Aku bertanya pada rembulan,
apakah ia melihat di manapun
seseorang yang cantiknya seperti kekasihku.
Rembulan menjawab,
"Demi cahayaku. Tidak, tidak, tidak!"Aku mencari kesederhanaanmu,
di mana keremajaanmu pun kutemukan.
Kuncup bunga yang kutanya tentang sosokmu,
Di antara bebungaan aku melihat jawabannya.Aku bertanya pada kebun,
apakah di langit ataukah bumi
bunga seindahnya ada?
Kebun menjawab,
"Demi kuncup-kuncup bunga. Tidak, tidak, tidak!"Apakah ini sebuah langkah atau ombak yang mengalun?
Apakah ini pepohonan atau dongeng malam hari?
Apakah ini sepasang bibir atau refleksi dari kelopak bunga?
Apakah ini sepasang mata atau wadah anggur yang mulia?Aku bertanya pada cawan,
apakah di langit ataukah bumi
anggur sememabukkannya ada?
Cawan menjawab,
"Demi para pecandu. Tidak, tidak, tidak!"Keindahan yang kau miliki,
bahkan keagungan Tuhan pun dalam sekejap terampas.
Bolehkah aku memanggilmu ghazal-nya Meer,
atau asa dari rubaiyat-nya Khayyam?Aku bertanya pada para penyair,
apakah bait semenariknya ada?
Penyair lalu menjawab,
"Demi untaian sajak. Tidak, tidak, tidak!"Lagi-lagi terhipnotis puisi sufistik😍
Terinspirasi dari lagu "Maine Pucha Chand Se" soundtrack film Abdullah (1980).
Hey, Gautam Arora. Thanks for showing me this awesome song!
KAMU SEDANG MEMBACA
Musafir: Kumpulan Puisi dan Prosa [SUDAH TERBIT]
Poesía[Sebelumnya ANAFORA] Anafora adalah jenis majas di mana pengulangan bunyi, kata atau struktur sintaksis kalimat untuk memperoleh efek-efek tertentu yang terdapat pada awal kalimat, berfungsi sebagai penegasan. Buku ini hanya sekadar kumpulan puisi y...