57. Hukuman

37K 972 12
                                    


Play in mulmed.

Sekalipun dadanya terasa sesak saking cepatnya berlari, Talita tak mengurangi kecepatan. Ia baru berhenti saat hampir menabrak gerbang kokoh SMA 1 Cakrawala. Terengah-engah Talita menunduk dan berusaha mengatur nafas. Setelah nafasnya mulai normal, barulah ia menatap gerbang sekolahnya dengan pasrah.

Gerbang itu tertutup rapat. Rantainya yang besar tergembok. Dari balik gerbang Talita bisa melihat ratusan siswa mengikuti upacara bendera. Sial! Kalau bukan gara-gara terlambat bangun pagi itu, ia pasti sudah bergabung dengan ratusan siswa itu.

Talita berbalik badan, pasrah. Betapa terkejutnya dia saat melihat orang yang sangat ia hindari ada di depannya memasang wajah datar dengan membawa tas di salah satu pundaknya dan tangan kanannya masuk kedalam saku celananya, memandangi dirinya dengan intens.

 Betapa terkejutnya dia saat melihat orang yang sangat ia hindari ada di depannya memasang wajah datar dengan membawa tas di salah satu pundaknya dan tangan kanannya masuk kedalam saku celananya, memandangi dirinya dengan intens

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Talita menundukkan wajahnya, selalu saja jika di hadapkan dengan Arion, dia menjadi lemah apalagi saat matanya bertatapan dengan mata yang selalu ia rindukan. Sekuat mungkin Talita menahan gejolak di dalam hatinya untuk mengutarakan semua isi hatinya pada Arion, bahwa ia sangat mencintai Arion melebihi rasa sakit yang Arion beri padanya.

Sedangkan Arion yang melihat Talita hanya diam menundukkan kepalanya, memberi kepuasan untuk hati dan rindunya untuk terus menatap orang di hadapannya ini. Tangannya yang berada di dalam saku celana seragamnya terkepal kuat menahan dirinya untuk tidak merengkuh tubuh rapuh Talita ke dalam pelukannya. Matanya melihat ke arah ratusan siswa yang mengikuti upacara, lalu beralih lagi ke Talita yang masih menunduk dan memainkan ujung bajunya.

"Ujang kasep..." Talita dan Arion menoleh ke arah sumber suara, ternyata pak Madi satpam sekolah. "Tumben telat, jang?" tanya pak Madi.

"Kesiangan." jawab Arion santai dan melirik Talita yang gelagapan karna ketahuan sedang meliriknya diam-diam.

"Iya sudah atuh, bapak ijinin masuk karna ujang teh nggak pernah telat." seru pak Madi sambil membuka gembok.

Saat gerbang sudah terbuka, segera Arion menarik tangan Talita untuk masuk ke dalam sekolahnya. Talita yang mendapat perlakuan seperti itu hanya bisa membelalakkan matanya dan mengikuti langkah lebar Arion menuju lapangan tempat SMA 1 Cakrawala melaksanakan upacara.

Pak Suparman yang sedang berpidato di podium, melihat ke arah dua siswa yang dengan santai berjalan menuju barisan paling akhir.

Arion yang kebetulan melihat ke arah depan tak sengaja melihat tatapan tajam dari guru yang paling di takuti oleh semua siswa Cakrawala, namun tak berlaku untuk Arion. Karena dengan gentle nya dia berjalan maju ke depan tepat di hadapan podium pak Suparman. Talita yang berada di barisan belakang bingung harus ikut maju bersama Arion atau tetap berdiri di posisi amannya ini. Tapi dia juga terlambat seperti Arion, apakah ia harus maju ke depan dan mengakui kesalahnnya?

Masih bergelut dengan pikirannya, Talita berdiri tidak tenang di posisinya. Kakinya sedikit maju lalu mundur lagi, begitulah sedari tadi yang Talita lakukan di tempatnya. Talita menarik nafas ingin menguatkan tekadnya untuk maju ke depan seperti apa yang Arion lakukan. Belum juga ia melangkah untuk maju, sebuah suara mengintrupsinya dari arah depan.

Cold Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang