LM - 29

1.2K 21 0
                                    

Happy reading.


Mata yang semulanya terpejam, bergerak pelan. Mengerjap pelan saat cahaya memasuki netra hitamnya. Putih dan aroma obat, disamping kirinya ada tiang dimana infus tengah tergantung.

Tangan kanannya bergerak pelan membuka alat pernafasan yang melekat di wajahnya. Ruangan yang sepi dan cukup besar itu menimbulkan suara dengingan tidak nyaman di telinganya.

Menatap sekitar kemudian terpaku pada seorang wanita yang tertidur di sofa tak jauh dari tempatnya terbaring.

Gadis itu berdecak kemudian perlahan bangun, karna dencitan ranjang wanita itu terbangun dari tidurnya.

"Gea, kamu udah sadar?" Mia menghampiri Gea kemudian memberikan segelas air. "Diminum, mama panggil dokter dulu."

Gea yang hendak menempelkan ujung gelas ke bibirnya lantas terhenti, "Ck, mama? Mama apaan." Gumamnya.

Tak lama seorang dokter masuk diikuti Mia dan dua anak kecil dibelakangnya.

"Permisi, saya periksa dulu ya."

Gea membuarkan dokter wanita itu memeriksa dirinya.

"Syukurlah, keadaannya sudah membaik, tapi harus istirahat selama beberapa hari dulu ya, untuk memulihkan keadaannya pasca koma."

Kening Gea berkerut, "Koma?" Batinnya.

"Baik dok, terimakasih banyak." Ujar Mia dengan senyuman.

Dokter tersebut keluar dari ruangan, kini dua anak kecil mendekat kearahnya kemudian memegang lengan Gea.

"Kakak, mau makan?"

Gea menoleh, disentaknya tangan kecil itu. "Ngapain lo pegang tangan gue, sana jauh-jauh, gak sudi gue."

Mia yang melihat itu hanya bisa tersenyum, "Abi sama Ryan keluar dulu gak apa-apa ya? Mama mau bantu kak Gea dulu."

Abi yang merupakan anak pertama itu mengangguk dengan wajah sedihnya kemudian menarik pelan tangan sang adik untuk keluar ruangan.

"Jelasin kenapa gue ada disini?" Ujar Gea tanpa menatap Mia, gadis itu meraba kepalanya yang terlilit perban di bagian dahi dan tulang pipinya yang berdenyut nyeri.

"Kamu koma, lima hari."

Gea terdiam sejenak, "Koma? Gimana bisa? Gue—."

"Aku." Potong Mia, "Lain kali gunakan kata Aku-Kamu, kamu lebih muda dari saya Gea."

"Suka-suka gue lah, arrgh—."

Mia menghela nafas kemudian membantu Gea untuk berbaring. "Kamu baru aja bangun dari koma, alangkah baiknya untuk istirahat dulu, nanti saya jelaskan semuanya."

Gea menurut, kepalanya memang masih sakit dan sedikit pusing.

"Nanti saya minta suster untuk antar makan siang kamu."

⚜️⚜️⚜️

Ryuu membuka pintu apartemen yang ia beli dalam semalam setelah cukup lama mencari keamanan yang baik dan terjamin.

Keisha berdiri dibelakang Ryuu terperangah daat pintu dibuka dan menampilkan betapa luasnya apartemen itu.

"Mau masuk?"

Keisha mengangguk kemudian masuk lebih dulu. Ruangan itu sudah lengkap dengan segala isinya, sofa, tv, perabotan, lemari.

"Untuk sekarang, ini apartemen kamu, atas nama kamu, aku minta maaf karna gak bisa membiarkan kamu lebih lama tinggal di apartement aku."

Keisha berbalik dengan menggeleng, "Enggak kak, harusnya Kei yang minta maaf, karna kesalahan Kei kak Ryuu jadi di marahi sama perusahaan, lagi, kak Ryuu beliin Kei apartemen, pasti ini mahal."

Ryuu menggeleng kuat, "Enggak masalah asal keamanannya terjamin, kamu gak apa-apa kan tinggal disini? Atau ini gak nyaman? Aku bisa carikan—."

"Kak," Kei memotong ucapan Ryuu kemudian menggeleng, "Kei bahkan gak masalah mau itu apartemen kecil, ini udah lebih dari cukup, makasih banyak kak."

Ryuu menarik tangan Keisha untuk didekapnya, "Semua isinya udah lengkap, nanti setiap bulannya aku kasih uang saku."

Keisha mendongak, "Uang saku? Enggak mau kak, Kei mau kerja aja."

"Kerja?"

Gadis itu mengangguk kemudian melepaskan pelukannya, "Iya kerja, lagian disini Kei bukan siapa-siapa kak, kakak gak berhak kasih Kei uang saku."

"Gak masalah."

"Enggak, Kei tetep bakalan nolak."

Ryuu menghela nafas, "Oke oke kalau gitu, nanti aku coba carikan kerja."

"Enggak, Kei yang cari sendiri."

"Kei."

"Kak." Gadis itu menggeleng tanda tidak ingin dibantah.

"Fine. Kamu bisa cari kerja sesuai yang kamu mau, tapi kamu gak bisa nolak ini." Ryuu memberikan sebuah bag hitam.

Keisha menerimanya kemudian terperangah, "Kak."

"Kita sama kan, aku biarin kamu cari kerja tapi kamu gak bisa nolak pemberian aku."

Keisha mengeluarkan kotak putih tersebut dari dalam tas, sebuah ponsel mahal yang sama persis dengan milik Ryuu hanya saja berwarna pink.

"Kak, ini mahal."

"Kamu bisa gunain itu, nomor aku dan member ada disana, jadi kalau kamu butuh bantuan bisa telfon salah satu dari kami."

Keisha menatap Ryuu dengan bibir ditekuk, "Ini mahal."

"Gak masalah. Dirawat ya, kalau gitu aku harus pergi, banyak kerjaan."

Keisha hanya bisa mengangguk kala Ryuu keluar dari apartemennya. Ditatapnya ruangan tersebut kemudian ponsel ditangannya, "Makasih banyak kak, nanti Kei balas semua kebaikan kakak."

⚜️⚜️⚜️

Jimin selesai dengan rekamannya, laki-laki itu mendekati Ryuu yang tengah berdiri disudut ruangan menunggu gilirannya.

"Hyung."

"Hm?"

Jimin tampak ragu untuk melanjutkan ucapannya membuat Ryuu menoleh bingung. "Kenapa?"

"Hyung, apa pernah merasakan cinta pada pandangan pertama?"

Dahi Ryuu semakin berkerut, "Apa kau lupa bahwa aku tidak pernah terlibat dengan seorang wanita? Kurasa kau salah bertanya."

Jimin menghela nafas, "Benar juga, aku salah bertanya."

Ryuu tiba-tiba tersadar lantas menoleh cepat, "Ada apa ini? Kau bertanya mengenai cinta pada pandangan pertama?" Ryuu menyipitkan mata, "Apa kau tengah menyukai seseorang? Siapa?"

Jimin mengusap tengkuknya, "Kalau aku mengatakan ini, kurasa hyung tidak akan percaya."

"Katakan saja kalau begitu, percaya atau tidaknya itu masalah belakang."

"A-aku menyukai seseorang yang baru-baru ini muncul dan mengusik pikiranku."

Ryuu semakin tidak sabar, "Tolong katakan langsung pada intinya, jangan berbelit-belit."

Menarik nafas dalam, Jimin menetralkan jantungnya yang semakin berdegup kencang. "Kumohon kali ini, jangan beritahu siapapun, ini hanya kita berdua saja."

"Cepatlah."

"Keisha."

Deg!

⚜️⚜️⚜️

Selamat pagi, semoga harinya lancar ya.
Sampai jumpa di part selanjutnya.

Love Maze✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang