Kehadirannya - 2

422 7 2
                                    

Lyra pun akhirnya menyetujui.

Beberapa menit mereka saling diam. Duduk bersampingan disebuah kursi yan terbuat dari besi, dibentuk seperti kursi taman dengan cat hijau tuanya. Dan tidak lupa, satu meja kecil ditengahnya, yang diatasnya terdapat sebuah vas bunga berisi seikat bunga matahari yang masih segar.

Lyra menatap Bisma, lurus. Tidak berkedip sama sekali. Ia ingin melihat sudah sejauh mana Bisma menyadari kesalahannya selama ini. Tapi, sepertinya itu tidak tersirat sama sekali. Ada sebuah rasa keanehan yang terpancar dari matanya.

Bisma yang merasa diperhatikan, akhirnya pun membuka suara terlebih dahulu. Memulai percakapan diantara keduanya yang terasa kikuk. Sepasang kekasih yang ingin mengadakan pertunangan. "Aku udah berpikir panjang soal masalah kita. Maaf, lebih tepatnya soal perubahan dalam diri aku. Itu, kan yang kamu maksud selama ini??" tanya Bisma dengan rasa bersalah yang mulai muncul.

"Lalu, apa kamu udah bener-bener menyadarinya??" tanya Lyra balik. "Jujur, aku nggak ingin kita seperti ini, Bisma. Selalu bertengkar hanya, karena perubahan dalam diri kamu. Dan itu bisa menjadi sebuah kehancuran dalam pertunangan kita. Apa kamu mengerti itu??" sambung cewek anggun itu---yang hari ini memakai kemeja putih biasa yang terdapat renda berwarna pink peach dibagaian lehernya dan rok pendek diatas lutut dengan motif bunga-bunga. Baju yang terkesan seperti putri kerajaan di Inggris. Apalagi dengan design rumahnya yang garden home dan sangat luas seperti ini, semakin menambah kesan bahwa Lyra adalah seorang putri Inggris.

Bisma memandang wajah sendu dan kasihan Lyra itu. Membuat hatinya seperti tidak tega untuk melakukan niatnya. Mewujudkan keyakinan hatinya.

"Aku mengerti. Tapi, mungkin...inilah aku, Lyra. Aku, Bisma Kharisma. Aku yang tetap seperti dulu. Tetap seperti cowok yang selalu ada disamping kamu sampai saat ini. Tapi, mungkin...kamu merasakan lain. Maksudnya, perubahan didalam sikap aku dan sifat aku. Berubah menjadi tidak seperti yang kamu inginkan."

"Dan apa kamu enggak bisa seperti dulu?? Seperti Bisma yang aku kenal sangat jutek. cuek dan hanya bisa memberikan senyum, ramah, berbuat baik sama Lyra. Seorang Lyra. Apa kamu bener-bener nggak bisa kembali seperti dulu?? Heh??" air mata Lyra sudah keluar dari singgahnya. Membuat Bisma makin tidak kuat.

Bisma menarik nafas dalam-dalam dan mencoba untuk sabar. Tidak terbawa emosi. "Maaf. Maaf, karena aku memang nggak bisa berubah seperti dulu. Kembali menjadi seorang Bisma yang selalu dingin sama orang lain. Dan hanya bisa menghangat saat ada didekat kamu." Kata Bisma dengan sangat halus. "Semuanya memang berubah dalam diri aku. Dan itu, tanpa aku sadari. Mungkin, kehidupan didunia entertainment yang mengubah aku seperti ini."

Lyara menghapus air matanya yang sudah deras.

Enggak, aku pikir itu adalah salah satu dari beberapa alasan yang membuat kamu seperti ini, Bisma. Iya, kan??" teriak Lyra dalam hati. Ketakutannya terus membesar didalam benaknya.

"Apa Hany adalah salah satu faktor yang menyebabkan kamu seperti ini??" tanya Lyra getir dengan tatapan tegasnya.

Stuck.

Bisma terdiam. Membuat dirnya harus berpikir keras.

Hany?? Dia memang yang mengubah gue menjadi seperti ini?? Jawabannya, mungkin aja iya. Karena dia telah memberi banyak warna dalam hidup gue. Dia mengubah kelabu menjadi sebuah warna yang terang dan berwarna-warni. Gue seperti lebih hidup saat itu, batin Bisma.

"Oke. Mungkin saat ini adalah yang tepat untuk mengatakan semuanya ke kamu. Soal perasaan aku yang sebenarnya ke kamu." Elak Bisma tiak menjawab pertanyaan Lyra sebelumnya. Ia ingin to the point aja saat ini. Sungguh, ia tidak kuat bila harus menyakiti sahabatnya ini. Dan ia pikir, ia harus menyelesaikannya sekarang dan segera bergegas pergi.

Bukan Pembantu BiasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang