Hey, adik manisku! Lihat badut yang di sana.
Ia tertawa gembira selaras dengan kostumnya yang mentereng.
Memegang erat balon-balon yang seakan ingin segera melepaskan diri.
Hey, adik kecilku! Tidakkah kau merasa terhibur?
Baju polkadotnya, 100 kali duplikasi bentuk hidungnya yang merah bulat.
Aku terkadang berpikir saat mereka harus bersin.
Rambut kribonya, seperti rasisme pada kaum berambut keriting. Sama sekali tidak lucu.
Makeupnya yang tebal, tertawa terbahak-bahak bersama anak-anak.Hey, adik manjaku! Tidakkah engkau tahu bahwa kakakmu ini benci badut?
Berpikir bahwa kenapa orang-orang ini harus menjadi badut yang bodoh.
Mereka tertawa, tapi hatinya sangat tersayat.
Mereka bersenda gurau dan airmatanya sama sekali tak diizinkan untuk jatuh setetespun.
Mereka membohongi hidup sendiri.
Makeup tebalnya mengolok-oloknya.
Baju polkadotnya seolah terus mengejeknya.
Demi sepeser sen, mereka rela melucuti identitasnya.
Menjadi seorang badut yang bodoh,
yang acapkali melakukan sulap-sulap idiotnya.Hey, adikku yang paling lucu!
Jangan bilang kalau kakakmu ini menangis saat melihat badut,
karena orang lain hanya tahu kalau aku fobia badut.
Lebih dari itu, kau sudah tahu, adikku.Ya, aku baru saja memberitahumu.
Tabok saya plis :"
Jadi sebenernya saya emang takut badut dari kecil. Cuma pas SMA perasaan takut, apapun itu, seolah sirna. Saat itu saya kayak mati rasa. Selepas lulus SMA, semuanya balik normal lagi. I mean, segala rasa takut sedari kecil muncul lagi :v
Btw, saya ga punya adik kecil manis:))
KAMU SEDANG MEMBACA
Musafir: Kumpulan Puisi dan Prosa [SUDAH TERBIT]
Puisi[Sebelumnya ANAFORA] Anafora adalah jenis majas di mana pengulangan bunyi, kata atau struktur sintaksis kalimat untuk memperoleh efek-efek tertentu yang terdapat pada awal kalimat, berfungsi sebagai penegasan. Buku ini hanya sekadar kumpulan puisi y...