I Like You But I think I Just Love Her... - 2

381 7 0
                                    

Bisma langsung memakirkan mobilnya digarasi, Mengunci otomatis mobilnya. Lalu, berlari cepat masuk kedalam rumahnya. Dan itu hanya untuk satu tujuan, kamar Hany. Ia melangkah pelan saat sudah berada didepan pintu kamar Hany.

Pintunya masih tertutup. Dan Bisma sudah bisa menduganya.

"Han,...elu masih belum bisa membuka pintu ini, heh??" tanya Bisma pelan sambil mengetuk pelan pintunya.

Tak ada jawaban.

Bisma mengusap seluruh mukanya dengan kedua telapaknya. Mencoba bersabar.

Ia duduk didepan pintu kamar Hany, bersender. Dengan satu kaki ditekuk sebagai topangan tangannya yang diluruskan.

"Han,..." panggilnya pelan. "Gue tahu elu mendengar itu. Gue tahu elu mendengar semua apa yang gue bilang. Tapi, bisakah elu bersuara sedikiiit aja. Itu akan membuat gue tenang, karena elu dalam keadaan baik didalam. Please," ucap Bisma sangat memohon.

Sementara didalam, Hany hanya bisa duduk disamping ranjangnya. Dengan kepala ditundukan. Juga air matanya yang mulai menetes.

Gue merasa bersalah dengan elu, Bis...batin Hany. Ia tak mampu berbuat apa-apa. ia hanya bisa diam, stuck karena masalah itu. Seakan-akan mengikatnya, erat.

"Heh,..tapi sepertinya elu tetep tidak melakukan itu." Hela Bisma sudah bisa menebaknya. "Oh, iya...elu belum denger kabar baru dari gue ya??" tanya Bisma membuka percakapan diantara keduanya meski dibatasi oleh sebuah kayu. Tapi bukan menjadi halangan untuk Bisma berbicara dengan Hany walau ia tahu sulit untuk pembantu manisnya itu merespon semua perkataannya.

Didalam, Hany berjalan perlahan tanpa menimbulkan suara. Kemudian terduduk didepan pintu---hal yang sama dengan Bisma lakukan---lalu terduduk. Mendengar lebih dekat lagi suara Bisma yang ia rindukan akhir-akhir ini.

Sekarang, kedua manusia itu benar-benar dalam pemandangan yang menyedihkan terduduk diatas lantai, bercerita yang dibatasi dengan sebuah kayu. yang satu, tetap berusaha untuk membujuk. Berharap cewek yang mulai ia suka dan selalu ada dalam pikirannya mau berbicara. Dan yang satu, terus berdiam tanpa membuka suara hanya bisa mendengarkan suara cowok---yang ia cinta---karena semua ini terasa sulit baginya. Sulit untuk bisa mengungkapkan semua yang telah terjadi. Sulit untuk bercerita kepada siapapun atas masalah rumitnya itu.

"Hemm...gue tahu, elu lagi ada dibalik pintu ini, Hany. Elu duduk dibaliknya." Ujar Bisma membuat Hany terhenyak. "Gue bisa mendengar setiap langkah kaki elu." Lanjut Bisma seakan tahu apa yang Hany pikirkan barusan.

DAMN!!! Lebih baik elu pergi, Bis. Ini semua justri bikin gue makin terpuruk dan sedih. Juga...juga...membuat gue semakin rindu elu, Bisma, batin Hany seraya menyenderkan kepalanya. Juga air matanya yang menetes perlahan.

"Emm..gue baru jadian sama Lyra, Han. Sorry, gue gak cerita itu dari awal." Kata Bisma sedikit ragu. Seakan kata jadian dengan seorang Lyra tidak ingin terjadi dalam hidupnya.

Hany terhenyak. Lalu, menangis tersendu-sendu. Ia menutup mulutnya untuk tidak menimbulkan suara. Dan berharap Bisma tidak mendengarnya.

Shitt!! Apalagi ini?? Apalagi yang datang dalam hidup gue?? HAH?? Apalagi hal yang bisa membuat hati gue semakin sakit?? Apalagi yang bisa membuat gue semakin terpuruk?? Apalagi yang bisa membuat gue meneteskan berliter-liter air mata?? APALAGI??!!!?, teriak Hany dalam hati dengan sebuah sesak didalam dadanya.

Seperti tidak ada harapan lagi untuk gue bisa menjadi satu-satunya orang didalam hati elu, Bis?? BISAKAH ITU TERJADI??", lanjut Hany dalam hati. Dengan air mata yang terus mengalir, deras.

"Tadinya, gue mau cerita ke elu saat itu. Saat elu menangis histeris, membuat gue bingung dan sangat khawatir sama elu. Tapi, gue gak tega untuk cerita. Mungkin ini waktu yang tepat untuk cerita." Kata Bisma halus.

Bukan Pembantu BiasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang