29. Biologi

39.8K 1.1K 0
                                    

Suasana kelas hening, hanya terdengar bunyi jam dinding dan suara goresan pulpen di atas kertas. Ulangan harian biologi sedang berlangsung dan seisi kelas sedang berkonsentrasi mengerjakannya. Hanya ada satu cewek yang tampak santai. Dia hanya menunduk dan menjawab semua soal dengan sekali baca.

Sesil memperhatikan Talita yang duduk di sampingnya. Temannya itu terlihat santai mengerjakan soal ulangan, berbeda dengan dirinya yang sekarang sedang kelimpungan mencari jawaban dari semua soal ulangannya. Sesil hanya membolak balikkan lembar soalnya. Bagaimana mungkin si guru killer Pak Ramzi mengadakan ulangan harian dadakan. Sementara dirinya semalam sama sekali tak belajar, jangan samakan otaknya dengan otak Talita yang meskipun tidak belajar tidak akan bermasalah.

Talita yang melihat kegusaran temannya mendengkus pelan, lalu menggeserkan kertas jawabannya ke meja Sesil.

"Cepetan!" perintah Talita berbisik yang langsung di angguki semangat oleh Sesil.

Derit kursi di geser dan Pak Ramzi bangkit dari tempat duduknya. Beliau berjalan pelan, semua murid ketar ketir mendengar suara sepatu pak ramzi yang bersentuhan dengan lantai. Sesil buru-buru menyalin jawaban Talita. Setelah selesai Sesil langsung menggeserkan kertas jawaban milik Talita ke pemilik aslinya.

"Makasi ya, Talita." ucap Sesil menyengir, Talita memutar matanya malas.

"Makanya belajar!" tegas Talita berusaha menasehati.

"Kan Sesil ngga tau kalau sekarang ulangan harian."

"Ulangan atau engga lo wajib belajar sil!"

"Iya Talita... Iya." jawab Sesil agak keras.

"Sesil!" seru Pak Ramzi yang membuat seisi kelas terkejut, termasuk dua orang yang tadi asyik berbicara.

"Iy..iya pak?" sahut Sesil takut.

"Sudah kamu?" tanya Pak Ramzi dengan wajahnya yang garang.

"Su...sudah pak."

"Yang sudah boleh keluar!" tegas pak Ramzi yang membuat Sesil mengembangkan senyumannya.

......

"Cie

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Cie.... Yang kemarin di belain sama Arion cie..." goda Sesil sambil mencolek dagu Talita.

"Apaan sih. Lebay lo!" sungut Talita sebal, karena sedari tadi temannya itu tak berhenti menggoda dirinya tentang kejadian kemarin.

"Sumpah ya, Ta. Arion kemarin keren banget pas belain kamu, kayak cowok yang lagi nolongin ceweknya." Sesil melihat ke arah Talita yang sedikit menyunggingkan bibirnya. Sesil tersenyum penuh arti. "Jadi.... Udah pacaran belum ni..?" goda Sesil lagi. Talita langsung menoleh dan melotot.

"Ngaco lo." ujarnya galak.

"Ih.... Pipinya kok merah sih..." Sesil mencubit pipi Talita gemas.

"Lepas gak!" Talita menatap Sesil tajam, Sesil melepaskan tangannya dari pipi Talita dan menyengir dengan wajah nya yang polos.

Hening...

Talita melirik Sesil yang sedang berselfiria. Kemudian dia mendekatkan tubuhnya pada Sesil.

"Sil." panggil Talita pelan.

"Iya..." jawab Sesil tanpa menolehkan wajahnya.

"Gue boleh minta tolong ngga sama lo?" tanya Talita sedikit ragu.

"Minta tolong apa Talita...?" jawab Sesil lagi masih sibuk dengan kegiatannya.

"Arion sakit."

Sesil terkejut, namun sebisa mungkin menutupi keterkejutannya. Sesil memejamkan matanya dan mengelus dadanya. Talita yang melihat Sesil tidak seperti biasa diam tak peduli.

Aneh.

"Te..terus?" tanya Sesil terbata-bata.

"Di rawat di RS, semalem gue nungguin dia sadar, kata pembantu di rumahnya sih katanya di pukulin Ayahnya, lagi." Talita menekankan kata lagi di akhir kalimat. "Emangnya Arion kayak gimana sih kehidupannya?" tanya Talita yang membuat Sesil semakin bungkam.

"Sil." Talita mengagetkan Sesil karena mengabaikan pertanyaannya. "Arion minta sama gue buat ngomong sama Devran kalau dia lagi sakit! Nah, lo tau sendiri kalau gue lagi males berhubungan sama tuh cowok." lanjut Talita dengan wajahnya yang sudah merengut.

"Yaudah nanti Sesil sampein ke Devran, kalau Arion ijin karena sakit." jawab Sesil lemah.

" Lo kenapa?" tanya Talita yang heran dengan sikap Sesil yang tiba-tiba berubah.

"Gapapa Talita." Sesil tersenyum pahit, kemudian cepat-cepat mengerjapkan matanya supaya air mata yang sedari tadi ia tahan tak menetes.

"Beneran lo, Sil?" tanya Talita sekali lagi untuk memastikan bahwa temannya itu baik-baik saja.

"Iya.." Sesil tersenyum. Talita memeluk Sesil dari samping.

 Talita memeluk Sesil dari samping

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Makasi sahabatku."ucap Talita yang membuat Sesil tersenyum lembut.

Sesil merangkul pundak Talita dan tersenyum bersama.

Semoga kamu selalu tersenyum.

Jangan lupa vote dan komen ya...

Mohon maaf typo dimana-mana

Cold Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang