Play in mulmed
Keesokan paginya, Talita mendapat penggilan dari pihak kepolisian, tepatnya Om Ziko. Untuk datang ke kantor polisi dan memberikan keterangan sekali lagi. Talita dan Ayahnya langsung bergegas berangkat ke kantor polisi.
Diergan yang sudah mengetahui kejadian yang menimpa putrinya, jelas saja marah. Setelah kejadian itu, Arion menjelaskan semuanya pada Diergan. Cowok itu tidak ingin ada kesalah pahaman antara calon menantu dengan calon mertuanya. Melihat kondisi Talita yang kacau semalam, Diergan langsung memberi tatapan tajam pada Arion, seakan mengerti dengan tatapan penuh selidik itu, dengan perlahan Arion mulai menjelaskan rentetan kejadian itu.
Talita tersenyum tipis ketika melihat Arion dan Papanya duduk manis berhadapan dengan Om Ziko. Selain itu, Talita juga melihat Devran dan Sesil yang tersenyum padanya. Mereka berdua disini untuk ikut memberikan penjelasan sebagai saksi atas kejadian pada malam itu.
Tapi yang membuatnya heran, Talita melihat kedua orangtua Adora ikut serta berada di ruangan tersebut. Talita melirik Papa Adora yang sedang menatapnya tajam. Mungkin orangtua Adora marah padanya yang sudah membuat keributan di acara pesta ulang tahun putrinya, atau mungkin mereka berdua juga ingin memberikan keterangan atas apa yang sudah terjadi di rumahnya. Pikirnya.
Om Ziko memberitahu bahwa Riko susah di tangkap kemarin malam. Selain ditahan karena melakukan pelecehan, Riko juga ditahan karena memakai narkoba. Talita sangat terkejut mengetahuinya, dia tidak menyangka kalau cowok itu pengguna obat terlarang.
Di kantor polisi juga, mereka bertemu dengan kedua orangtua Riko yang tampak sangat cemas sekaligus malu. Talita, Arion, dan Devran harus memberi kesaksian sekali lagi di depan kedua orangtua Riko dan pengacara keluarganya. Ketika mereka bertiga selesai bercerita tentang kejadian itu, kedua orangtua Riko tampak gelisah, kekecewaan dan kesedihan jelas terpancar di wajah mereka. Penampilan mereka yang gemerlap kini tampak berantakan dan Talita merasa kasihan melihat kedua orangtua Riko.
"Pak Diergan," seru Jayangga, Papa Riko, sambil mendekati Diergan yang sedang duduk di sebelah Talita. Diergan langsung menampakkan wajah tidak bersahabat.
"Hm," sahut Diergan dengan nada ketus.
"Saya tahu anda pasti marah," kata Jayangga. "Saya minta maaf atas apa yang telah dilakukan anak saya terhadap putri bapak. Saya harap keluarga bapak tidak menyimpannya dalam hati."
"Tidak menyimpannya dalam hati?!" bentak Diergan sambil langsung berdiri. Talita ikut berdiri reflek memegangi tangan Ayahnya, karena dari nada bicaranya saja terdengar siap memukul Papa Riko. "Anak saya dilecehkan dan anda harap saya tidak menyimpannya dalam hati?!"
"Maaf pak Diergan." seru mama Riko menyela. "Kami betul-betul minta maaf. Maksud suami saya bukan begitu."
"Maafkan saya, pak Diergan." kata Jayangga lagi, tampak sedih. "Kami betul-betul menyesal. Tolong anda jangan menyimpan dendam terhadap keluarga kami. Kami mohon maaf sedalam-dalamnya. Anak saya memang bersalah."
Diergan mendengus.
"Kami mengerti kalau keluarga anda sangat marah kepada kami," seru mama Riko. "Kami minta maaf. Hanya itu yang bisa kami lakukan."
Mama Riko memegang tangan suaminya dan menariknya menjauh, tapi tiba-tiba Papa Riko mengerang kesakitan sambil memegangi dadanya dan mulai terjatuh ke lantai. Mama Riko berteriak panik sambil menahan tubuh suaminya di bantu oleh dua polisi yang langsung bergerak cepat. Mereka memapah Jayangga untuk duduk di sofa yang tadi diduduki oleh Ayah Talita. Mata Jayangga setengah terbuka dan tanpa fokus.
"Papa, Papa!" seru sang istri, panik sambil menepuk-nepuk pipi suaminya. "Tolong antar ke rumah sakit, Pak!"
"Ayo kita bawa ke rumah sakit," kata seorang polisi. Beberapa polisi bertubuh tegap langsung menggotong Jayangga untuk diantar ke rumah sakit menggunakan mobil polisi. Talita dan Ayahnya serta semua yang melihat kejadian itu hanya bisa tercengang.