Play in mulmedSenyum Talita masih terpampang di wajahnya yang ceria ketika dia dan Devran melaju di jalan raya. Devran mengemudikan mobilnya dengan tenang, sesekali menoleh untuk memperhatikan Talita yang masih menyunggingkan senyumnya menatap keluar jendela mobil.
Devran menepikan mobilnya di depan rumah Talita, namun yang membuat mereka bingung mengapa ada mobil ambulance disana? Talita melihat bu Zizah dan pak Wito yang sedang naik ke bangku depan ambulance.
Talita langsung membuka pintu mobil dan melompat keluar diikuti Devran. Dia menggedor-gedor kaca, membuat bu Zizah menoleh. Wajah bu Zizah di penuhi air mata, tampak ketakutan dan sedih sekali.
"Bu Zizah?" seru Talita. "Ada apa, bu?"
"Pak Diergan di tabrak lari, Non." jawab Bu Zizah terbata-bata. Dan berusaha untuk tenang. Sedangkan Pak Wito mengusap punggung istrinya itu.
"Ayah kenapa?" tanya Talita panik.
"Nanti saya jelaskan non, sekarang bu Zizah mau ke rumah sakit dulu! Ayo jalan, Pak!" lanjut bu Zizah pada sopir ambulance, tampak begitu terburu-buru.
Sopir mengangguk dan memasang sirine, lalu pergi meninggalkan Talita yang masih kaget dengan apa yang di lihatnya.
"Call," panggil Devran. "Lo gapapa?"
"Bokap gue..," kata Talita. "Gimana kalau ada apa-apa sama bokap gue?" Talita menangis sejadi-jadi nya. Sebenarnya apa yang sudah terjadi dengan ayahnya itu?
"Call, ayo kita susul mereka ke rumah sakit," ajak Devran. "Ayo, gue anter."
Talita hanya mengangguk sambil mengikuti Devran ke mobil.
.....
Talita berjalan mondar mandir di depan ruang ICU, saat dokter keluar Talita buru-buru menghampirinya.
"Gimana keadaan Ayah saya, Dok?" tanya Talita panik. Devran mengusap punggung Talita mencoba untuk menenangkan cewek itu.
"Pasien mengalami cedera otak parah akibat benturan yang terlalu keras, pasien harus segera di operasi untuk mengurangi pembekakan di otaknya, pasien juga memerlukan alat bantu pernapasan dan transfusi darah karna pasien terlalu banyak mengeluarkan darah." jelas Dokter yang membuat Talita menutup mulutnya untuk menahan tangisnya.
"Golongan darah Ayah saya apa, Dok?" sambungnya bertanya.
"Golongan darah pasien A, apakah ada di antara kalian yang mempunyai darah golongan A?" tanya Dokter menatap bergantian orang-orang yang ada disana.
"Saya Dok, golongan darah saya A." Talita menjawab bersungguh-sungguh.
"Baiklah mari ikut saya." Talita berjalan mengikuti Dokter.
Setelah Talita menyelesaikan donor darahnya, dia berjalan lemas menuju kamar Ayahnya di rawat. Dia melihat Devran yang duduk di kursi lorong rumah sakit sambil bersedekap dan memejamkan matanya. Talita menghampiri Devran dan duduk di sebelahnya.
"Dev, mending lo pulang aja," kata Talita. "Sekarang udah malem banget, nanti nenek lo nyariin." lanjutnya yang merasa kasihan dengan cowok di sebelahnya itu.
Devran membuka matanya saat suara Talita mengintrupsi.
"Gimana keadaan Om Devran, Call?" tanya Devran khawatir, mengabaikan suruhan Talita.
"Bokap bentar lagi jam dua belas bakal di operasi, Dev." jawab Talita lemah. "Udah, lo pulang aja. Udah malem banget ini, nanti nenek lo nyariin." perintah Talita lagi. Devran menghembuskan napas berat dan membawa Talita ke dalam pelukannya.