"Seseorang yang istimewa bukanlah dia yang selalu ada di depan mata, bukan pula dia yang selalu ada di sisi kita, tapi di sisi yang setia di hati dan yang selalu mengingat kita ketika membuka dan menutup matanya."Play in mulmed
"Sayang.... Nanti kita jadi liburan ke korea kan?" rengek Talita memeluk lengan kekasihnya."Iya bawel." jawabnya, tanpa mengalihkan pandangannya dari game yang sedang ia mainkan.
"Ish.... Kamu ngegame mulu, bete ah..." Talita melepas rangkulannya.
"Ini bentar lagi aku menang, Cal."
Talita tersenyum jahil, kemudian menutup kedua mata kekasihnya, yang tengah gelagapan memainkan gamenya dengan mata tertutup. Talita tertawa terbahak-bahak, kemudian memencet sembarangan layar handphone pacarnya.
"Rasain tuh. Makan tuh game." Talita tertawa sambil terus mengganggu pacarnya yang kerepotan akibat ulahnya.
Talita berhenti tertawa saat sang kekasih menempelkan kepalanya di dada dan mendekapnya erat.
"Diem gini kan enak, dasar usil!" Talita tersenyum lalu mencari posisi nyaman di dada sang kekasih. Talita mendongak melihat wajah serius pacarnya yang memainkan gamenya.
Cup...
Talita memejamkan matanya dan tersenyum, saat keningnya di kecup oleh sang pacar.
"Ihh... Ganjen. Main cium-cium aja!" Talita menutup matanya dengan kedua tangannya dan semakin bersembunyi di dada sang pacar dan tersenyum malu-malu.
"Hadiah! Karna kamu udah diem."
"Kamu pilih aku apa game sih?" Tanya Talita cemberut.
Mendengar ada nada kesal yang keluar dari mulut pacarnya, Daffa menghentikan game nya lalu menaruh handphone nya di meja. Lalu memeluk kekasihnya erat.
"Kenapa cowok lebih mentingin game daripada pacar, karena cowo tau kalo cewe bukan hiburan yang bisa di permainkan!" Daffa mengelus puncak kepala Talita dengan sayang. "Harusnya kamu bersyukur punya pacar pecinta game mobail legend, turet aja di jagain apalagi hati kamu." lanjut Daffa terkekeh.
"Gombal..." Talita tersipu malu dan semakin menyembunyikan wajahnya.
"Idihhh... Tuh kenapa pipinya blushing gitu?" goda Daffa sambil menangkup pipi Talita, sedangkan Talita menutupi wajahnya malu.
"Ih... Engga kok..."
"Sini coba liat, katanya ngga blushing." Daffa melepas tangan Talita yang menutupi wajahnya.
Talita memejamkan matanya saat tangannya sudah tak menutupi wajahnya. Daffa tersenyum melihat tingkah pacarnya yang menurutnya lucu, lalu tangannya mencubit kedua pipi Talita gemas.
"Pacarnya siapa sih ini, gemesin tau gak."
"Daffa" jawab Talita tersenyum senang.
......
Arion terbangun dari tidurnya, kemudian melihat jam tangan Talita.
"Udah jam 4 subuh." gumam Arion, lalu matanya menatap pemandangan indah di hadapannya.
Udah bego, kebo lagi.
Arion hendak membangunkan Talita yang masih terlelap dalam posisi tidur, namun ia urungkan niatnya saat mendengar Talita mengingau.
"Daffa."
Arion mengerutkan kening, Daffa siapa yang di maksud Talita, dia sepertinya pernah mendengar nama tersebut. Ada secuil rasa sakit saat mengetahui kekasihnya menyebut nama seseorang saat tertidur, iya kekasihnya! Biarlah Arion mengangapnya seperti itu, toh dia sudah mengakui perasaannya pada Talita.
Bukanya merasa terganggu, Talita malah mengamit tangan Arion yang menepuk pipinya dan membawanya ke ceruk lehernya.
"Daffa." Talita mengingau kembali.
Arion yang merasa geram mendengar Talita mengingau, langsung menarik tangannya dan bersedekap dada.
"Bangun lo cewe bego!" bentak Arion tidak terlalu keras, namun bisa membuat tidur Talita terganggu.
"Hei kebo, bangun lo!" lanjutnya menahan emosi.
Talita bangun dari tidurnya dan menutup mulutnya saat menguap. Kemudian mengerjapkan matanya sambil meregangkan otot-ototnya.
Serasa remuk ini badan.
"Udah bego, gila, aneh, kebo lagi.." Talita tersentak dari kegiatannya, dan langsung menoleh kearah Arion yang sedang memperhatikan dirinya.
Pagi-pagi udah ngomel aja tuh lambe.
Ga ada rasa trimakasihnya sama sekali.
Di kata bego, gila, aneh, kebo...
Lah... Lo nya cinta ama gue
Dasar cowok mesum bodoh!"Pulang! Sekolah! " perintah Arion yang langsung membuat Talita berdiri dari duduknya.
Lah kenapa beneran berdiri ni cewek, kan gue cuma bercanda.
"Gue balik." pamit Talita dengan wajahnya yang judes.
Arion menahan tangan Talita yang ingin pergi, lalu mambawa tangan talita menuju pipinya dan mengelusnya.
Cup cup cup...
Arion tersenyum ketika mengecup punggung tangan Talita sebanyak tiga kali, sedangkan Talita memalingkan wajahnya untuk menutupi kegugupannya.
"Makasi sayang." Arion sengaja menekankan kata sayang supaya Talita mengerti bahwa dia tidak bisa kemana-mana selain di hati Arion.
Talita yang mendengar Arion memanggilnya sayang, sebenarnya ingin marah, namun tak tau kenapa mulutnya bungkam dan hatinya senang.
"Makasi udah nyelametin dan nemenin gue disini." lanjut Arion yang di angguki Talita.
Cup...
Arion mengecup tangan Talita lagi. "Udah sana pulang, terus sekolah." Arion menurunkan tangan Talita dari bibirnya, namun belum melepasnya. "Bilangin sama Devran, suruh ijinin gue ke wali kelas." suruh Arion yang masih mempertahankan senyumannya.
Mendengar nama Devran disebut, Talita diam tak berkutik. Pasalnya setelah kejadian malam itu, Talita berusaha menghindari Devran. Bahkan ketika Devran menelfonnya, Talita sengaja merijek semua panggilan cowok itu. Saat di sekolah berpapasan dengan Devran pun, Talita buru-buru mengalihkan pandangannya. Tapi apa-apaan ini? dia sudah berusaha menghindari Devran, namun Arion seenak jidatnya menyuruhnya untuk berbicara dengan Devran?
"Kenapa Devran?" tanya Talita merengut tak suka.
"Karna cuma dia temen gue yang otaknya bener!" tukas Arion yang membuat Talita mengangguk setuju.
"Ok." ujar Talita sambil memutar matanya malas, biarlah Arion menyuruhnya ini itu. Toh dia juga tidak akan tau, Talita akan menurutinya atau tidak.
Talita menarik tangannya yang masih dalam genggaman Arion, lalu pergi meninggalkan ruangan itu dengan senyuman yang melekat di wajahnya saat mendengar teriakan Arion yang masih terdengar telinganya.
"Hati-hati, Ta." teriak Arion yang melihat Talita meninggalkannya.
Arion kini sendiri di ruangannya sambil memainkan liontin yang selalu ia pakai di lehernya.
Gue bakal jaga lo. Seperti gue jaga ini!
Jangan lupa vote dan komen ya...
Mohon maaf typo dimana-mana