"Sebuah Rasa..."
Hany benar-benar tak bisa menyangka apa yang telah terjadi pagi ini. Beberapa menit lalu, tepatnya sekitar satu setengah jam baru saja dia menghadapai orang aneh, orang yang terlalu terobsesi akan sebuah cinta yang tidak akan pernah bisa dimilikinya. Orang dengan rasa pantang menyerah dan akan melakukan apapun untuk bisa mendapatkan yang seharusnya menjadi miliknya, Bahkan rasa malunya sendiri diruntuhkan begitu saja. Menampakan gores malu teramat sangat yang selalu orang sembunyikan dan pertahankan kuat-kuat. Tapi, enggak untuk seorang Lyra.
Hany menggelengkan kepalanya, seolah masih tak percaya. Dalam mobil, ia terus menatap lurus ke depan, menembus setiap lapisan kaca depan mobil dan fokus dengan langkah pelan jalanan untuk menuju kantor. Tapi, entah siapa yang menjadi kendalinya, mobil itu justru melesat pergi ke arah lain.
Mobil itu menepi dipinggir taman. Merasa bahwa ia butuh waktu sejenak untuk menetralkan pikirannya dari segala macam kejadian dan benak-benak halusinasi yang tidak mungkin akan terjadi.
Cewek yang tiba-tiba merasa bingung itu menundukkan kepalanya diatas setir mobil. Menenggalamkan pandangannya pada kegelapan yang mustahil.
Pikir apa sih gue?? Masih mungkin gue dan Bisma bisa bersatu??, batinnya dengan rasa yang tidak pasti. Enggak, salah..bukan bersatu!! Emangnya gue pernah bener jadian sama dia?? Tapi, semuanya membuat gue jadi...argghhhh..., kesalnya mengerang kesal pada diri sendiri.
Ia mengangkat wajahnya. Dan bergegas keluar dari mobil.
Hembus angin pelan namun menusuk sampai kulit langsung ia rasakan. Jauh dari suhu hangat didalam mobil. Sedikit menggelitik pori-pori wajahnya.
Hany bersandar di mobil dengan kedua tangan masuk ke dalam jaket tebalnya.
Berita itu seakan bagai batu besar yang menimpa gue. Menindas. Menjatuhkan gue. bahkan membuat gue seakan mulai menciut setelah tahu dia akan bertunangan dengan cewek yang dulu pernah menjadi sahabatnya. Namun, disisi kedua, seperti ada sebuah satu sayap yang melengkapi satu sayap yang gue miliki untuk bisa terbang menggapai bulan. Dalam arti, menggapai cinta gue yang selama ini gue nantikan. Bersama orang yang selalu ada dalam bayangan. Tak terlupakan sedetik pun. Berusaha menghancurkan semua rencana gue untuk bisa menggusar semua wajahnya dalam pikiran gue.
"Berita yang datang dari lain sisi seperti berhasil mengubah batu besar yang menimpa gue menjadi tergeser jauh. Terangkat dari tubuh gue dan membuat gue bangun lagi. Menyadari bahwa harapan untuk memiliki elu itu masih ada." Ujanrya pada diri sendiri dengan langkah pelan menyusuri jalan setapak tanah dibagian utara Taman Olympic, Seoul. Lebih tepatnya berada di daerah Bangi-dong, Songpa-Gu, Seoul.
Terkenal indah bila kita melihatnya di pagi hari. Berbagai macam cahaya terang dari sinar terik matahari yang datang, rerimbunan pohon yang menjulang tinggi menutupi untuk menghasilkan keteduhan terlihat indah. Namun, sayang...ini musim dingin. Itu berarti hanya ada terik matahari yang tak mempu mencairkan es yang menutupi pohon tinggi itu. Hanya beberapa sehelai daun basah yang berguguran.
"Apa gue harus seneng mendengar berita yang dibawa oleh Lyra. Bahwa...bahwa kalian telah putus. Atau...atau Bisma telah membatalkan pertunangan kalian secara sepihak. Sepihak dan lebih memilih wanita lain yang berada ditempat jauh. Jauh melewati batas negara dan melewati beberapa pulau Indonesia. Seoul, kota terindah Korea Selatan yang begitu diinginkan orang dinegara lain." Ujarnya tetap pada diri sendiri.
Tak peduli dengan berbagai macam tatapan mata yang menghujatnya akibat pergerakan mulut Hany yang berbicara sendiri. Tanpa ada satu orang yang bersamanya. Ditambah dengan langkah yang pelan-pelan, makin membuat orang berpikiran bahwa ada pasien Rumah Sakit Jiwa yang lepas.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Pembantu Biasa
МистикаBisma Karisma - Seorang artis multitalenta yang sedang naik daun.Mengalami kehampaan hati karna keluarga yang kurang harmonis.Suatu saat, dia membuat pernyataan telah memiliki kekasih didepan wartawan, dan kekasih yang dimaksud adalah pembantunya ya...