33. Rumah Baru

36.5K 1K 5
                                    


Setelah kepulangan Arion dari rumah sakit, Arion tidak kembali ke rumahnya melainkan ke rumah barunya. Ya! Dia membeli rumah baru, setelah perdebatan panjanganya dengan teman-temannya dan Sesil, Arion memutuskan untuk memilih tinggal sendiri, dan meninggalkan ayahnya yang sama sekali tak menanyakan kabarnya. Dia mengira Ayahnya sudah tak peduli lagi dengannya.

Arion sempat berfikir untuk tidak menuruti pendapat teman-temannya, namun saat melihat Talita yang menganggukkan kepalanya menyetujui pendapat tersebut. Akhirnya Arion setuju untuk pindah. Mungkin Ayahnya memerlukan waktu untuk menyadari semua kejadian ini. Jujur saja Arion juga sudah lelah dengan sikap Ayahnya yang selalu menyalahkan dirinya atas kematian Mama nya.

Suasana rumah baru Arion sekarang cukup ramai, bagaimana mungkin tidak ramai kalau semua teman-temannya membantu kepindahannya, ada Zefran yang sekarang sedang menggeret koper miliknya, ada Nicko dan Aji yang sibuk menata barang, dan ada juga Sesil dan Talita yang sibuk di dapur untuk memasak, karena jam sudah menunjukkan makan siang, sedangkan Devran duduk bersama Arion di ruang TV.

"Sejak kapan lo suka sama Talita?" ujar Arion memecah keheningan antara dirinya dengan Devran.

Devran menoleh pada Arion, lalu sedetik kemudian kembali melihat tayangan yang ada di televisi.

"Seberapa besar rasa lo sama dia?" Devran balik bertanya, Arion meliriknya sekilas.

"Lebih besar dari rasa lo sama dia." jawab Arion santai.

"Oke. Gue ijinin lo pacaran sama dia."

"Penting? Ijin dari lo?" seru Arion sinis. Devran tersenyum miring mendengarnya.

"Suatu saat lo bakal tau." jawab Devran tak kalah santai, lalu ia berdiri dari duduknya "Hati-Hati!" lanjutnya yang membuat Arion mengangkat sebelah alisnya. "Sewaktu-waktu gue bisa curi dia dari lo." Devran menepuk bahu Arion, kemudian berjalan meninggalkan Arion yang tengah mengepalkan tangannya.

Arion berusaha menahan amarahnya, bagaimanapun Devran adalah sahabatnya, namun pantaskah seorang sahabat merebut apa yang sudah menjadi miliknya? Dia bingung dengan kalimat Devran yang. "Suatu saat lo bakal tau." memangnya dia harus tau apa? Apakah itu ada sangkut pautnya dengan Talita?

Gue ngga takut lo nyuri Talita dari gue Dev!
Tapi gue takut Talita yang menyerahkan diri saat mengetahui kebenaran yang akan menyakitinya..

"Woy.... Diem-diem bae, ngopi ngapa ngopi woy." teriak Aji dan Nicko yang menyadarkan Arion dari lamunannya, Arion mendengkus melihat tingkah kedua temannya.

"Jangan teriak-teriak, ini bukan hutan!" desis Arion tajam sambil bangkit dari posisinya dan ikut berkumpul dengan Aji, Nicko, dan Zefran.

"Habisnya lo bengong daritadi, kenapa sih?" tanya Nicko sambil membuka biskuit yang ada disana.

"Palingan juga masalah hati." sahut Zefran yang datang dari arah dapur.

"Kamu sudah dapat Talita yon, terus mikir apalagi?" sewot Aji yang merasa kesal setiap kali membahas tentang Arion yang berhasil mendapatkan Talita.

Arion hanya melirik teman-temanya, tak ada niatan untuk menjawab pertanyaan yang menurutnya tidak penting. Pandangannya hanya tertuju ke arah dapur dimana Talita dan Sesil yang sedang menyiapkan makanan di meja makan, bukan itu yang membuatnya geram. Namun pemandangan dimana Devran yang sedang mengambil alih makanan yang Talita pegang, dia semakin geram saat Talita tersenyum ke arah Devran.

Kalimat Devran terus berputar di otaknya. "Sewaktu-waktu gue bisa curi dia dari lo." Devran berhasil membuatnya terpengaruh dengan kalimatnya. Arion berdiri dari duduknya yang di ikuti ketiga temannya.

"Nah ini dia muncul, baru juga mau Sesil panggil, udah laper ya..." Sesil menyipitkan matanya meneliti raut-raut kelaparan di wajah teman-teman Arion.

"Bacot lo." sahut Nicko yang mendapat pelototan dari Sesil, kemudian semuanya duduk di meja makan. Arion segera duduk di kanan Talita, sedangkan Devran dengan santai mengambil tempat duduk di sebelah kiri cewek itu. Talita yang berada di tengah antara Arion dan Devran hanya menghembuskan nafas pelan. Zefran dan Nicko saling berpandangan.

Suasana hening, hanya ada suara dentingan sendok yang bersentuhan dengan piring.

.....

"Gue pamit dulu ya, mau buka caffe soalnya." pamit Nicko yang diangguki teman-temannya.

"Saya juga, tadi sudah di telfon sama ibu." Aji ikut pamit.

"Yaudah kita barengan aja semua, lagian juga udah sore." ajak Nicko yang disambut anggukan teman-temannya.

"Oke, gue cabut dulu bro." Ucap Zefran yang bertosria dengan Arion. "Jangan lupa besok praktek seni musik." lanjutnya mengingatkan Arion.

"Oh iya," seketika semuanya buru-buru berdiri dari duduknya, saat Talita ingin berpamitan Arion menahannya.

"Gue anter."

"Ngga." tolak Talita cepat.

"Udah deh kamu istirahat aja Ar..." Sesil membela Talita, Arion mendengkus mendengar Sesil membela Talita.

"Biar gue yang antar Talita." tegas Devran yang melihat ke arah Talita. "Lo istirahat aja." sambungnya sambil menepuk bahu Arion, setiap kali Devran menepuk bahunya. Entah kenapa itu seperti peringatan baginya.

 Entah kenapa itu seperti peringatan baginya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gue pulang." pamit Talita menatap Arion yang tengah menatapnya juga, sedetik kemudian Arion mengangguk. Talita keluar dari rumah Arion bersama Devran.

Setelah semua temannya pergi meninggalkannya sendiri di rumah barunya, Arion melihat sekeliling penjuru ruangan.

Arion harap papa cepet nyusul Arion kesini.
Arion ngga suka sepi kayak gini pa.

Arion ngga suka sepi kayak gini pa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa vote dan komen ya...

Mohon maaf typo dimana-mana

Cold Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang