Bisma membalas tatapan mata gue. Kita seperti saling terikat dibawah rintik hujan deras yang buram.
Jantung gue memompa cepat. Bahkan gue rasa rollercoaster yang tengah melaju diatas rel kalah cepetnya. Karena sekarang ini gue tepat didepan seorang cowok yang gue suka-sayang-dan gue cintai. Tanpa sebuah kenyataan kita bisa saling memiliki.
Karena ada satu batu disana yang berdiri tegak sebagai rahasia, yang siap membuat langkah gue tersandung dalam menggapai cintanya. Cinta seorang Bisma. Perasaan seorang Bisma kepada seorang Hany.
"Gue seneng banget kita bisa jalan-jalan hari ini." ujar gue memulai duluan perbincangan diantara gue dan Bisma, berada dibawah tetesan air ini. Masa bodoh dengan terpaan angin yang menderu dan suhu dingin yang masuk kedalam tubuh sampai ke tulang.
Karena yang terpenting saat ini adalah sebuah perasaan, perasaan, dan perasaan. Yang seperti ingin berucap apa yang telah terjadi selama ini.
Bisma tersenyum. Dengan manisnya.
"Han," panggilnya pelan, lembut dan suara tulus. Raut wajahnya berubah serius.
Gue Cuma bisa membalas perkataannya dengan diam membisu. Gue bener-bener grogi berada diposisi seperti ini. Saling berhadapan dekat.
"Elu tahu selama ini gue anggep elu apa?!!" tanyanya membuat dahi gue berkerut.
Kenapa tiba-tiba dia tanya itu??, tanya gue dalam hati.
"Se...selama ini??" tanya gue balik. Dia mengangguk. "Elu...elu anggep gue pembantu, fans sejati, dan...dan pacar bohongan." Jawab gue tergagap.
Cowok itu menyunggingkan senyuman lagi.
Elu tahu, Bisma?? semakin elu sering tersenyum didepan gue, rasanya semakin gue sulit untuk melupakan semuanya, batin gue meringis dengan berat hati.
Bisma meraih kedua tangan gue. Menggenggamnya, erat.
Gue makin bingung dengan tingkahnya ini.
"Bisa elu merubahnya menjadi status yang lain. Bisa elu berusaha meyakinkan hati gue bahwa elu adalah yang terbaik??" tanyanya pelan.
"A..apa??" gue ternganga gak menyangka.
Dia masih membahas soal itu, pekik gue dalam hati.
"Gue gak bisa, Bisma. Enggak pernah bisa." Ujar gue. "Karena gue yakin, pilihan elu yang ini adalah yang terbaik buat elu. Lyra, cewek perfect yang anggun, baik, ramah. Dan elu masih ingat apa yang elu ceritain ke gue soal dia??"
Rasanya gue mau muntah waktu bilang dia baik-ramah-anggun, dia enggak sesempurna itu. Dia jahat. Dia menikam gue dari belakang demi impian dan obsesinya untuk memiliki elu sepenuhnya, Bisma. Dia menyimpan rahasia gue, rahasia gue ada ditangannya, teriak gue dalam hati merutuki Lyra.
Bisma menggeleng.
Perlahan, gue melepaskan genggamannya. Gue rasa gak pantas untuk diperlakukan seperti ini, batin gue sadar diri.
"Elu bilang, Dia cinta, jiwa, sahabat, dan keluarga paling baik yang pernah elu miliki. Sekaligus malaikat penolong dalam hidup elu..." ujar gue mengulang ucapannya saat kita terkurung digudang sebuah mall. "...dan gak bisa gue pungkiri...hati gue sakit saat itu, Bis. Cemburu. Sangat cemburu. Tapi, rasa kecemburuan itu berubah menjadi kebahagian. Kebahagiaan atas elu yang bisa memilikinya." sambung gue bohong dikalimat akhir. Megungkapkan kecemburuan yang selama ini terpendam jauh didalam hati gue. "Dia yang terbaik, Bisma. Terbaik buat elu."
"Kenapa elu bisa bilang itu?? Elu nggak tahu isi didalam hati gue saat ini. Elu enggak tahu apa yang gue pikirkan saat ini?? Dan elu gak tahu perasaan gue saat ini??" marahnya. "Lyra. Lyra memang cinta, jiwa, sahabat, keluarga juga malaikat bagi gue. Tapi, gue pikir...itu dulu. Dulu disaat gue punya rasa ke dia,..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Pembantu Biasa
अलौकिकBisma Karisma - Seorang artis multitalenta yang sedang naik daun.Mengalami kehampaan hati karna keluarga yang kurang harmonis.Suatu saat, dia membuat pernyataan telah memiliki kekasih didepan wartawan, dan kekasih yang dimaksud adalah pembantunya ya...