Kehampaan - 1

377 6 0
                                    

"Kehampaan"

Satu titik,

Dua titik,

Tiga titik,

Setiap tetesnya, mampu mengubah segalanya.

Setiap titiknya, mampu mengubah keadaan.

Dan itu gue rasakan saat ini. Saat semuanya telah berubah menjadi kehancuran.

Gue dan dia. Duduk. Duduk saling berhadapan cukup lama. Mendelik, meneliti, menghancurkan setiap manik mata. Berlawanan dan bersaing mengalahkan. Tapi gue, gue mengaku kalah dibuatnya. Mengalah dengan sebuah air mata yang terus menetes sampai turun ke leher gue.

Gue tak mampu berkata, gue tak mampu berucap, gue tak mampu melihatnya, menatapnya, karena kini,

, gue telah membohonginya. Sekaligus mengecewakannya.

Bisma terduduk lesu di sofa. Dengan minuman soft drink yang ia taruh digelas kaca yang digenggamnya dan handuk yang menutupi rambutnya yang basah. Terlihat raut wajahnya penuh kemarahan. Namun, ia masih bisa mengontrolnya sebelum benar-benar akan meledak.

"Jadi,...jadi...apa semua itu benar??" tanya Bisma dengan suara parau.

Gue nggak langsung menjawab.

Daritadi, gue hanya duduk berhadapan tepat didepan Bisma. Hanya meja yang berdiri sebagai penghalang. Rapat. Dengan tangan diatas pangkuan kedua paha. Dan terus menunduk.

"Semua yang dibilang Lyra, apa bener??" tanya Bisma, lagi.

Gue hanya terisak menangis.

"Jawab, HANY!!!" bentak Bisma dengan suara meninggi.

Gue mulai menatapnya dengan mata berbayang. "Itu...itu bener."

Bisma tertawa, paksa.

"Gila!! Bener-bener nggak nyangka gue. Cewek yang selama ini gue anggap baik, gue angap tulus, gue selalu mempercayainya, ternyata...ternyata gak lebih dari seorang pembohong besar." Sindir Bisma dengan senyum sinis.

Seketika, hati gue seperti tertimpa sesuatu yang besar dari langit. Meretakannya dalam sekejap.

Harusnya gue nggak usah melakukannya sampai sejauh ini. Sampai, sampai gue memiliki perasaan lebih dari seorang pembantu kepada majikan. Harusnya gue langsung pergi aja begitu tahu pengalaman hidup susah udah gue rasakan. Pergi diam-diam meninggalkan Bisma ke Korea tanpa jejak. Tapi,...tapi, kan cinta nggak ada yang pernah tahu kapan datang dan dengan siapa. Who knows gue itu bakal cinta sama Bisma pada akhirnya dan membawa gue dalam hidupnya sampai sejauh ini!! Semuanya sudah terlanjur terjadi dan gue harus menerima itu. Menerima perasaan kecewa dan sakit hati dari seorang Bisma.

"Dengerin penjelasan gue!!" ngotot gue.

"Penjelasan apa?? Apa yang mesti gue denger dari seorang cewek yang bikin gue kecewa dan benci?? HAH??!! Gue rasa, perkataan Lyra udah bisa menjelaskan kalau elu adalah cewek pembohong besar. Elu seperti tokoh antagonis yang penuh kepalsuan." Sadis Bisma.

Lyra, dia bener-bener menikam gue dari belakang. Berkata tanpa mengetahui apa yang sebenarnya dan asal ngomong aja!!!, rutuk gue kepada Lyra dalam hati.

"Tapi, apa yang elu denger dari mulut Lyra bel..."

"Belum, APA?? Belum cukup menjelaskan kalau elu adalah cewek pembohong???" katanya memotong pembicaraan gue. "Gue gak butuh semua penjelasan yang elu bilang. Karena, mungkin aja penjelasan itu juga sebuah kebohongan yang elu buat."

Bisma menenggak soft drink-nya. Penuh kenafsuan yang termakan oleh kemarahan. Sampai habis.

"Maaf, maaf karena gue udah membohongi elu. Karena gue udah bikin elu kecewa." Ujar gue ditengah isakan. Dengan nada suara yang takut.

Bukan Pembantu BiasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang