"Jangan pernah membuat orang yang menyayangimu menangis, karena akan menyakitkan bila ada pria lain yang membantu mengusap air matanya."
Play in mulmed
Sesil menyeret Talita untuk menonton pertandingan basket antara SMA 1 Cakrawala melawan SMA Bakti Raya. Sebenarnya dia malas untuk melihat pertandingan sengit kedua sekolah itu yang selalu di nantikan para penghuni kedua sekolah tersebut.
"Kita mau duduk dimana sih, Sil?" tanya Talita setengah berteriak karena berisiknya suasana lapangan indoor itu.
"Tenang aja, Sesil sudah minta Nicko nyiapin tempat yang strategis buat kita kok." jawab Sesil sambil menyelip di antara kerumunan yang sudah duduk disana.
Tidak butuh waktu lama untuk menemukan Nicko. Begitu melihat cowok berbadan tegap itu melambaikan tangan ke arahnya, Sesil buru-buru menarik tangan Talita menuju tempat Nicko berada.
"Lama amat sih? Gue sampai debat sama beberapa orang gara-gara jagain tempat lo," kata Nicko sewot begitu bertemu Sesil.
"Ya maaf. Ini nih masih bujukin Talita yang ngga mau liat pertandingan." jelas Sesil menoleh pada Talita yang sudah menduduki kursinya.
Nicko merengut, lalu kembali menonton pertandingan. Baru beberapa detik menikmati pertandingan, suara Sesil kembali mengganggunya.
"Sekolah kita mainnya bagus, Nick?"
"Lumayan, kan ada Arion sama Devran. Tapi sekolah lawan juga ngga jelek, daritadi skornya kejar-kejaran. Kalau nggak hati-hati, kita bisa kalah."
"Babak pertama kita menang kan?" Nicko hanya mengangguk. "Arion dari tadi kok nggak shoot sih?"
Nicko menoleh pada Sesil dengan kesal. "Mending lo nonton aja deh! Cerewet amat daritadi." ketus Nicko yang membuat Sesil cemberut.
Pandangan Talita hanya fokus pada seseorang yang tengah mengoper bola pada teman-temannya. Lapangan indoor semakin ramai begitu waktu pertandingan tersisa satu menit. Murid-murid SMA 1 Cakrawala mulai berdiri dan menyorakkan nama anggota tim basket satu persatu. Saking tegangnya reflek Talita ikut berdiri seperti yang lain, namun mulutnya tetap bungkam.
Sesekali Talita melirik papan skor, tatapan tajamnya mengikuti setiap pergerakan Arion . Cowok itu meliuk cepat menghindari pemain tim lawan, lalu perlahan mendekat ring basket. Beberapa anggota tim lawan mencoba merebut bola, tapi Arion berhasil menghindarinya. Teriakan di lapangan semakin membahana saat Arion melempar bola ke dalam ring dan jatuh begitu mantapnya. Sorakan gembira pecah di seluruh lapangan saat peluit tanda berakhirnya pertandingan di tiup melengking. Sesil menarik Talita untuk berdiri dan melompat bersamanya, namun segera di tepisnya tangan Sesil yang memegang tangannya.
"Kita menang! Kita menang!" teriak Sesil antusias, Talita hanya terdiam dan memasang wajah datar. "Arion hebat ya, Talita!" puji Sesil yang masih bergembira.
Sesil menghentikan acara melompatnya dan melihat ekspresi Talita yang sangat datar.
"Pacarnya menang kok ngga seneng sih, Talita?" tanya Sesil mengikuti Talita yang duduk kembali di kursinya.
Mendengar kata pacar dari mulut Sesil, reflek Talita menatapnya tajam.
"Siapa yang lo maksud pacar?" tanya Talita dingin.
Sesil yang melihat tatapan tajam dan aura dingin sahabatnya, mengerutkan dahi bingung.
Kenapa Talita dingin lagi?
"Kan... Ta.. Talita... Pacarnya Ar..." belum sempat Sesil menyelesaikan kalimat terbatanya. Talita langsung menyela.
"nggak!" ketus Talita.