59. Riko si Bad Boy

34.2K 815 47
                                    


"Sayang..." Teriak Risa dan melambaikan tangan pada gadis di sebrang jalan.

Talita yang melihat sang bunda keluar dari toko perhiasan ternama, ingin cepat-cepat memeluk dan melihat apa yang di beli oleh bundanya. Ketika ingin berlari menyebrang jalan, Risa kembali berteriak.

"Talita... Tunggu di sana sayang." seru Risa mulai menyebrang tanpa melihat kanan-kiri.

"Hati-ha.."

Brak....

Belum sempat Talita menyelesaikan kalimatnya, ia menutup mulut terkejut melihat mobil mewah berwarna merah melaju dengan kecepatan tinggi dan menabrak Ibunda Talita hingga terpental sejauh tiga meter, sedangkan mobil pengendara menabrak pohon besar. Mobil bagian depan hancur hingga mengeluarkan asap mengepul. Talita yakin jika dalam lima belas menit mobil itu akan meledak.

Talita tidak memperdulikan si penabrak, yang membuat ia shock adalah ketika melihat bundanya terkapar tak berdaya di tengah jalanan yang cukup sepi. Talita masih tak percaya dengan penglihatannya, tanpa ia sadari wajah cantik yang selalu memancarkan kebahagian itu sudah penuh dengan air mata. Kakinya terlalu kaku untuk melangkah memastikan peristiwa tersebut apakah benar atau tidak.

Saat semua orang sudah mulai mengrubungi korban di tengah jalan.
Barulah Talita sadar dari rasa terkejutnya, bahwa itu benar-benar ibundanya yang sedang lemah tak berdaya. Talita mengepalkan tangannya kuat hingga buku-buku tangannya memutih. Ia berlari secepat mungkin untuk menggapai sang bunda yang sudah tak sadarkan diri. Pikiran negatif sudah memenuhi otaknya saat melihat darah keluar dari belakang kepala ibundanya.

"Bunda....." teriak Talita.

Flashback end

Talita terbangun dengan napas terengah-engah di tengah malam. Tubuhnya basah oleh keringat yang sepertinya tidak terpengaruh oleh dinginnya pendingin ruangan malam itu. Kemudian tanpa sadar ia menangis terisak, tubuhnya menggigil. Seolah udara dingin langsung menyergap indranya secara tiba-tiba, sehingga tanpa di sadari ia langsung merengkuh tubuhnya sendiri, mencari setitik kehangatan dan kenyamanan.

Selalu seperti itu di malam panjangnya, bagaikan cuplikan film yang sangat terasa nyata dalam ingatannya. Menunjukkan peristiwa mengerikan yang sampai saat ini menjadi pusat ketakutannya selama satu tahun. Yang membuat dirinya menjadi sosok gadis dengan aura mencekam dingin menghunus tajam.

Padahal ruangan kamarnya tidak terlalu luas, tapi Talita sangat merasa kecil di tempat tidurnya dan merasa sangat kesepian di tempat yang menurutnya saat ini luas dan besar. Lampu kamarnya terang benderang menyinari setiap sudut ruangan, tapi ia merasa sangat ketakutan dan sesak nafas bagaikan berada di tempat yang sangat gelap.

Talita menarik selimutnya hingga menutupi kepalanya. Ia memejamkan matanya rapat-rapat. Hingga tanpa ia sadari, ia mulai terlelap kembali dalam tidurnya.

....

Hal pertama yang menarik perhatian Arion pagi itu adalah keributan yang terjadi di kelas mantan kekasihnya. Ributnya bahkan terdengar sebelum ia masuk ke dalam kelasnya. Memang jika bel belum berbunyi kelas selalu ribut. Hanya saat ada ulangan atau PR yang menggunung, baru deh kelas sepi seperti kuburan. Tapi hari itu lain. Kebisingan sampai dua kali lipat dari biasanya.

Arion menghentikan langkahnya, saat melihat Aji keluar dari kelas Talita dengan tampang lesuh lalu menghampirinya.

Keningnya berkerut, tidak biasanya Aji si mulut dower itu merapatkan mulutnya dan menjadikan wajah jeleknya semakin jelek. Zefran yang berada di samping Arion juga terheran-heran dengan tingkah temannya yang satu itu. Pagi-pagi sudah memasang tampang melas.

Cold Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang