkin gue harus memilih diantara kedua pilihan itu. Pilihan pertama dimana gue tak ingin penantian yang sia-sia. Serta pilihan kedua dimana gue mulai mencintai seorang cewek yang telah mengisi banyak warna dalam hidup gue. Dari kelabu mengubahnya menjadi warna-warni, batin Bisma seraya menghapus air mata yang membasahi pipi Hany. Lembut. Dengan jari-jarinya.
Membuat wajah Hany semakin memerah. Dan terasa panas.
Dengan keyakinan gue, gue harus memilih pilihan kedua. Enggak...enggak hanya memilih tapi juga harus bertindak untuk bisa memilikinya. Memiliki seorang Hany yang selama ini selalu ada disamping gue. She always beside me.
Gue mulai menyukainya, gue mulai menyayanginya. Dan...dan...dan gue sadar..karena gue juga mulai mencintainya. Lebih dari sekedar majikan kepada pembantunya. Lebih dari sekedar sahabat kepada sahabatnya. Dan lebih dari sekedar artis kepada pacar bohongannya. Karena gue mencintai antara seorang Bisma kepada seorang Hany. Mencintai tanpa status yang melekat diantara kita. Dan kali ini...gue bener-bener berniat untuk menyatakan perasaan itu,..kepada Hany. Mengatakan yang sejujurnya selama ini, soal perasaan gue.
Gue enggak ingin lagi menjadi cowok pengecut yang hanya bisa diam tanpa bertindak dan hanya bisa menyimpan perasaan cinta kepada cewek, begitu lama. Seperti yang pernah gue rasakan dulu, perasaan terhadap Lyra. Gue gak ingin itu terjadi lagi saat gue mulai menyukai-menyayangi-mencinta Hany. gue gak ingin menunggu dan menyesal pada akhirnya, ujarnya dalam hati mengingat pengalaman cintanya yang begitu buruk. Dan menganggap bahwa dirinya adalah seorang pengecut.
Yah, ini pikiran gue yang udah bulat. Gue harus bilang kepada Hany.
Dan...soal Lyra. Sorry, gue rasa perasaan suka-sayang-cinta itu sudah memudar menjadi abu dan terbang entah kemana. Gue terlalu lama menunggu. Menunggu untuk elu hadir lagi disamping gue. Dan disaat elu datang kembali. Entah, rasa itu memudar perlahan. Menjadi rasa yang biasa dan tidak ada lagi degupan kencang setiap gue didekat elu. Degupan itu berpindah disaat gue bersama Hany, tambahnya dalam hati. Seraya menatap tidak konsen layar bioskop yang masih memutar film horror.
Mereka duduk kembali dengan posisi semula. Sibuk dengan pikiran masing-masing.
Hany kembali menonton. Dan merasa bahwa film ini sudah tidak ada seremnya lagi. Semuanya lenyap dengan kejadian cium kening yang baru saja terjadi.
Hany berusaha mungkin mengontrol detak jantungnya yang berdegup kencang.
___
"Oh, Shitt!!! Gue gak tahan dengan tatapan mereka." Bisik gue dengan memajukan wajah kepada Bisma yang duduk bersebrangan dengan gue.
Malam ini, kita memilih makan direstoran daging sapi yang cukup dekat dengan toko mainan yang tadi gue datengin. Sengaja memilih tempat ini, karena gue ingin memakan daging setelah sekian hari mengurung dikamar, makan seadanya, cukup membuat berat badan gue turun dan terlihat kurus. Gue juga gak ingin membuat Orang tua gue kecewa dengan gue saat pulang ke Korea nanti. Melihat anak perempuan satu-satunya terlihat sangat kurus dan tak terurus---tapi itu ada benarnya juga sih. Atau lebih tepatnya kurus, karena termakan oleh banyak masalah yang bertubi-tubi datang menghampiri gue.
"Cukup diam dan terima akibatnya." Ledek Bisma merasa menang. Dengan senyuman licik yang tersungging dibibirnya.
Gue Cuma bisa cemberut. Kemudian meneruskan makan gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Pembantu Biasa
ParanormalBisma Karisma - Seorang artis multitalenta yang sedang naik daun.Mengalami kehampaan hati karna keluarga yang kurang harmonis.Suatu saat, dia membuat pernyataan telah memiliki kekasih didepan wartawan, dan kekasih yang dimaksud adalah pembantunya ya...