Aku Ingin Dia Yang Dulu -2

511 7 0
                                    

"Ini lagu dari kami yang berjudul Wish You Were Here dari Avril Lavigne tentunya, untuk kamu yang lagi gundah, gelisah, menunggu, ataupun sedih. Check this out, Guys." Ujar Omle, seorang penyiar radio yang tengah digandrungi anak muda.

♫♫...

I can be tough

I can be strong

But with you, it's not like that at all

There's a girl

Who gives a shit

Behind this wall

You've just walked through it

And I remember all those crazy things you said

You left them running through my head

You're always there, you're everywhere

But right now I wish you were here.

All those crazy things we did

Didn't think about it, just went with it

You're always there, you're everywhere

But right now I wish you were here

Lyra memutar volume radio di dashbaoard mobillnya. Menyiratkan bahwa lagu ini mirip dengan kejadian yang kini di alami. Ia berharap orang yang kini masih ia cintai, Bisma...berada disampingnya. Dan berpikir apa yang harus ia lakukan supaya Bisma menjadi miliknya.

"Apa yang harus aku lakukan??" lirih Lyra berbicara sendiri didalam mobilnya.

Pikirannya melayang jauh soal kedekatan Bisma dan Hany. Ia merasa ada sesuatu yang berbeda dari dalam diri Bisma, ia ceria, ia lebih banyak berbicara, dan ia seperti terbuka kepada orang lain, kecuali gue.

Tersirat wajah bahagia yang kamu rasakan, Bis. Itu terpancar dari wajah kamu. Yang aku tahu, kamu pemurung, kamu cuek dan jutek kepada orang lain---terutama kaum wanita. Dan hanya bisa tersenyum serta tertawa didepan aku. Tapi, sekarang...kamu berbeda, batin Lyra sambil mengingat di masa lalu. Disaat mereka bersahabat---namun, sisi rasa cinta yang mulai tumbuh diantaranya.

"Aku rindu kamu yang dulu, Bis. Aku rindu kamu, yang hanya bisa tertawa serta tersenyum didepanku. Aku hanya ingin kamu berbagi cerita dengan ku. Bukan kepada orang lain. Aku rindu sifat kamu yang dulu, Bis." Kata Lyra larut dalam lagu yang tengah diputar. Bayangannya sudah berbayang.

Dan tak kuasa ia menahan tangisnya. Tetes demi tetes air mata itu keluar.

"Baru aku sadari, aku menyesal pergi untuk ke Seattle dan meninggalkan kamu sendirian disini, Bis. Aku menyesal. Tapi, kali ini...aku ingin membuat kamu bisa mencintaiku. Aku ingin kamu seperti dulu, Bisma untuk Lyra." Sambung Lyra ditengah isakan tangisnya.

Dan ia berusaha mungkin tetap konsen menyetir.

Drrttrrttt...

Ia langsung meraih handphone-nya begitu tanda telpon yang masuk. Tertulis Morgan dilayar handphone-nya. Cepat, ia menghapus air matanya. Dan memasanghandfree pada telinganya.

"Iya, Morgan." Kata Lyra membuka pembicaraan diantara mereka.

Morgan mengerutkan alisnya. Merasakan perbedaan pada suara Lyra. "Ly,...kamu habis nangis??" tanya Morgan sedikit hati-hati.

"Hah??!!" Lyra berusaha tetap tenang. "Enggak. Kebetulan lagi pilek aja. Kenapa telpon, Gan??" tanya Lyra penasaran. Sekaligus mengalihkan pembicaraan. Ia tahu benar bagaimana sikap Morgan---yang mungkin sedikit berlebihan---jika sudah menyangkut Lyra ataupun ada yang berbeda dari dirinya.

Bukan Pembantu BiasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang