Jika Cinta adalah Dosa

615 25 3
                                    

Jika cinta adalah dosa, maka akulah si pendosa besar itu. Takkan ada ampun untuk memaafkan kesalahan si pendosa ini. Apalagi aku, yang selalu mencintai sahabatku sendiri. Keegoisan yang akan membinasakanku, takkan lama lagi kau akan mendengar kabar akan lenyapnya diriku dari dunia ini.

Aku si pendosa besar, yang selalu memanfaatkan kesimpatian orang lain terhadapku. Mungkin takkan ada lagi yang akan mempercayaiku. Bahkan si sahabat yang aku cintai sekalipun, tak lagi ia yakin kepadaku.

Aku yang mencintainya dengan cara yang sadis. Kerap kali aku ingin menjatuhkan diriku di depan truk pembawa bahan bakar, tapi aku tersadar kalau aku memang telah jatuh, kedalam lubang kegelapan. Jauh di dalam dasar lembah keegoisan.

Sebenarnya yang hanya ku inginkan hanyalah cinta. Aku merasa kesepian di dunia ini. Seolah hanya aku yang tak memiliki cinta. Padahal aku telah memiliki segalanya, yang mungkin saja orang lain bisa iri terhadapku.

Aku membenci diriku yang terlalu mengharapkanmu. Aku membenci diriku yang selalu memperhatikanmu. Aku membenci diriku yang selalu khawatir kau akan lebih peduli dengan orang lain dibandingkan diriku. Dan aku juga benci mengapa aku harus mengenalmu hanya untuk jatuh cinta denganmu.

Semenjak semua itu terjadi, aku jadi tidak lagi mengenal diriku sendiri. Aku, seolah-olah telah hilang karena diriku sendiri. Tidak, kaulah yang membuatku begitu. Kenapa juga aku harus menyalahkan diri sendiri?

Kata orang-orang cinta tidak pernah salah, tapi oranglah yang salah. Jadi disini aku kah yang bersalah karena sudah menyayangimu, atau kau yang telah hadir dalam hidupku?

Sebenarnya tak ada yang luar biasa dari dirimu. Kau seperti kebanyakan yang lainnya. Kau teman yang baik. Entah sihir apa yang telah kau lakukan padaku, sampai aku harus mengiriskan pisau di nadiku sendiri?

Kisah cintaku tak pernah berjalan mulus. Aku tidak pernah bisa mendapatkan orang yang aku mau untuk bahagia bersamanya. Aku selalu jatuh cinta berkali-kali pada orang yang sama, dan bukan untuk masa yang sebentar saja. Aku sulit melupakan orang yang aku sukai, butuh waktu lama untuk memudarkan perasaan itu. Dan sayangnya, tidak ada yang mau memiliki hatiku, padahal kau tahu jika aku sudah mencintai sesuatu, aku akan menjaga itu sampai akhir nafasku.

Aku takut sampai itu terjadi, sulit sekali bagiku untuk membuka hati. Aku memang keras kepala. Sebagai anak tunggal di keluarga, aku selalu ingin mendapatkan apa yang aku mau, dengan cara apapun.

Pernah aku menemukan dialog dari sebuah film, "Tidak peduli apakah dia mencintaimu juga atau tidak, yang terpenting dia tahu kalau kau begitu mencintainya". Aku pernah mencoba membuktikan kebenaran dialog tersebut. Jauh dari kata bahagia, aku malah sakit. Kalau boleh memilih, lebih baik aku mengakhiri rasa sakit karna tak bisa mencintai dengan menenggak segelas tuba, daripada harus menanggung rasa malu tak terperi.

Ya, aku pernah mendapat jawaban. Aku bilang aku mencintainya, dan ia berkata ia tidak mau persahabatan yang telah kita bangun hancur berkeping-keping. Dan ia belum mau menjalin kasih selama masa sekolah. Aku tidak begitu yakin dengan jawaban itu. Benar saja, beberapa waktu kemudian, saat cinta yang lain datang padanya, menghampirinya, dan membelai lembut jiwanya. Dia tergoda untuk menjalin kasih dengannya. Tapi untungnya aku sudah menjadi tembok untuk ketidakkonsistenannya. Ya, karena aku adalah diciptakan menjadi aral dan badai. Dengan segala keegoisanku, dia hanya akan menjadi milikku.

Tapi tak selamanya berjalan mulus, aku selalu saja haus. Haus, tak ada satupun yang mencoba untuk menyentuh hati ini. Aku terus merasa kesepian. Sebagai obatnya, aku belajar menonton drama Korea untuk menemani rasa kesepianku.

Ya, memang aku punya banyak teman laki-laki. Bahkan aku mencoba untuk menyukai anak laki-laki lain. Mulai dari yang ketampanannya standar, yang tampan, yang berkarisma, yang jago main gitar bahkan yang berbeda keyakinan. Semuanya semata-mata agar aku terlihat normal dimatanya. Tapi tetap saja tidak normal bagiku, karena semua rasaku sudah tercurah seluruhnya kepadanya.

Bagaimana caraku untuk kembali? Aku selalu menyesali pertemuanku dengannya. Dia yang sudah mencuri waktuku, pikiranku, khayalanku, dan air mataku. Aku tidak bisa menghentikan rasa ini yang sudah mengalir deras di tiap aliran darahku. Namamu pun tidak pernah bisa aku hentikan dalam setiap untaian doaku. Jika aku melupakan dirimu, aku akan lenyap dari bumi ini. Jika aku ingin menghapus bayanganmu dari hidupku, maka aku harus meninggalkan diriku sendiri. Dan jika aku tidak ingin mengingat namamu lagi, mungkin aku akan menjadi si pendosa besar yang tak lagi memiliki nama tuk dipanggil.

Jika aku mengingat itu semua, rasanya akan terlalu sakit, namun begitu indah. Tapi aku hanya akan menjadi musafir cinta bagimu. Aku menyebut namamu seperti menyebut nama Tuhan. Aku tidak bisa melihat wajah Tuhan, tapi aku bisa melihat wajahmu, pun dalam kegelapan.

Tapi semua ini hanya sia-sia saja. Kau tahu aku mencintaimu, tapi kau hanya akan diam saja kan? Seolah tak terjadi apapun. Kau selalu melihat aku menangis darah, tapi kau hanya berlalu, tak bisa berbuat apa-apa. Bahkan akupun juga tak memiliki hak memaksamu agar bisa mencintaiku juga. Aku hanya ingin kau, setidaknya memberikanku satu hukuman, karena sudah terlalu mencintaimu.

Ku mohon berikan hukuman pada si pendosa ini...

Selasa, 24 Januari 2017
17:30

Musafir: Kumpulan Puisi dan Prosa [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang